Jodhiva langsung mengangkat gelas dan menyesap dengan perlahan.Ariel mengompres wajahnya dengan kantongan es. “Semua ini gara-gara kencan buta. Lain kali, suruh Ayah jangan sembarangan atur kencan buta lagi.”Pengurus rumah merasa tidak berdaya. “Pak Firman melakukannya juga demi kebaikanmu.”Bagaimanapun juga, Firman tidak tahu identitas asli Ariel. Tatapan Ariel tertuju pada sosok Jodhiva yang sedang menyesap teh dengan santai. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu. “Kenapa aku tidak kepikiran? Seharusnya aku suruh Tuan Muda Jody buat gantiin aku buat kencan buta. Tuan Muda Jody baru benar-benar cowok.”Kencan buta ini tidaklah bermakna bagi Ariel. Dia adalah seorang wanita, tetapi berbeda dengan Jodhiva. Dia adalah seorang pria.Jodhiva meniup teh panasnya, lalu mengangkat kelopak matanya. “Aku tidak berhak untuk menggantikan Tuan Muda Ariel.”Ariel duduk di sampingnya. “Kenapa tidak berhak? Aku akan beri kamu hak itu.”“Dengan usia Tuan Muda Jody sekarang, sudah seharusnya kamu memilik
Jessie terkejut, lalu berbisik, “Bukannya semua ini salahmu?”Jules menopang kepala dengan satu tangannya sembari tersenyum. “Oke, semua ini salahku.”Ericko berjalan ke dalam. Dia juga tidak kaget ketika melihat Jessie. Dia tahu Jessie bermalam di sini. “Tuan.”Jules mengangguk, lalu mengikuti Ericko berjalan ke depan pintu. Ericko melirik ke dalam ruangan sekilas, baru melaporkan, “Puzo mengutus anggotanya untuk mencari Gandhi. Sepertinya nasib Gandhi akan celaka.”Jules bertanya dengan tenang, “Kalau dia disingkirkan, siapa yang akan mengambil alih Kamar Dagang Bardi?”Ericko berpikir sejenak. “Kemungkinan besar si Celine.”Jules tersenyum lebar. “Bagus juga.”…Gandhi sedang berlutut di atas lantai marmer dengan sekujur tubuh merinding. Dia merasa sangat takut. Dia bahkan tidak tahu bagaimana ceritanya dokumen di komputernya bisa jatuh ke tangan Puzo.Puzo membelakangi Gandhi, memandang jendela yang sangat besar. “Gandhi, aku sudah menyerahkan Kamar Dagang Gandhi kepadamu. Apa begi
Keesokan harinya, di Restoran Sameton.Alicia sedang duduk di ruangan VIP. Ketika berhadapan dengan Jodhiva, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang. Setelah dilihat-lihat, pria ini memang adalah pria paling unggul yang pernah dijumpai Alicia.Tangan Alicia yang memegang gelas teh sedikit gemetar. “Tuan Muda Jody, apa kamu itu penduduk asli Pulau Persia?”Jodhiva mengangkat gelas tehnya, tetapi dia tidak meminumnya. “Bukan.”Alicia menunduk sembari tersenyum. “Jadi, dari mana asalmu?”Jodhiva mengangkat sedikit kepalanya. “Ibu kota.”Alicia tersenyum. “Aku dari Area Homa, nggak tergolong jauh dari ibu kota.” Tiba-tiba Alicia kepikiran sesuatu, lalu bertanya lagi, “Apa Tuan Muda Jody berteman sama Tuan Muda Ariel?”Jodhiva menatap ke luar jendela dengan acuh tak acuh. “Tergolong iya.”Alicia sungguh tidak menyangka dia akan kenal dengan Ariel, bahkan selalu bersamanya. Jika tahu seperti ini, Alicia pasti tidak akan bersikap lancang terhadap Ariel waktu itu. Hanya saja, seharusnya Ari
