'Mana mungkin Alex disini, aku pasti benar-benar sudah gila karena membayangkan lelaki itu ada dimana-mana,' ucap Zahra di dalam hati. Sejujurnya, meski pikiran menyangkal, hati dan perasaan masih berharap kalau memang lelaki yang bernama Alex itu ada disini. Entah perasaan apakah yang Zahra rasakan, ada kerinduan dalam kebencian dan semakin raga ingin menghindar atau mengelak maka perasaan ingin berjumpa itu semakin besar. "Ra, ayo duduk!" Andika tahu kalau saat ini Zahra sedang tidak fokus, namun ia memilih untuk tidak banyak bertanya atau ikut campur dengan urusan Zahra, karena mereka berdua belum sedekat itu, apalagi Andika tahu kalau Zahra memang sangat dekat dengan lelaki yang bernama Alex. "I-ya, terima kasih, Dik." Zahra duduk dengan bola mata yang terus berputar mencari dan melihat segala sisi keberadaan Alex. "Dek, kamu mencari Mas?" Sebuah kata-kata yang membuat jantung Zahra berdetak cepat luar biasa, saat lelaki yang sangat ia rindukan itu saat ini berada di depanny
Zahra hanya ingin menghindari Alex saat ini. Ia benci dengan lelaki yang tidak memiliki perasaan itu, ia muak melihat sikap lelaki itu yang bertingkah seenak hatinya saja, tapi ada juga rasa rindu yang tersimpan di dalam kalbu, rindu yang kini sudah bisa ditahan dan diabaikan karena lelaki yang dirindukan tidak sebaik yang dibayangkan. Ada penyesalan di dalam hati, karena terlalu buta dan menilai seseorang dalam dalam segala hal, hingga tidak melihat celah keburukan sedikitpun walaupun sudah diperingatkan oleh orang tua. Ya, apapun yang terjadi semua telah terjadi, tidak ada juga yang perlu disesali karena nasi sudah menjadi bubur dan Zahra sudah terlanjur menyebar dan basah. Jadi, kini yang bisa Zahra lakukan hanya menghindar dan berusaha memperbaiki hati kembali agar tidak terjebak terlalu dalam untuk perasaan yang ia sendiri juga tidak paham apa artinya. "Dik, setelah makan kita langsung ke kantor saja ya," ucap Zahra tanpa menatap Andika ataupun Alex, tetapi lebih fokus kepada n
Wajah Alex tiba-tiba berubah, dengan bola mata memutar dan tidak lagi bisa menatap mata Zahra yang sedang berkaca-kaca menatapnya. "Ma-, Mas, ti-, tidak memeluk siapapun! Foto yang mana sih?" Dalam keadaan gugup, Alex berusaha menutupi kebenaran yang telah Zahra lihat. Alex berpura-pura tidak paham dengan apa yang Zahra ucapkan, karena selama ini citranya teramat sangat baik di mata Zahra. "Sudahlah, Mas, percuma ngomong sama kamu!" Zahra berjalan mendekati mobil Andika dan beberapa saat kemudian lelaki itu berlari menghampiri Zahra. "Yuk, Ra." Andika membukakan pintu mobil untuk Zahra, mempersilahkan gadis cantik itu masuk ke mobil tanpa menanyakan apapun kepadanya, karena Andika sangat menghargai privasi seseorang. Andika melajukan mobilnya dengan memberikan sebuah klakson kepada Alex. lelaki itu tengah bengong sembari meletakkan kedua tangannya di pinggang sembari menatap kepergian Zahra dan Andika. "Dik, apakah kamu mau mengantarkan aku ke pantai?" Zahra berbicara pelan d
"Kania, Mama mencari mu kemana-mana, Nak," ucap mantan calon mertuaku hingga menyadarkan ku kembali akan kenangan masa lalu yang baru saja memenuhi relung di hatiku."Maaf, Ma, maaf karena Kania dan keluarga harus pergi dari Jakarta untuk pulang ke kampung halaman kedua orang tua Kania karena Kania ingin memulai kehidupan baru tanpa bayang-bayang masa lalu," jelas ku.Ya, setelah calon suamiku meninggal, dan setelah hal aneh yang kulakukan tujuh tahun yang lalu, aku dan keluarga akhirnya memutuskan pulang ke Sumatera Barat, tinggal di Kota Padang dan mengabdikan diriku sebagai salah satu pegawai honorer di pemerintah daerah. Kedua orang tuaku juga memutuskan pensiun dari pekerjaannya, menyerahkan aset perusahaan yang beliau rintis dari nol kepada keluarga terdekat yang masih tinggal di Jakarta.Kedua orang tuaku, memberikan perhatian lebih kepadaku, hingga menyembuhkan trauma mental dan kejiwaanku, hingga akhirnya aku bisa memulai kembali hari baruku.Aku tidak melupakan mas Raka atau
