Home / Rumah Tangga / 180 Hari Menuju Akad / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of 180 Hari Menuju Akad: Chapter 41 - Chapter 50

86 Chapters

Pergolakan Batin

Aku benar-benar sudah tidak bisa lagi berkompromi dengan ustadz Fahri, kesabaranku yang setipis tisu dibagi dua ini akhirnya meluap, hingga keluarlah kata-kata yang tidak pantas dari mulut ini untuk lelaki itu.'Apa yang aku lakukan? Kenapa aku menjadi sangat kasar seperti ini?'Batinku mulai protes, tidak terima jika diri ini harus menyakiti dan melukai hati dan perasaan orang lain yang sama sekali tidak salah, apalagi orang itu adalah tunangan yang memiliki niat baik kepadaku.Bruk ...Aku muak dan memilih membanting ponselnya ke lantai, sebagai bentuk pelampiasan emosi pada diriku sendiri. Ya, setidaknya aku menjadi sadar untuk tidak lagi membalaskan amarah kepada lelaki yang tidak bersalah.Aku ingin sekali mengatakan kepada keluargaku kalau aku tidak ingin menikah dengan lelaki itu karena papaku adalah satu-satunya orang yang bisa ia ajak kompromi sekarang, akan tetapi rasa takut membuat kedua orang tuaku kecewa membayangi hati ini, karena sudah sejak lama kedua orang tuaku mengin
last updateLast Updated : 2023-10-14
Read more

42. Perasaan Terluka

Tetesan-tesesan air mata mengguyur sajadah seperti hujan lebat yang jatuh membasahi bumi. Zahra bersujud serta memasrahkan semuanya dan berharap Tuhan membantu menyelesaikan masalah hidupnya. Selama ini Zahra benar-benar telah bersikap angkuh dan sangat sombong, bahkan ia terjebak dengan perkataan sendiri yang mengatakan, "Terserah Allah saja." Hingga Tuhan memberikan pilihan terserah seperti yang dipinta oleh gadis cantik itu. Tapi pada kenyataannya Zahra adalah gadis munafik, ia tidak bisa menerima apa yang telah ia pinta, bahkan ia menyalahkan takdir Tuhan karena Tuhan memberikan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan di hatinya.Zahra sadar, kalau Allah itu adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan Tuhan sangat suka jika hamba-Nya meminta kepadaNya. Jadi harusnya sebagai manusia, Zahra harus meminta secara mendetail kriteria lelaki seperti apa yang ia inginkan, bukan malah putus asa atas rahmat dari Allah.'Tuhan, hamba tahu hamba salah, hamba terlalu sombong dan
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more

Disidang Abi

"Zahra, Abi sedari kecil hidup susah, Abi berjuang sangat keras untuk bisa membahagiakan anak-anak Abi karena Abi tidak ingin anak-anak Abi mengalami nasip buruk dan kesusahan hidup yang dulu Abi rasakan. Ya, Rasanya sangat wajar jika seorang ayah ingin membahagiakan dan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya dan Abi melakukan semua itu tulis dan ikhlas tanpa mengharapkan belas kasihan," ujar abi Abdullah lagi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.Zahra juga ikut terbawa suasana dan membayangkan betapa sakit dan hancurnya hatinya ketika ia harus mendengarkan sang ayah harus mengenang kembali masa lalunya.Ingin rasanya Zahra meminta maaf dan bersujud di kaki kedua orang tuanya sekarang, akan tetapi kesombongan dan keegoisan hati masih membuat Zahra enggan untuk melakukannya. Zahra merasa malu untuk mengaku salah dan kalah kepada kedua orang tuanya."Zahra, Abi dan Ummi tidak akan menuntut apapun atas semua yang telah kami berikan kepadamu, tapi sebagai orang tua tentu kami sangat in
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more

