Jessie terkejut, lalu berbisik, “Bukannya semua ini salahmu?”Jules menopang kepala dengan satu tangannya sembari tersenyum. “Oke, semua ini salahku.”Ericko berjalan ke dalam. Dia juga tidak kaget ketika melihat Jessie. Dia tahu Jessie bermalam di sini. “Tuan.”Jules mengangguk, lalu mengikuti Ericko berjalan ke depan pintu. Ericko melirik ke dalam ruangan sekilas, baru melaporkan, “Puzo mengutus anggotanya untuk mencari Gandhi. Sepertinya nasib Gandhi akan celaka.”Jules bertanya dengan tenang, “Kalau dia disingkirkan, siapa yang akan mengambil alih Kamar Dagang Bardi?”Ericko berpikir sejenak. “Kemungkinan besar si Celine.”Jules tersenyum lebar. “Bagus juga.”…Gandhi sedang berlutut di atas lantai marmer dengan sekujur tubuh merinding. Dia merasa sangat takut. Dia bahkan tidak tahu bagaimana ceritanya dokumen di komputernya bisa jatuh ke tangan Puzo.Puzo membelakangi Gandhi, memandang jendela yang sangat besar. “Gandhi, aku sudah menyerahkan Kamar Dagang Gandhi kepadamu. Apa begi
Keesokan harinya, di Restoran Sameton.Alicia sedang duduk di ruangan VIP. Ketika berhadapan dengan Jodhiva, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang. Setelah dilihat-lihat, pria ini memang adalah pria paling unggul yang pernah dijumpai Alicia.Tangan Alicia yang memegang gelas teh sedikit gemetar. “Tuan Muda Jody, apa kamu itu penduduk asli Pulau Persia?”Jodhiva mengangkat gelas tehnya, tetapi dia tidak meminumnya. “Bukan.”Alicia menunduk sembari tersenyum. “Jadi, dari mana asalmu?”Jodhiva mengangkat sedikit kepalanya. “Ibu kota.”Alicia tersenyum. “Aku dari Area Homa, nggak tergolong jauh dari ibu kota.” Tiba-tiba Alicia kepikiran sesuatu, lalu bertanya lagi, “Apa Tuan Muda Jody berteman sama Tuan Muda Ariel?”Jodhiva menatap ke luar jendela dengan acuh tak acuh. “Tergolong iya.”Alicia sungguh tidak menyangka dia akan kenal dengan Ariel, bahkan selalu bersamanya. Jika tahu seperti ini, Alicia pasti tidak akan bersikap lancang terhadap Ariel waktu itu. Hanya saja, seharusnya Ari
Jodhiva menunduk untuk mendekati wajah Ariel.Kedua mata Ariel terbelalak lebar. Kipas di tangannya spontan jatuh ke lantai.Alicia juga sangat syok langsung berdiri dengan menutup mulutnya dengan tangan. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sepertinya dia tidak bisa menerima gambaran yang mendadak ini. Dia pun berlari meninggalkan ruangan dengan mata memerah.Sekujur tubuh Ariel menjadi tegang. Dia tidak berani bergerak sama sekali. Jarak kedua wajah sangatlah dekat hampir saja menempel. Hanya tersisa sedikit celah saja.Bibir Jodhiva menempel di jari yang ditindih di bibir Ariel. Meskipun tidak kena, hanya saja dari sudut pandang Alicia, kelihatan mereka memang sedang berciuman.Ariel spontan mendorong, lalu menunjuk. “Kamu ….” Ariel tidak berbicara lagi, langsung meninggalkan ruangan dengan panik.Jodhiva menatap jari tangannya sembari berpikir. Mobil sedang melaju di jalan. Suasana berubah menjadi sangat aneh. Ariel bertopang dagu melihat ke luar jendela. Gambaran
“Bagus kalau dia tidak senang.” Tobias menepuk-nepuk pundak pengurus rumah. “Aku malah takut dia akan merasa senang. Aku sungguh tidak menyangka akhirnya dia bisa cemburu juga. Hahaha.”Menjelang malam.Ariel sudah selesai membasuh tubuhnya. Dia membungkus tubuhnya dengan jubah mandi, sedang mencuci muka di dalam kamar mandi. Ketika mengambil gelas, dia spontan mengangkat kepalanya menatap dirinya dari dalam cermin. Tangan diusapkan di bibirnya sendiri. “Kalau tadi kecium ….”Saat Ariel tersadar dari bengongnya, dia merasa kaget langsung meletakkan gelas ke atas meja. Apa Ariel sudah gila?Ariel menggaruk kepalanya berjalan keluar kamar mandi. Seketika dunia terasa berputar. Disusul Tobias membawa sekelompok pelayan berpakaian rapi ke dalam. “Ariel, akhirnya kamu bangun juga. Ayo, cepat beres-beres dan rias dirimu. Pengantin akan segera tiba.”“Pengantin apa?” Ariel merasa kaget. “Bukan, Ayah, sejak kapan identitasku ….”Tanpa menunggu Ariel menyelesaikan ucapannya, Tobias melambaika
