Jules sedang duduk di depan laptop, lalu menggunakan teknik peretas untuk memecahkan kata sandi. Sekitar setengah jam kemudian, akhirnya dia berhasil membuka folder itu. Entah apa yang dilihat Jules, kedua matanya seketika menyipit.Beberapa saat kemudian, Jules mencabut flashdisk, lalu menutup telepon. Dia hendak meninggalkan kamar.Ericko sudah menunggu di parkiran hotel. Jules melepaskan rambut palsunya, lalu masuk ke dalam mobil. Ericko mengintip Jules dari kaca spion tengah. Jujur saja, Jules kelihatan sangat cantik ketika menyamar menjadi seorang perempuan.“Seharusnya tidak terbongkar, ‘kan?” Jules menghapus riasan di wajahnya. “Dia mabuk parah. Meskipun dia kepikiran kejadian malam ini, belum pasti dia ingat sama aku.”Ericko mengendarai mobil meninggalkan hotel. “Puzo telah menyerahkan kuasa mengurus Kamar Dagang Bardi ke orang lain. Gandhi pasti tidak terima.”Jules mengganti pakaian di dalam mobil. Dia mengancing pakaiannya dengan perlahan. “Terima atau tidak itu masalah la
Jessie keluar dari pelukan Jules. “Jangan peluk aku kalau kamu nggak jelasin ke aku!”Kepala Jules terasa sangat sakit. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan masalah ini.Tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Terdengar suara Ericko dari luar. “Tuan, pakaianmu ketinggalan di mobil.”Jules menepuk keningnya. Dia pergi membuka pintu, lalu mengambil kantongan dari tangan Ericko. “Terima kasih.”Setelah pintu ditutup, Jessie langsung mengambil tas hendak meninggalkan ruangan. Jules langsung menghalangi di depan pintu. Alhasil, Jessie pun menjerit, “Minggir! Aku mau pulang.”Jules pun tertawa. “Apa kamu benar-benar marah?”“Padahal aku berbaik hati ingin mengunjungimu, kamu malah memperlakukanku seperti ini. Ternyata hatimu sudah berubah! Dasar pria berengsek!” Jessie menepis tangan Jules, lalu memegang gagang pintu. Saat ini, Jules menyerahkan kantongan pakaian kepada Jessie. “Mau lihat tidak?”Jessie menoleh. “Lihat apa?” Jessie mengambil kantongan itu, lalu membukanya. Isinya berupa terusan wa
Tobias tersenyum. “Dua orang wanita lagi kencan buta. Lucu sekali.”Jodhiva mengalihkan pandangannya menatap gelas tehnya. “Bagaimana seandainya wanita itu benar-benar menyukai Ariel?”Tobias melambaikan tangannya. “Kamu nggak usah khawatir. Dengan penampilannya hari ini, kencan buta kali ini pasti akan gagal.”Jodhiva mengusap mulut gelas dan tidak berbicara.Ariel menunggu sejenak di mejanya. Tiba-tiba datang seorang wanita yang kelihatan lemah lembut. Dia memang tidak tergolong sangat cantik, tetapi cukup elegan.Si wanita tersenyum. “Apa kamu itu Tuan Muda Ariel?”Jari-jari tangan Ariel saling bertautan. Kemudian, dia pun bertopang dagu. “Iya, benar. Apa kamu itu Nona Alicia yang dikenalkan Paman Firman?”Alicia duduk di hadapan Ariel, lalu meletakkan tasnya di samping. “Aku pernah mendengar nama Tuan Muda Ariel sebelumnya. Tapi, kamu sungguh berbeda dengan yang kubayangkan.”Ariel tersenyum. “Semua orang juga akan berkata seperti itu ketika bertemu denganku.” Ariel mengibaskan ram
Ariel memalingkan wajahnya. Terlihat bekas merah di wajahnya. Ariel mengusapnya dengan kaget. “Kamu pukul aku?”Alicia merasa marah hingga matanya merona. “Kamu sudah menyentuhku, bukannya pantas kalau kamu dipukul?” Kemudian, Alicia melihat ke sisi Tobias. “Apa ini anak didikan Keluarga Oswaldo? Aku nggak menyangka anggota Keluarga Oswaldo akan melakukan hal rendahan seperti ini.”Tobias menekan-nekan keningnya, lalu memelototi Ariel. Bocah ini memang cari masalah saja!Tobias terpaksa membela Ariel. “Nona Alicia, maaf sekali, semua ini salahku lalai dalam mendidik anakku.”Alicia menerima permintaan maaf Tobias. “Anggap saja aku lagi sial. Lupakan dengan masalah kencan buta ini.” Usai berbicara, Alicia pun meninggalkan tempat.Saat melewati koridor, Alicia bertemu dengan sosok Jodhiva yang berjalan di sisinya. Alicia terbengong, lalu menoleh untuk melihatnya.Astaga! Sejak kapan ada pria seperti ini di Pulau Persia? Tampan dan elegan. Seandainya pria ini adalah Tuan Muda Ariel, Alici