Jodhiva menunduk untuk mendekati wajah Ariel.Kedua mata Ariel terbelalak lebar. Kipas di tangannya spontan jatuh ke lantai.Alicia juga sangat syok langsung berdiri dengan menutup mulutnya dengan tangan. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sepertinya dia tidak bisa menerima gambaran yang mendadak ini. Dia pun berlari meninggalkan ruangan dengan mata memerah.Sekujur tubuh Ariel menjadi tegang. Dia tidak berani bergerak sama sekali. Jarak kedua wajah sangatlah dekat hampir saja menempel. Hanya tersisa sedikit celah saja.Bibir Jodhiva menempel di jari yang ditindih di bibir Ariel. Meskipun tidak kena, hanya saja dari sudut pandang Alicia, kelihatan mereka memang sedang berciuman.Ariel spontan mendorong, lalu menunjuk. “Kamu ….” Ariel tidak berbicara lagi, langsung meninggalkan ruangan dengan panik.Jodhiva menatap jari tangannya sembari berpikir. Mobil sedang melaju di jalan. Suasana berubah menjadi sangat aneh. Ariel bertopang dagu melihat ke luar jendela. Gambaran
“Bagus kalau dia tidak senang.” Tobias menepuk-nepuk pundak pengurus rumah. “Aku malah takut dia akan merasa senang. Aku sungguh tidak menyangka akhirnya dia bisa cemburu juga. Hahaha.”Menjelang malam.Ariel sudah selesai membasuh tubuhnya. Dia membungkus tubuhnya dengan jubah mandi, sedang mencuci muka di dalam kamar mandi. Ketika mengambil gelas, dia spontan mengangkat kepalanya menatap dirinya dari dalam cermin. Tangan diusapkan di bibirnya sendiri. “Kalau tadi kecium ….”Saat Ariel tersadar dari bengongnya, dia merasa kaget langsung meletakkan gelas ke atas meja. Apa Ariel sudah gila?Ariel menggaruk kepalanya berjalan keluar kamar mandi. Seketika dunia terasa berputar. Disusul Tobias membawa sekelompok pelayan berpakaian rapi ke dalam. “Ariel, akhirnya kamu bangun juga. Ayo, cepat beres-beres dan rias dirimu. Pengantin akan segera tiba.”“Pengantin apa?” Ariel merasa kaget. “Bukan, Ayah, sejak kapan identitasku ….”Tanpa menunggu Ariel menyelesaikan ucapannya, Tobias melambaika
Ariel terkejut hingga bersandar di sisi jendela kaca. Keringat dingin membasahi punggungnya. Embusan angin sepoi-sepoi terasa cukup sejuk.Kenapa Ariel bisa mimpi seperti itu?Kenapa pasangan Ariel adalah Jodhiva? Apalagi, dia juga mimpi telah berhubungan ranjang dengan Jodhiva. Ariel menepuk keningnya, ingin sekali melupakan mimpi itu. Bagaimana Ariel menghadapi Jodhiva selanjutnya?Ariel tidak turun ke lantai bawah untuk sarapan. Dia sengaja menunggu mereka selesai sarapan, baru turun ke lantai bawah. Sekitar pukul setengah sepuluh, Ariel menebak seharusnya mereka tidak di ruang makan lagi, dia pun baru turun ke lantai bawah.Namun, begitu sampai ke ruang tamu, kebetulan Jodhiva dan Tobias baru kembali dari halaman. Ariel terbengong sejenak. Tatapan Ariel berpapasan dengan diri Jodhiva.Gambaran itu muncul di dalam benak Ariel. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu segera berlari ke lantai atas.“Ariel, kenapa kamu malah pergi?” Terdengar suara Tobias dari belakang.Langkah kaki Ariel