Kun Fayakun

"Bagaiman mungkin Zahra akan menjadi makmum untuk imam yang tidak ingin Zahra ikuti, Abi."Zahra mengangkat wajahnya, menatap mata sang ayah dengan mata yang berkaca-kaca, hingga keluarlah butiran kristal-kristal bening itu membanjiri pipinya."Abi, bukan lelaki seperti itu yang Zahra inginkan. Jadi maaf, Zahra tidak ingin melanjutkan pertunangan ini!"Zahra akhirnya berani mengutarakan pendapat dan apa yang terasa di dadanya, sesuatu yang selama ini ia simpan dalam diam hingga terjadilah kesalahpahaman yang tidak akan berujung jika tidak dipangkas.Bagaimana mungkin ia akan menikah dengan lelaki yang terus mengadukan masalah keduanya kepada orang tua. Sungguh, sikap lelaki itu sangat tidak dewasa, dan Zahra tidak suka dengan lelaki yang tidak gentleman seperti itu."Nak, Abi tidak akan lagi ikut campur masalah percintaanmu. Abi benar-benar sangat malu muka. Ini bukan yang pertama kalinya, tapi berkali-kali kamu menolak lelaki yang Abi dan Ummi jodohkan denganmu," ucap abi Abdullah dal
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more

Hancurnya Harapan Orang Tua

'Maafkan hamba Ya Allah, ampuni hamba Ya Rahman, hamba bersalah dan melakukan dosa besar,' ucap Zahra di dalam hatinya.Terbayang oleh gadis cantik itu bagaimana ia mengolok-olok takdir dak ketetapan hidupnya, bahkan ia telah berputus asa dengan rahmad Allah. Ia tidak ingin lagi hidup dan menyerah dengan kenyataan yang ada. Jadi Allah menegurnya dengan memberikan sesuatu sesuai dengan doanya. Ya, Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya, dan Allah juga tidak akan memberikan siksa melainkan atas kesalahan yang telah dilakukan oleh hamba-Nya itu. Allah Maha Tahu sedangkan hamba-Nya tidak, jadi jangan pernah bersikap sombong dan angkuh di dunia ini atas apa yang terjadi, karena berserah kepada Allah adalah jalan terbaik, sebab apapun yang terjadi di dunia ini atas kehendak dan kuasa Allah."Nak, untung Ustadz Fahri dan keluarganya adalah orang baik, jadi mereka tidak meminta denda dua kali lipat atas mahar yang telah mereka berikan. Kita hanya mengembalikan apa
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more

Berdamai Dengan Keadaan

Zahra mencium-cium kedua tangan milik kedua orang tuanya, meminta maaf dan berharap orang tuanya meridhoi hidupnya karena restu Alla ada pada Restu kedua orang tua dan murka Allah ada pada murka kedua orang tua. Zahra benar-benar takut jika Allah marah padanya. "Sudahlah, Nak, lupakan semuanya, kita mulai hari baru yang lebih baik dan untuk rasa malu ini biarlah Abi dan Ummi yang menanggungnya," ucap Abi Abdullah sembari menepuk-nepuk lembut pundak putri kesayangannya. Ya, Zahra paham, jika kedua orang tuanya adalah orang yang lumayan terpandang dan dihormati di lingkungan tempat tinggal mereka, jadi kejadian putus pertunangan ini akan menjadi tranding topik dan pembicaraan yang tidak akan habis-habisnya selama beberapa hari kedepan. Jadi Zahra sangat paham kalau kedua orang tuanya akan menutup rapat telinga atas sesuatu yang tidak seharusnya mereka dengarkan nanti. "Zahra, ada 6 bulan lagi menjelang Idul Adha, jadi Ummi berharap kamu bisa menemukan calon suamimu dalam waktu itu, ag
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more

Hari Baru

Kini giliran Zahra yang mengabaikan Alex, sebab yang terpenting saat ini untuk Zahra adalah kesehatan jiwa dan mentalnya sendiri. Ya, waktu 180 hari yang terasa sangat lama itu akhirnya sudah tidak lagi membebani Zahra, bahkan tidak sampai 180 hari pernikahannya akhirnya dibatalkan. Berbeda dengan orang yang putus cinta atau patah hati, dimana mereka mungkin saja akan menangis atau menyesali semua yang terjadi. Hal itu tidak berlaku kepada Zahra, sebab kini hati gadis cantik itu terasa teramat sangat lapang, dimana hubungannya dengan kedua orang tuanya membaik, hingga kini senyum mengembang kembali terpancar di wajah gadis cantik itu. Zahra kini memulai hari baru dengan fokus kepada dirinya sendi, dimana ia mulai menyibukkan diri dengan memperbaiki dirinya dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Zahra mulai ikut pengajian, bahkan jilbab yang biasanya diikat dileher kini telah menjulur ke bawah. Ya, walaupun belum memakai pakaian sesuai dengan syariat islam, setidaknya Zahra mulai belajar
last updateLast Updated : 2023-10-25
Read more

