Jessie keluar dari pelukan Jules. “Jangan peluk aku kalau kamu nggak jelasin ke aku!”Kepala Jules terasa sangat sakit. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan masalah ini.Tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Terdengar suara Ericko dari luar. “Tuan, pakaianmu ketinggalan di mobil.”Jules menepuk keningnya. Dia pergi membuka pintu, lalu mengambil kantongan dari tangan Ericko. “Terima kasih.”Setelah pintu ditutup, Jessie langsung mengambil tas hendak meninggalkan ruangan. Jules langsung menghalangi di depan pintu. Alhasil, Jessie pun menjerit, “Minggir! Aku mau pulang.”Jules pun tertawa. “Apa kamu benar-benar marah?”“Padahal aku berbaik hati ingin mengunjungimu, kamu malah memperlakukanku seperti ini. Ternyata hatimu sudah berubah! Dasar pria berengsek!” Jessie menepis tangan Jules, lalu memegang gagang pintu. Saat ini, Jules menyerahkan kantongan pakaian kepada Jessie. “Mau lihat tidak?”Jessie menoleh. “Lihat apa?” Jessie mengambil kantongan itu, lalu membukanya. Isinya berupa terusan wa
Tobias tersenyum. “Dua orang wanita lagi kencan buta. Lucu sekali.”Jodhiva mengalihkan pandangannya menatap gelas tehnya. “Bagaimana seandainya wanita itu benar-benar menyukai Ariel?”Tobias melambaikan tangannya. “Kamu nggak usah khawatir. Dengan penampilannya hari ini, kencan buta kali ini pasti akan gagal.”Jodhiva mengusap mulut gelas dan tidak berbicara.Ariel menunggu sejenak di mejanya. Tiba-tiba datang seorang wanita yang kelihatan lemah lembut. Dia memang tidak tergolong sangat cantik, tetapi cukup elegan.Si wanita tersenyum. “Apa kamu itu Tuan Muda Ariel?”Jari-jari tangan Ariel saling bertautan. Kemudian, dia pun bertopang dagu. “Iya, benar. Apa kamu itu Nona Alicia yang dikenalkan Paman Firman?”Alicia duduk di hadapan Ariel, lalu meletakkan tasnya di samping. “Aku pernah mendengar nama Tuan Muda Ariel sebelumnya. Tapi, kamu sungguh berbeda dengan yang kubayangkan.”Ariel tersenyum. “Semua orang juga akan berkata seperti itu ketika bertemu denganku.” Ariel mengibaskan ram
Ariel memalingkan wajahnya. Terlihat bekas merah di wajahnya. Ariel mengusapnya dengan kaget. “Kamu pukul aku?”Alicia merasa marah hingga matanya merona. “Kamu sudah menyentuhku, bukannya pantas kalau kamu dipukul?” Kemudian, Alicia melihat ke sisi Tobias. “Apa ini anak didikan Keluarga Oswaldo? Aku nggak menyangka anggota Keluarga Oswaldo akan melakukan hal rendahan seperti ini.”Tobias menekan-nekan keningnya, lalu memelototi Ariel. Bocah ini memang cari masalah saja!Tobias terpaksa membela Ariel. “Nona Alicia, maaf sekali, semua ini salahku lalai dalam mendidik anakku.”Alicia menerima permintaan maaf Tobias. “Anggap saja aku lagi sial. Lupakan dengan masalah kencan buta ini.” Usai berbicara, Alicia pun meninggalkan tempat.Saat melewati koridor, Alicia bertemu dengan sosok Jodhiva yang berjalan di sisinya. Alicia terbengong, lalu menoleh untuk melihatnya.Astaga! Sejak kapan ada pria seperti ini di Pulau Persia? Tampan dan elegan. Seandainya pria ini adalah Tuan Muda Ariel, Alici
Jodhiva langsung mengangkat gelas dan menyesap dengan perlahan.Ariel mengompres wajahnya dengan kantongan es. “Semua ini gara-gara kencan buta. Lain kali, suruh Ayah jangan sembarangan atur kencan buta lagi.”Pengurus rumah merasa tidak berdaya. “Pak Firman melakukannya juga demi kebaikanmu.”Bagaimanapun juga, Firman tidak tahu identitas asli Ariel. Tatapan Ariel tertuju pada sosok Jodhiva yang sedang menyesap teh dengan santai. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu. “Kenapa aku tidak kepikiran? Seharusnya aku suruh Tuan Muda Jody buat gantiin aku buat kencan buta. Tuan Muda Jody baru benar-benar cowok.”Kencan buta ini tidaklah bermakna bagi Ariel. Dia adalah seorang wanita, tetapi berbeda dengan Jodhiva. Dia adalah seorang pria.Jodhiva meniup teh panasnya, lalu mengangkat kelopak matanya. “Aku tidak berhak untuk menggantikan Tuan Muda Ariel.”Ariel duduk di sampingnya. “Kenapa tidak berhak? Aku akan beri kamu hak itu.”“Dengan usia Tuan Muda Jody sekarang, sudah seharusnya kamu memilik