Jodhiva memalingkan kepala untuk melihatnya. “Rencana Tuan Muda Ariel memang bagus. Puzo meremehkan kekuatan Tom. Sekarang Tom sudah membuatnya kehabisan akal. Dia pasti akan melenyapkan Tom. Satu-satunya cara agar Puzo bergegas melawan Tom adalah dengan menyadari keberadaan Tom di pulau ini sudah mendatangkan ancaman baginya.”Tobias berpikir sejenak. “Berarti kita mesti membuat Puzo mengira Tom sudah tidak sabar ingin melenyapkannya?”Jodhiva mengangguk. “Pertama-tama, kita mesti melenyapkan seluruh mata-mata Tom di area kekuasaan Keluarga Oswaldo. Setelah berhasil, Tom pasti akan merasa terancam. Dia pasti bingung tidak tahu harus melawan Keluarga Oswaldo atau melawan Puzo duluan. Demi melindungi diri, siapa yang akan diserangnya?”Tom pasti akan duluan menyerang pihak terdekatnya. Setelah berhasil melenyapkan mata-mata di area kekuasaan Keluarga Oswaldo, Tom pun tidak memiliki orang dalam lagi. Mata-mata itu sama sekali tidak sanggup mengalahkan Keluarga Oswaldo. Hanya saja, berbe
“Tapi beda cerita kalau Puzo kalah. Demi kedudukan dan kekuasaan, Puzo pasti akan memilih untuk bekerja sama dengan Keluarga Oswaldo, karena dia sudah tidak sabaran untuk melenyapkan Tom. Setelah berhasil melenyapkan Tom, Puzo pun tidak memiliki kesempatan untuk turun tangan terhadap Keluarga Oswaldo. Sebaliknya, akan sangat gampang bagi Keluarga Oswaldo untuk menghadapinya.”Ericko terdiam sejenak. “Ternyata begitu.”Beberapa saat kemudian, Ericko berjalan meninggalkan ruangan. Jessie berjalan keluar dinding belakang koridor. Jelas sekali, dia telah mendengar isi percakapan mereka.Jessie membuka pintu ruangan dengan perlahan, lalu berjalan ke belakang Jules dengan langkah ringan. Baru saja Jessie mengulurkan tangannya, Jules pun meraih pergelangan tangan kurus Jessie, lalu menariknya ke dalam pelukan. “Kamu mau kagetin aku lagi?”Jessie merasa syok. “Aku nggak kepikiran untuk kagetin kamu.” Dia menunjukkan mata lugu dan senyuman manisnya. “Aku hanya ingin pijitin pundakmu saja.”Jule
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t
Di Grup Angkasa.Saat jam istirahat, para karyawan sedang membahas acara malam hari ini. Saat Edwin membawa kotak hadiah melewati sisi mereka, ada yang bertanya dengan tersenyum, “Tuan Edwin, itu hadiah buat kekasihmu?”Edwin merasa kaget. “Sejak kapan aku punya kekasih? Bukan punyaku, tapi punya Tuan Muda Jody.”Semua orang langsung mengerumuninya. “Apa isinya perhiasan?”“Apa Tuan Muda Jody menghadiahkannya untuk istrinya?”“Romantis sekali. Kenapa nggak ada yang kasih hadiah Natal buat aku?”Sebenarnya Edwin juga tidak tahu. Hanya saja, isinya memang adalah perhiasan dari suatu merek ternama.Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di belakang mereka, dia pun tersenyum. “Apa kalian tidak mau cepat pulang kerja? Kalau begitu, kalian lembur saja?”“Tidak, tidak! Kami ingin pulang kerja tepat waktu. Kami semua punya acara nanti malam.” Mereka segera kembali ke tempat duduk mereka.Edwin berjalan ke sisi Jodhiva, lalu menyerahkan kotak hadiah kepadanya. Dia bertanya dengan penasaran, “Ini had
Ariel terdiam sejenak.Pemikiran Sulivan sangat jernih, tetapi terlalu blak-blakan. Bagaimana dia bisa memiliki pacar nantinya?Ariel berjongkok di hadapan Sulivan untuk bertatapan dengan matanya. “Nggak ada yang menentukan kamu mesti menyukainya dan kamu nggak boleh menolak. Tapi, hadiah ini niat baik dari orang lain. Nggak peduli kamu suka atau nggak, kamu mesti berterima kasih.”“Meski kamu nggak mau, kamu boleh mengatakan kamu nggak memerlukannya, terima kasih atas maksud baikmu. Ini yang dinamakan sopan santun.”Sulivan menatap Ariel dalam beberapa saat. “Kamu cerewet sekali.”Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, anak perempuan itu pun menangis. Kali ini, Ariel merasa kewalahan, segera membujuk.Yogi mendengar suara tangisan itu. Dia langsung mendekat. Dia menyadari Ariel sedang membujuk anak perempuan yang sedang menangis dengan penuh kesabaran. Namun, anak perempuan itu masih tidak berhenti menangis.Yogi mendekat, lalu menggendong si anak perempuan. “Kenapa malah menangis? Apa
