Apa mungkin Firman sanggup menerima kabar mendadak ini?Ariel melipat kedua tangan di depan dada tanpa berbicara sama sekali.Tobias melanjutkan, “Bukannya Firman hanya suruh kamu untuk bertemu dengan wanita itu saja? Pergilah! Belum pasti wanita itu suka sama kamu. Anggap saja hanya formalitas.”Setelah Ariel hendak meninggalkan ruangan, tiba-tiba dia menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan tersenyum. “Oke, aku akan ke sana. Kalau dia suka sama aku, kamu saja yang menikahinya. Lagi pula, aku juga tidak keberatan untuk punya ibu tiri di usia sekarang.”“Dasar berengsek!”Saat buku dilempar, Ariel langsung berlari keluar ruangan. Buku pun menghantam pintu.Tobias menekan-nekan urat hijau yang menonjol di keningnya. Putri keluarga lain biasanya sangat lembut dan penurut. Namun, putrinya yang satu ini malah sangat membangkang. Kerjaannya hanya memancing emosi Tobias saja.…Menjelang malam, lampu jalan mulai dinyalakan. Sejak Gandhi meninggalkan vila, dia mulai merasa tidak tenang. Mun
Gandhi mengangguk. “Bagus, artinya bagus sekali.” Dia menuangkan anggur untuk Zane. “Tadi kamu bilang kamu jago minum. Kalau begitu, mari kita minum beberapa gelas. Asalkan aku gembira, kamu bisa minum sepuasnya.”Tidak ada yang menyadari ekspresi dingin di wajah Zane. “Aku sungguh merasa terhormat.”Di dalam ruangan VIP, Gandhi yang tidak berhenti minum itu sudah muntah hingga wajahnya merona. Suasana hati Gandhi sedang tidak bagus, apalagi dia minumnya terlalu cepat, Gandhi pun jadi mabuk.Ekspresi di wajah Zane masih tidak berubah. Dia melirik Gandhi sejenak, lalu meletakkan gelas alkohol. “Tuan, apa kamu ada masalah? Apa aku bisa jadi pendengarmu?”Emosi masih membaluti hati Gandhi. Apalagi dia telah minum banyak hari ini. Saat ini, Gandhi tidak memiliki tempat untuk melampiaskan amarahnya, hatinya terasa penat. “Hanya masalah sepele saja. Sialan! Aku sudah mengabdi selama bertahun-tahun sama dia, tapi dia malah lebih memilih percaya sama orang lain. Ternyata dia nggak pernah perca
Jules sedang duduk di depan laptop, lalu menggunakan teknik peretas untuk memecahkan kata sandi. Sekitar setengah jam kemudian, akhirnya dia berhasil membuka folder itu. Entah apa yang dilihat Jules, kedua matanya seketika menyipit.Beberapa saat kemudian, Jules mencabut flashdisk, lalu menutup telepon. Dia hendak meninggalkan kamar.Ericko sudah menunggu di parkiran hotel. Jules melepaskan rambut palsunya, lalu masuk ke dalam mobil. Ericko mengintip Jules dari kaca spion tengah. Jujur saja, Jules kelihatan sangat cantik ketika menyamar menjadi seorang perempuan.“Seharusnya tidak terbongkar, ‘kan?” Jules menghapus riasan di wajahnya. “Dia mabuk parah. Meskipun dia kepikiran kejadian malam ini, belum pasti dia ingat sama aku.”Ericko mengendarai mobil meninggalkan hotel. “Puzo telah menyerahkan kuasa mengurus Kamar Dagang Bardi ke orang lain. Gandhi pasti tidak terima.”Jules mengganti pakaian di dalam mobil. Dia mengancing pakaiannya dengan perlahan. “Terima atau tidak itu masalah la
Jessie keluar dari pelukan Jules. “Jangan peluk aku kalau kamu nggak jelasin ke aku!”Kepala Jules terasa sangat sakit. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan masalah ini.Tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Terdengar suara Ericko dari luar. “Tuan, pakaianmu ketinggalan di mobil.”Jules menepuk keningnya. Dia pergi membuka pintu, lalu mengambil kantongan dari tangan Ericko. “Terima kasih.”Setelah pintu ditutup, Jessie langsung mengambil tas hendak meninggalkan ruangan. Jules langsung menghalangi di depan pintu. Alhasil, Jessie pun menjerit, “Minggir! Aku mau pulang.”Jules pun tertawa. “Apa kamu benar-benar marah?”“Padahal aku berbaik hati ingin mengunjungimu, kamu malah memperlakukanku seperti ini. Ternyata hatimu sudah berubah! Dasar pria berengsek!” Jessie menepis tangan Jules, lalu memegang gagang pintu. Saat ini, Jules menyerahkan kantongan pakaian kepada Jessie. “Mau lihat tidak?”Jessie menoleh. “Lihat apa?” Jessie mengambil kantongan itu, lalu membukanya. Isinya berupa terusan wa