Jessie terkejut, lalu berbisik, “Bukannya semua ini salahmu?”Jules menopang kepala dengan satu tangannya sembari tersenyum. “Oke, semua ini salahku.”Ericko berjalan ke dalam. Dia juga tidak kaget ketika melihat Jessie. Dia tahu Jessie bermalam di sini. “Tuan.”Jules mengangguk, lalu mengikuti Ericko berjalan ke depan pintu. Ericko melirik ke dalam ruangan sekilas, baru melaporkan, “Puzo mengutus anggotanya untuk mencari Gandhi. Sepertinya nasib Gandhi akan celaka.”Jules bertanya dengan tenang, “Kalau dia disingkirkan, siapa yang akan mengambil alih Kamar Dagang Bardi?”Ericko berpikir sejenak. “Kemungkinan besar si Celine.”Jules tersenyum lebar. “Bagus juga.”…Gandhi sedang berlutut di atas lantai marmer dengan sekujur tubuh merinding. Dia merasa sangat takut. Dia bahkan tidak tahu bagaimana ceritanya dokumen di komputernya bisa jatuh ke tangan Puzo.Puzo membelakangi Gandhi, memandang jendela yang sangat besar. “Gandhi, aku sudah menyerahkan Kamar Dagang Gandhi kepadamu. Apa begi
Keesokan harinya, di Restoran Sameton.Alicia sedang duduk di ruangan VIP. Ketika berhadapan dengan Jodhiva, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang. Setelah dilihat-lihat, pria ini memang adalah pria paling unggul yang pernah dijumpai Alicia.Tangan Alicia yang memegang gelas teh sedikit gemetar. “Tuan Muda Jody, apa kamu itu penduduk asli Pulau Persia?”Jodhiva mengangkat gelas tehnya, tetapi dia tidak meminumnya. “Bukan.”Alicia menunduk sembari tersenyum. “Jadi, dari mana asalmu?”Jodhiva mengangkat sedikit kepalanya. “Ibu kota.”Alicia tersenyum. “Aku dari Area Homa, nggak tergolong jauh dari ibu kota.” Tiba-tiba Alicia kepikiran sesuatu, lalu bertanya lagi, “Apa Tuan Muda Jody berteman sama Tuan Muda Ariel?”Jodhiva menatap ke luar jendela dengan acuh tak acuh. “Tergolong iya.”Alicia sungguh tidak menyangka dia akan kenal dengan Ariel, bahkan selalu bersamanya. Jika tahu seperti ini, Alicia pasti tidak akan bersikap lancang terhadap Ariel waktu itu. Hanya saja, seharusnya Ari
Jodhiva menunduk untuk mendekati wajah Ariel.Kedua mata Ariel terbelalak lebar. Kipas di tangannya spontan jatuh ke lantai.Alicia juga sangat syok langsung berdiri dengan menutup mulutnya dengan tangan. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sepertinya dia tidak bisa menerima gambaran yang mendadak ini. Dia pun berlari meninggalkan ruangan dengan mata memerah.Sekujur tubuh Ariel menjadi tegang. Dia tidak berani bergerak sama sekali. Jarak kedua wajah sangatlah dekat hampir saja menempel. Hanya tersisa sedikit celah saja.Bibir Jodhiva menempel di jari yang ditindih di bibir Ariel. Meskipun tidak kena, hanya saja dari sudut pandang Alicia, kelihatan mereka memang sedang berciuman.Ariel spontan mendorong, lalu menunjuk. “Kamu ….” Ariel tidak berbicara lagi, langsung meninggalkan ruangan dengan panik.Jodhiva menatap jari tangannya sembari berpikir. Mobil sedang melaju di jalan. Suasana berubah menjadi sangat aneh. Ariel bertopang dagu melihat ke luar jendela. Gambaran
“Bagus kalau dia tidak senang.” Tobias menepuk-nepuk pundak pengurus rumah. “Aku malah takut dia akan merasa senang. Aku sungguh tidak menyangka akhirnya dia bisa cemburu juga. Hahaha.”Menjelang malam.Ariel sudah selesai membasuh tubuhnya. Dia membungkus tubuhnya dengan jubah mandi, sedang mencuci muka di dalam kamar mandi. Ketika mengambil gelas, dia spontan mengangkat kepalanya menatap dirinya dari dalam cermin. Tangan diusapkan di bibirnya sendiri. “Kalau tadi kecium ….”Saat Ariel tersadar dari bengongnya, dia merasa kaget langsung meletakkan gelas ke atas meja. Apa Ariel sudah gila?Ariel menggaruk kepalanya berjalan keluar kamar mandi. Seketika dunia terasa berputar. Disusul Tobias membawa sekelompok pelayan berpakaian rapi ke dalam. “Ariel, akhirnya kamu bangun juga. Ayo, cepat beres-beres dan rias dirimu. Pengantin akan segera tiba.”“Pengantin apa?” Ariel merasa kaget. “Bukan, Ayah, sejak kapan identitasku ….”Tanpa menunggu Ariel menyelesaikan ucapannya, Tobias melambaika
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me