Ariel tertegun. “Selain kamu, siapa yang bisa bawa aku pergi?”Jodhiva meletakkan sebutir telur ayam di atas piring Ariel. “Bagaimana kalau bukan aku?”Ariel menggigit bibirnya. “Lain kali aku nggak bakal minum sebanyak ini lagi.”Ketika melihat Ariel sedang merenung kesalahannya, Jodhiva pun tertawa. “Kamu cukup tulus ketika mengakui kesalahanmu.”Ariel mengupas kulit telur. “Semalam … aku nggak ngawur, ‘kan?”Jodhiva mengiakan. “Sedikit.”Ariel merasa syok, spontan mengangkat kepalanya. “Apa yang aku katakan?”Jodhiva tidak menjawab, melainkan mempermainkannya. “Coba pikir sendiri.”Ariel berpikir dalam waktu lama. Sepertinya dia ingat dengan apa yang dikatakannya semalam. ‘Jody, aku sangat menyukaimu.’Tiba-tiba kedua mata Ariel terbelalak lebar. Dia menutup wajah meronanya. Apa? Dia malah mengutarakan perasaannya di saat sedang mabuk?Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Sudah ingat?”“Ergh … aku … aku mabuk.” Sekarang Ariel tidak sanggup mengatakannya lagi.Jodhiva membungkukkan tu
Yogi mengangkat kelopak matanya, lalu memalingkan kepalanya. “Masalah itu nggak ada hubungannya sama kamu.”Mengenai masalah dua orang wanita pendamping itu, Yogi tahu semua itu adalah ide Ariel.Ariel memang arogan, tapi dia tidak jahat hingga berencana menghancurkan reputasi seseorang. Sebenarnya Ariel dan dua wanita pendamping itu juga masuk jebakan orang lain.Ide buruk Ariel kebetulan melancarkan rencana orang lain. Itulah sebabnya setelah masalah terekspos, Yogi pun dijuluki sebagai “buaya darat”.Hanya saja, semuanya sudah berlalu lama. Yogi juga sudah tidak mempermasalahkannya lagi dan sudah tidak ada lagi “dendam” di hatinya.Beberapa saat kemudian, tidak lagi kedengaran suara Ariel, Yogi pun menatapnya.Ariel sedang tertidur bersandar di atas meja. Entah sejak kapan Ariel ketiduran? Sepertinya suara ribut di samping tidak bisa mengganggu tidurnya.Tatapan Yogi tertuju pada wajah Ariel. Dulu saat pertama kali bertemu dengan Ariel di Pulau Persia, dia merasa Ariel sungguh mirip
“Apa aku masih sanggup untuk menggendongnya?”Jerremy mencubit pipinya. “Kamu malah menghina putrimu?”Dacia menepis tangan Jerremy, lalu menurunkan kelopak matanya. “Aku takut setelah aku pulang nanti, dia nggak mengenaliku lagi. Menurutmu, apa aku egois sekali?”Jerremy menggenggam tangan Dacia. “Setelah kita pulang nanti, kita akan luangkan waktu kita untuk temani dia.”Ketika Daniel melihat mereka, dia pun tersenyum. “Kalian sudah kembali.”“Ayah, apa yang lagi kamu lakukan?”“Haih, Ayah lagi tidak ada kerjaan. Jadi, Ayah cari kegiatan.” Daniel menggantung hadiah di atas pohon Natal. “Dulu ibuku tidak suka hal-hal seperti ini. Aku pun tidak ada kesempatan untuk menghias pohon Natal.”Dacia memutar bola matanya. Pada malam hari Natal sebelumnya, Lidya tidak suka Daniel membeli barang-barang seperti ini. Pernah sekali, demi menyenangkan Dacia dan Charles, Daniel pernah menghias rumah. Namun, Lidya malah murka setelah melihatnya. Dia bahkan menyuruh pelayan untuk mencabut semua hiasan
