Fairuz masih bertahan di dalam mobil, meski dia telah berada di pekarangan rumah. Pikiran pria itu masih berkelana, mengingat permintaan Nazeela. Dia pikir akan sangat mudah meminta gadis dua puluh tahun itu menjadi istrinya. Melihat dari keadaan ekonomi Nazeela yang senin-kamis, apalagi sejak sang ibu tak bisa lagi bekerja. Jika, tidak dibantu oleh Farah, mungkin keluarga si gadis akan selalu kesusahan setiap hari. Keadaan si ibu yang sakit-sakitan, membuat Nazeela harus menggantikan pekerjaan beliau sebagai asisten rumah tangga di rumah mereka. Fairuz ingat saat pertama Farah membawa gadis tersebut dua tahun yang lalu. Kala itu, Nazeela baru saja lulus dari sekolah menengah atas. Wajahnya cantik, dengan tulang hidung tinggi, serta alis tebal menaungi mata indahnya yang menyorot teduh. Tanpa bisa dicegah hatinya menyayangi Nazeela. Hanya sebatas itu. Gadis tersebut dia anggap seperti adiknya sendiri. Seperti apa Farah memperlakukan Nazeela, seperti itu pula dirinya. Fairuz selalu
Read more