Nazeela tersenyum melihat Farah makan dengan lahap. Tidak berapa lama Fairuz meninggalkan kamar, wanita itu membuka kelopak mata perlahan. Yang pertama dia lihat adalah sosok sang gadis sedang menatapnya dengan mata yang diselimuti embun. Farah mengangkat tangan, sebagai isyarat dia telah kenyang. "Udah, segini aja.""Satu suap lagi, Kak," pinta Nazeela dengan sendok teracung di depan mulut Farah.Namun, Farah menggeleng. "Perutku ngga sanggup lagi. Ntar malah begah, kekenyangan. 'Kan ngga lucu," balasnya terkekeh pelan.Nazeela meletakkan mangkuk yang berisi bubur yang tinggal separuh ke atas meja yang ada di sebelah brankar Farah. Dia menelisik raut wanita tersebut. Masih terlihat pucat dengan pipi yang semakin menirus, ada cekungan di kelopak mata bawahnya, dan kulit bibir yang mengelupas. Meski seperti itu kecantikan Farah tak berkurang sedikit pun. Benar sekali, jika kecantikan itu berasal dari hati, bukan rupa. Dia pernah mendengar sebuah hadis yang berbunyi. "Ingatlah bahwa
Baca selengkapnya