Kakiku terasa gemetar dengan seluruh tubuh yang terasa menggigil, bahkan mulut ini tidak mampu untuk mengatakan apapun kepada Adrian.Ya, yang bisa kulakukan sekarang hanyalah memalingkan wajahku dari Adrian, menatap ke arah mama Arina, tatapan dengan sejuta tanya, salah satunya tentang keberadaan Adrian disini."Kania, maafkan Mama, Nak, Mama dan Nak Adrian memang datang bersama kesino."Sebuah pengakuan yang membuatku benar-benar merasa seperti tertipu oleh orang yang kupercaya.Hidupku saat ini sedang pusing tujuh keliling, bahkan aku memiliki masalah pelik yang belum bisa kuselesaikan sampau detik ini, namun kini aku kembali dihadapkan pada masalah baru yang kembali mengganggu hati dan pikiranku."Mama tunggu kamu di rumah Nak Adrian, kamu dan Kania bicaralah!" ucap mama Arina yang belalu pergi meninggalkanku dan Adrian.'Apa-apaan ini? Apa maksud dari semua ini? Kenapa semuanya jadi rumit seperti ini?' ucapku di dalam hati dengan ketidaktahuan yang membuatku terasa pusing tujuh k
"Adrian, aku sudah tidak sanggup hidup lagi!" ucapku sembari meraung. "Kania, Nia, istigfar! Sadarlah!" Adrian berusaha menenangkanku dengan kata-kata terbaik yang ia ucapkan."Kenapa terlalu sulit mendapatkan jodoh sesuai dengan yang kita inginkan?" "Kania, jangan mengatakan hal yang tidak-tidak, kamu harus bangkit. Begitu banyak lelaki yang menyukaimu, kamu bisa menikah dengan siapa saja yang kamu suka." Adrian terus berusaha menenangkanku."Siapa?" tanyaku menantang."Salah satunya aku," ucap Adrian lantang."Aku pernah menginginkan Mas Raka seorang, aku tidak ingin lelaki manapun. Tidak akan ada lelaki yang sebaik dia, tidak akan ada lelaki yang seperti dia. Tapi aku kini mulai takut kehilangan seseorang!" Aku meraung-raung, sementara Adrian berusaha tetap tenang, ia memikirkan cara yang tepat untuk menenangkanku."Kania, Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya, Allah memilihmu karena Allah percaya kamu bisa melewatinya, kamu harus kuat, Kania." Kata
Aku terus saja membalik album foto yang berisi semua fotonya dengan Raka. Semakin aku memandangi, maka rindu itu semakin memuncak.Tidak ada obat kerinduan selain bertemu, yaitu bertemu dengan sesorang yang dirindukan. Tapi, jika ia yang dirindukan sudah tidak lagi bisa ditemukan di mana, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menangis sembari mengenang semua kenangan tentang dia."Mas, aku ingin bertemu denganmu, tapi kemanakah aku akan mencarimu?" Kerinduanku akan Raka, membuat aku berpikir ingin mati saja. Aku ingin menyusul Raka ke surga.Beberapa kali terbesit di otakku untuk mengakhiri hidupku, namun suara hatiku selalu mengatakan kalau ia tidak boleh melakukan hal yang tidak-tidak, aku tidak boloh melakukan hal bodoh seperti yang kulakukan dulu.Aku teringat akan sebuah hadis yang pernah didengarkannya di youtube bahwa perkara rezeki, maut dan jodoh, telah diatur oleh Allah jauh sebelum kita terlahir kedunia. Tidak ada juga yang bisa mempercepat atau memperlambat kematian, apa