“Kamu memang cerewet.” Jerremy bersandar di bangku. “Kalau bukan karena Ibu bilang kamu lagi mengandung, aku juga tidak bakal kemari.”Usai berbicara, Jerremy melihat ke sisi Jules. “Ibuku dan ayahku sangat menyayangi Jessie. Sekarang dia sedang mengandung, kalau kamu berani membuatnya sedih, kami tidak akan melepaskanmu.”Jules tersenyum. “Tenang saja, dengan adanya contoh Kak Jerry sebelumnya, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.”Jerremy terdiam membisu. Jules malah menyindirnya?Jerremy makan siang bersama dengan mereka. Sebenarnya setelah Jessie datang, Silvia berpesan kepada koki rumah untuk menyesuaikan masakan sesuai kebiasaan lidah Jessie.Jerremy melihat makanan di atas meja. Dia tidak berbicara apa-apa. Hanya saja, dari detail, dapat diketahui bahwa Keluarga Tanzil memperlakukan adiknya dengan baik.Silvia masih bersikap ramah seperti biasanya. “Apa makan siang hari ini sesuai dengan seleramu? Apa kamu mau minta yang lain?”Belum sempat Jerremy menjawab, Jessie dul
Carly berkata, lalu memalingkan kepala melihat ke sisi Dacia. “Kamu juga nggak usah ladeni dia. Dia sudah terbiasa untuk dikelilingi orang-orang. Tentu saja dia merasa kesal karena dikucilkan. Semuanya akan baik-baik saja nanti.”Dacia mengangguk dengan tersenyum.Pada saat yang sama, di Kediaman Keluarga Tanzil.Sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Jerremy menuruni mobil dengan membawa hadiah. Dia berjalan ke dalam halaman. Kebetulan Kimin berjalan keluar rumah. “Tuan Jerry, ya?”Jerremy mengangguk. “Sebelah sini.” Kimin memiringkan tubuhnya, lalu membuat isyarat tangan mempersilakan.Jerremy memasuki vila. Silvia dan Hengky sedang duduk di dalam ruang tamu. Setelah mengetahui kabar abangnya Jessie hendak berkunjung ke rumah, mereka pun sudah mempersiapkan semuanya dari awal.Kimin membawa Jerremy memasuki vila. Silvia berdiri sembari tersenyum padanya. “Apa kamu itu kakaknya Jessie? Ayo, silakan duduk.”Jerremy duduk, lalu meletakkan kotak hadiah di atas meja. “Ibuku tidak ada wa
“Apa kamu merasa sangat puas sekarang?”Dacia mengerutkan keningnya. Belum sempat dia mengatakan sesuatu, Jane langsung mencengkeram kerah pakaiannya. “Gara-gara kamu, aku dikucilkan sama mereka. Apa kamu puas sekarang?”Dacia menepis tangannya, lalu mendorongnya. “Apa hubungannya sama aku?”“Sejak awal, kamu terus membohongiku. Kamu dan suamimu sudah bersekongkol. Kalau nggak, mana mungkin dia akan datang? Kalau bukan karena kalian, mana mungkin mereka akan pergi? Semua ini salah kalian!”Jane melampiaskan semua amarah ke diri Dacia.Dacia tidak ingin menghiraukannya, hendak berjalan pergi.Jane malah menyeret Dacia, tidak membiarkan dia pergi. “Hari ini kamu mesti jelasin ke aku. Kalau nggak, aku nggak akan lepasin kamu!”Pada saat ini, Carly datang. “Jane, apa yang lagi kamu lakukan?” Carly pergi mendorong Jane. “Apa kamu sudah gila?”Jane mendorongnya. “Aku gila? Kita sudah berteman selama delapan tahun. Apa kamu melupakannya? Aku sudah minta maaf juga. Apa lagi yang kalian inginka