Tobias tersenyum. “Dua orang wanita lagi kencan buta. Lucu sekali.”Jodhiva mengalihkan pandangannya menatap gelas tehnya. “Bagaimana seandainya wanita itu benar-benar menyukai Ariel?”Tobias melambaikan tangannya. “Kamu nggak usah khawatir. Dengan penampilannya hari ini, kencan buta kali ini pasti akan gagal.”Jodhiva mengusap mulut gelas dan tidak berbicara.Ariel menunggu sejenak di mejanya. Tiba-tiba datang seorang wanita yang kelihatan lemah lembut. Dia memang tidak tergolong sangat cantik, tetapi cukup elegan.Si wanita tersenyum. “Apa kamu itu Tuan Muda Ariel?”Jari-jari tangan Ariel saling bertautan. Kemudian, dia pun bertopang dagu. “Iya, benar. Apa kamu itu Nona Alicia yang dikenalkan Paman Firman?”Alicia duduk di hadapan Ariel, lalu meletakkan tasnya di samping. “Aku pernah mendengar nama Tuan Muda Ariel sebelumnya. Tapi, kamu sungguh berbeda dengan yang kubayangkan.”Ariel tersenyum. “Semua orang juga akan berkata seperti itu ketika bertemu denganku.” Ariel mengibaskan ram
Ariel memalingkan wajahnya. Terlihat bekas merah di wajahnya. Ariel mengusapnya dengan kaget. “Kamu pukul aku?”Alicia merasa marah hingga matanya merona. “Kamu sudah menyentuhku, bukannya pantas kalau kamu dipukul?” Kemudian, Alicia melihat ke sisi Tobias. “Apa ini anak didikan Keluarga Oswaldo? Aku nggak menyangka anggota Keluarga Oswaldo akan melakukan hal rendahan seperti ini.”Tobias menekan-nekan keningnya, lalu memelototi Ariel. Bocah ini memang cari masalah saja!Tobias terpaksa membela Ariel. “Nona Alicia, maaf sekali, semua ini salahku lalai dalam mendidik anakku.”Alicia menerima permintaan maaf Tobias. “Anggap saja aku lagi sial. Lupakan dengan masalah kencan buta ini.” Usai berbicara, Alicia pun meninggalkan tempat.Saat melewati koridor, Alicia bertemu dengan sosok Jodhiva yang berjalan di sisinya. Alicia terbengong, lalu menoleh untuk melihatnya.Astaga! Sejak kapan ada pria seperti ini di Pulau Persia? Tampan dan elegan. Seandainya pria ini adalah Tuan Muda Ariel, Alici
Jodhiva langsung mengangkat gelas dan menyesap dengan perlahan.Ariel mengompres wajahnya dengan kantongan es. “Semua ini gara-gara kencan buta. Lain kali, suruh Ayah jangan sembarangan atur kencan buta lagi.”Pengurus rumah merasa tidak berdaya. “Pak Firman melakukannya juga demi kebaikanmu.”Bagaimanapun juga, Firman tidak tahu identitas asli Ariel. Tatapan Ariel tertuju pada sosok Jodhiva yang sedang menyesap teh dengan santai. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu. “Kenapa aku tidak kepikiran? Seharusnya aku suruh Tuan Muda Jody buat gantiin aku buat kencan buta. Tuan Muda Jody baru benar-benar cowok.”Kencan buta ini tidaklah bermakna bagi Ariel. Dia adalah seorang wanita, tetapi berbeda dengan Jodhiva. Dia adalah seorang pria.Jodhiva meniup teh panasnya, lalu mengangkat kelopak matanya. “Aku tidak berhak untuk menggantikan Tuan Muda Ariel.”Ariel duduk di sampingnya. “Kenapa tidak berhak? Aku akan beri kamu hak itu.”“Dengan usia Tuan Muda Jody sekarang, sudah seharusnya kamu memilik
Jessie terkejut, lalu berbisik, “Bukannya semua ini salahmu?”Jules menopang kepala dengan satu tangannya sembari tersenyum. “Oke, semua ini salahku.”Ericko berjalan ke dalam. Dia juga tidak kaget ketika melihat Jessie. Dia tahu Jessie bermalam di sini. “Tuan.”Jules mengangguk, lalu mengikuti Ericko berjalan ke depan pintu. Ericko melirik ke dalam ruangan sekilas, baru melaporkan, “Puzo mengutus anggotanya untuk mencari Gandhi. Sepertinya nasib Gandhi akan celaka.”Jules bertanya dengan tenang, “Kalau dia disingkirkan, siapa yang akan mengambil alih Kamar Dagang Bardi?”Ericko berpikir sejenak. “Kemungkinan besar si Celine.”Jules tersenyum lebar. “Bagus juga.”…Gandhi sedang berlutut di atas lantai marmer dengan sekujur tubuh merinding. Dia merasa sangat takut. Dia bahkan tidak tahu bagaimana ceritanya dokumen di komputernya bisa jatuh ke tangan Puzo.Puzo membelakangi Gandhi, memandang jendela yang sangat besar. “Gandhi, aku sudah menyerahkan Kamar Dagang Gandhi kepadamu. Apa begi