Membuka Diri

Yang ada dalam pikiran Zahra hanya kemarahan Andika, apalagi ia tidak sempat meminta maaf pada lelaki itu dan memilih kabur setelah kejadian tadi pagi. "Zahra, kamu mau 'kan makan siang sama aku?" ulang Andika sekali lagi. "I-iya, baiklah!" Zahra gugup, ia berjalan melewati Andika dengan pandangan menunduk tanpa melihat wajah lelaki itu sedikitpun. Zahra berjalan cepat menuju musala dengan sejuta kekhawatiran dan tanda tanya di dalam hatinya. Sedangkan Andika terus mengikuti gadis itu sampai ke musala tanpa diketahui oleh sang gadis. Andika seolah memastikan Zahra masuk ke dalam musala, kemudian menunggu gadis itu di depan musala sembari menyandarkan tubuhnya di dinding. Satu kakinya terus digoyang-goyangkan seolah sedang memikirkan sebuah kekhawatiran, bahkan menunggu terasa sangat lama hingga rasa takut jika Zahra membatalkan keinginan untuk makan bersama dengannya. Andika kemudian berjalan mondar mandir seperti kendaraan yang tidak tahu arah dan tujuannya, mencoba mempercepat
last updateLast Updated : 2023-10-25
Read more

Merusak Mood

'Mana mungkin Alex disini, aku pasti benar-benar sudah gila karena membayangkan lelaki itu ada dimana-mana,' ucap Zahra di dalam hati. Sejujurnya, meski pikiran menyangkal, hati dan perasaan masih berharap kalau memang lelaki yang bernama Alex itu ada disini. Entah perasaan apakah yang Zahra rasakan, ada kerinduan dalam kebencian dan semakin raga ingin menghindar atau mengelak maka perasaan ingin berjumpa itu semakin besar. "Ra, ayo duduk!" Andika tahu kalau saat ini Zahra sedang tidak fokus, namun ia memilih untuk tidak banyak bertanya atau ikut campur dengan urusan Zahra, karena mereka berdua belum sedekat itu, apalagi Andika tahu kalau Zahra memang sangat dekat dengan lelaki yang bernama Alex. "I-ya, terima kasih, Dik." Zahra duduk dengan bola mata yang terus berputar mencari dan melihat segala sisi keberadaan Alex. "Dek, kamu mencari Mas?" Sebuah kata-kata yang membuat jantung Zahra berdetak cepat luar biasa, saat lelaki yang sangat ia rindukan itu saat ini berada di depanny
last updateLast Updated : 2023-10-25
Read more

Benci Tapi Rindu

Zahra hanya ingin menghindari Alex saat ini. Ia benci dengan lelaki yang tidak memiliki perasaan itu, ia muak melihat sikap lelaki itu yang bertingkah seenak hatinya saja, tapi ada juga rasa rindu yang tersimpan di dalam kalbu, rindu yang kini sudah bisa ditahan dan diabaikan karena lelaki yang dirindukan tidak sebaik yang dibayangkan. Ada penyesalan di dalam hati, karena terlalu buta dan menilai seseorang dalam dalam segala hal, hingga tidak melihat celah keburukan sedikitpun walaupun sudah diperingatkan oleh orang tua. Ya, apapun yang terjadi semua telah terjadi, tidak ada juga yang perlu disesali karena nasi sudah menjadi bubur dan Zahra sudah terlanjur menyebar dan basah. Jadi, kini yang bisa Zahra lakukan hanya menghindar dan berusaha memperbaiki hati kembali agar tidak terjebak terlalu dalam untuk perasaan yang ia sendiri juga tidak paham apa artinya. "Dik, setelah makan kita langsung ke kantor saja ya," ucap Zahra tanpa menatap Andika ataupun Alex, tetapi lebih fokus kepada n
last updateLast Updated : 2023-10-28
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status