Jodhiva langsung mengangkat gelas dan menyesap dengan perlahan.Ariel mengompres wajahnya dengan kantongan es. “Semua ini gara-gara kencan buta. Lain kali, suruh Ayah jangan sembarangan atur kencan buta lagi.”Pengurus rumah merasa tidak berdaya. “Pak Firman melakukannya juga demi kebaikanmu.”Bagaimanapun juga, Firman tidak tahu identitas asli Ariel. Tatapan Ariel tertuju pada sosok Jodhiva yang sedang menyesap teh dengan santai. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu. “Kenapa aku tidak kepikiran? Seharusnya aku suruh Tuan Muda Jody buat gantiin aku buat kencan buta. Tuan Muda Jody baru benar-benar cowok.”Kencan buta ini tidaklah bermakna bagi Ariel. Dia adalah seorang wanita, tetapi berbeda dengan Jodhiva. Dia adalah seorang pria.Jodhiva meniup teh panasnya, lalu mengangkat kelopak matanya. “Aku tidak berhak untuk menggantikan Tuan Muda Ariel.”Ariel duduk di sampingnya. “Kenapa tidak berhak? Aku akan beri kamu hak itu.”“Dengan usia Tuan Muda Jody sekarang, sudah seharusnya kamu memilik
Jessie terkejut, lalu berbisik, “Bukannya semua ini salahmu?”Jules menopang kepala dengan satu tangannya sembari tersenyum. “Oke, semua ini salahku.”Ericko berjalan ke dalam. Dia juga tidak kaget ketika melihat Jessie. Dia tahu Jessie bermalam di sini. “Tuan.”Jules mengangguk, lalu mengikuti Ericko berjalan ke depan pintu. Ericko melirik ke dalam ruangan sekilas, baru melaporkan, “Puzo mengutus anggotanya untuk mencari Gandhi. Sepertinya nasib Gandhi akan celaka.”Jules bertanya dengan tenang, “Kalau dia disingkirkan, siapa yang akan mengambil alih Kamar Dagang Bardi?”Ericko berpikir sejenak. “Kemungkinan besar si Celine.”Jules tersenyum lebar. “Bagus juga.”…Gandhi sedang berlutut di atas lantai marmer dengan sekujur tubuh merinding. Dia merasa sangat takut. Dia bahkan tidak tahu bagaimana ceritanya dokumen di komputernya bisa jatuh ke tangan Puzo.Puzo membelakangi Gandhi, memandang jendela yang sangat besar. “Gandhi, aku sudah menyerahkan Kamar Dagang Gandhi kepadamu. Apa begi
Keesokan harinya, di Restoran Sameton.Alicia sedang duduk di ruangan VIP. Ketika berhadapan dengan Jodhiva, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang. Setelah dilihat-lihat, pria ini memang adalah pria paling unggul yang pernah dijumpai Alicia.Tangan Alicia yang memegang gelas teh sedikit gemetar. “Tuan Muda Jody, apa kamu itu penduduk asli Pulau Persia?”Jodhiva mengangkat gelas tehnya, tetapi dia tidak meminumnya. “Bukan.”Alicia menunduk sembari tersenyum. “Jadi, dari mana asalmu?”Jodhiva mengangkat sedikit kepalanya. “Ibu kota.”Alicia tersenyum. “Aku dari Area Homa, nggak tergolong jauh dari ibu kota.” Tiba-tiba Alicia kepikiran sesuatu, lalu bertanya lagi, “Apa Tuan Muda Jody berteman sama Tuan Muda Ariel?”Jodhiva menatap ke luar jendela dengan acuh tak acuh. “Tergolong iya.”Alicia sungguh tidak menyangka dia akan kenal dengan Ariel, bahkan selalu bersamanya. Jika tahu seperti ini, Alicia pasti tidak akan bersikap lancang terhadap Ariel waktu itu. Hanya saja, seharusnya Ari
Jodhiva menunduk untuk mendekati wajah Ariel.Kedua mata Ariel terbelalak lebar. Kipas di tangannya spontan jatuh ke lantai.Alicia juga sangat syok langsung berdiri dengan menutup mulutnya dengan tangan. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sepertinya dia tidak bisa menerima gambaran yang mendadak ini. Dia pun berlari meninggalkan ruangan dengan mata memerah.Sekujur tubuh Ariel menjadi tegang. Dia tidak berani bergerak sama sekali. Jarak kedua wajah sangatlah dekat hampir saja menempel. Hanya tersisa sedikit celah saja.Bibir Jodhiva menempel di jari yang ditindih di bibir Ariel. Meskipun tidak kena, hanya saja dari sudut pandang Alicia, kelihatan mereka memang sedang berciuman.Ariel spontan mendorong, lalu menunjuk. “Kamu ….” Ariel tidak berbicara lagi, langsung meninggalkan ruangan dengan panik.Jodhiva menatap jari tangannya sembari berpikir. Mobil sedang melaju di jalan. Suasana berubah menjadi sangat aneh. Ariel bertopang dagu melihat ke luar jendela. Gambaran