Ariel terkejut hingga bersandar di sisi jendela kaca. Keringat dingin membasahi punggungnya. Embusan angin sepoi-sepoi terasa cukup sejuk.Kenapa Ariel bisa mimpi seperti itu?Kenapa pasangan Ariel adalah Jodhiva? Apalagi, dia juga mimpi telah berhubungan ranjang dengan Jodhiva. Ariel menepuk keningnya, ingin sekali melupakan mimpi itu. Bagaimana Ariel menghadapi Jodhiva selanjutnya?Ariel tidak turun ke lantai bawah untuk sarapan. Dia sengaja menunggu mereka selesai sarapan, baru turun ke lantai bawah. Sekitar pukul setengah sepuluh, Ariel menebak seharusnya mereka tidak di ruang makan lagi, dia pun baru turun ke lantai bawah.Namun, begitu sampai ke ruang tamu, kebetulan Jodhiva dan Tobias baru kembali dari halaman. Ariel terbengong sejenak. Tatapan Ariel berpapasan dengan diri Jodhiva.Gambaran itu muncul di dalam benak Ariel. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu segera berlari ke lantai atas.“Ariel, kenapa kamu malah pergi?” Terdengar suara Tobias dari belakang.Langkah kaki Ariel
Jodhiva memalingkan kepala untuk melihatnya. “Rencana Tuan Muda Ariel memang bagus. Puzo meremehkan kekuatan Tom. Sekarang Tom sudah membuatnya kehabisan akal. Dia pasti akan melenyapkan Tom. Satu-satunya cara agar Puzo bergegas melawan Tom adalah dengan menyadari keberadaan Tom di pulau ini sudah mendatangkan ancaman baginya.”Tobias berpikir sejenak. “Berarti kita mesti membuat Puzo mengira Tom sudah tidak sabar ingin melenyapkannya?”Jodhiva mengangguk. “Pertama-tama, kita mesti melenyapkan seluruh mata-mata Tom di area kekuasaan Keluarga Oswaldo. Setelah berhasil, Tom pasti akan merasa terancam. Dia pasti bingung tidak tahu harus melawan Keluarga Oswaldo atau melawan Puzo duluan. Demi melindungi diri, siapa yang akan diserangnya?”Tom pasti akan duluan menyerang pihak terdekatnya. Setelah berhasil melenyapkan mata-mata di area kekuasaan Keluarga Oswaldo, Tom pun tidak memiliki orang dalam lagi. Mata-mata itu sama sekali tidak sanggup mengalahkan Keluarga Oswaldo. Hanya saja, berbe
“Tapi beda cerita kalau Puzo kalah. Demi kedudukan dan kekuasaan, Puzo pasti akan memilih untuk bekerja sama dengan Keluarga Oswaldo, karena dia sudah tidak sabaran untuk melenyapkan Tom. Setelah berhasil melenyapkan Tom, Puzo pun tidak memiliki kesempatan untuk turun tangan terhadap Keluarga Oswaldo. Sebaliknya, akan sangat gampang bagi Keluarga Oswaldo untuk menghadapinya.”Ericko terdiam sejenak. “Ternyata begitu.”Beberapa saat kemudian, Ericko berjalan meninggalkan ruangan. Jessie berjalan keluar dinding belakang koridor. Jelas sekali, dia telah mendengar isi percakapan mereka.Jessie membuka pintu ruangan dengan perlahan, lalu berjalan ke belakang Jules dengan langkah ringan. Baru saja Jessie mengulurkan tangannya, Jules pun meraih pergelangan tangan kurus Jessie, lalu menariknya ke dalam pelukan. “Kamu mau kagetin aku lagi?”Jessie merasa syok. “Aku nggak kepikiran untuk kagetin kamu.” Dia menunjukkan mata lugu dan senyuman manisnya. “Aku hanya ingin pijitin pundakmu saja.”Jule
Apalagi masalah waktu itu sepertinya cukup terpukul bagi Alicia. Setelah Firman mengetahui masalah itu, Firman pun merasa sangat syok. “Kamu bilang mereka berdua ciuman?”“Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.” Alicia kelihatan sangat sedih. Dengan tidak mudahnya dia menyukai seseorang, ternyata pria itu malah menyukai sesama jenis.Firman berpikir sejenak, ternyata berita itu bukan gosip belaka.Tobias hanya memiliki satu keturunan saja. Seandainya dia mengetahui hal ini, bukannya dia akan sangat bersedih? Beberapa saat kemudian, nada bicaranya terdengar semakin berat lagi. “Sudahlah, salahku tidak menyadarinya. Kamu sembunyikan masalah ini dulu. Jangan sampai Tuan Tobias mengetahuinya.”Firman tidak berharap Tobias akan terpukul atas masalah ini.Alicia menggigit bibirnya dan tidak berbicara. Setelah keluar dari ruangan VIP, Alicia masih merasa tidak puas. Dia tahu Ariel bukanlah pria idamannya. Alicia bisa datang ke pulau ini juga demi mencari pasangan yang cocok dengannya. Seb