7 tahun yang laluRasya merasa tidak suka Bella memanggil Adrian sebagai Raka. Rasya benar-benar tidak bisa menerima itu."Bella, lihatlah, dia bukan Mas Raka," ucap Rasya sekali lagi, matanya mengisyaratkan kalau ia cemburu saat ini.Bella melepaskan genggaman tangan Adrian, ia berdiri dan menantang mata Rasya. Bella tidak suka jika orang asing seperti Rasya bersikap lancang seperti itu."Apa maksudmu?" teriak Bella dengan mata melotot.Rasya menatap mata Bella dengan penuh pengharapan, tatapan yang mengisyaratkan cinta suci dan tulus, tatapan mata yang penuh dengan air mata."Bella, lihatlah aku!" batin Rasya.Sementara itu Adrian jiga mulai bergerak, ia berdiri dan menggenggam tangan Bella."Bella, lihatlah aku!" Bella berpaling menatap Adrian.Adrian juga menatap dengan tatapan penuh cinta dan kasih sayang, cinta yang tulus sama seperti cinta yang dirasakan oleh Rasya."Astagfirullahalazim," ucap Bella di dalam hati.Air mata kedua lelaki yang ada di depannya membuat Bella tersad
"Kania, Mas yakin kamu akan mendapatkan lelaki terbaik dan terhebat seperti yang kamu harapkan selama ini. Ikhlaskan dia yang telah pergi dan buka hati untuk dia yang nantinya akan mengisi hari-harimu. Mas yakin, wanita baik sepertimu akan mendapatkan lelaki terbaik juga, karena jodoh adalah cermin diri, dan wanita baik-baik akan dipersatukan juga dengan lelaki baik-baik," ucap Arya menasihati ku.Kutatap lelaki itu dengan seksama, penuh kekaguman dan rasa syukur. Ya, akhirnya aku menyadari kalau Arya adalah sosok lelaki yang bisa mengayomiku, ia menasehatiku layaknya seorang kakak laki-laki kepada adiknya, melindungi dan menjagaku seperti saudaranya sendiri. Aku tahu, Arya adalah laki-laki. Ia memiliki naluriah laki-laki, sikap dan jiwa seorang lelaki yang mungkin saja mudah jatuh dan dimanfaatkan oleh wanita yang tidak benar-benar tulus mencintainya. Ia mungkin juga akan tergoda dengan wanita cantik dan seksi seperti sebelumnya, karena tantangan terbesar seorang lelaki yang telah su
"Ma, Bella terkagum-kagum dengan agama islam. Islam begitu memuliakan kedua orang tua dan Mama adalah surganya Bella."Bella bersujud dan mencium telapak kaki mamanya dengan tulus dan ikhlas. "Sayang, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini, Sayang!" Mama Ratna membantu putri kesayangannya untuk bangun dan bangkit. Beliau memeluk putri kesayanggannya itu. Rasa haru dan bahagia memenuhi hati dan fikiran mama Ratna, betapa ia sangat bahagia dan bersyukur karena memiliki putri yang teramat sangat baik dan berbakti seperti Bella."Nak, kamu benar-benar permata dalam kehidupan Mama dan Papa. Maaf karena selama ini kami membiarkanmu tumbuh sendiri tanpa perhatian dan kasih sayang."Mama Ratna membelai lembut rambut putrinya, matanya mengisyaratkan sebuah penyesalan yang teramat sangat dan keinginan untuk membalas sesuatu yang telah hilang menjadi senyum kebahagiaan untuk Bella."Ma, apa Bella boleh nggak usah ke kantor dulu? Bella ingin fokus di rumah dan belajar agama. Biar Lara saja y
"Tentu jadi, Sayang, nanti kita packing dan membereskan semua perlengkapan travelling," ujar mama Ratna bersemangat."Ma, emangnya Papa mau libur ngantor?" Papa Herman juga salah seorang manusia yang sangat gila dan mencintai pekerjaan, hingga Bella ragu papanya bisa ikut jalan-jalan dengan mereka atau tidak."Tenang, Sayang, perusahaannya 'kan punya kita, jadi tidak ada alasan bagi Papa untuk menolak," terang mana Ratna.Papa Herman menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum melihat dua wanita yang sangat dicintainya itu terlihat bersangat untuk liburan di luar kota.Ya, memang benar, Bella dan keluarganya sudah lama sekali tidak liburan bersama. Setidaknya sakitnya Bella menjadi perekat hubungan keluarga Bella."Terima kasih, Papa." Bella tersenyum dan terlihat sangat bersemangat."Kalau begitu, sekarang Papa ke kantor dulu ya. Papa ingin menyiapkan semua berkas-berkas dan pekerjaan yang tertumpuk sekalian memberikan tugas untuk dikerjakan oleh sekretaris papa selama kita tid
Bella memeluk mama Ratna, ia tidak bisa berkata apa-apa karena saat ini yang bisa dilakukannya hanya menangis."Sayang, Mama ada untukmu."Mama Ratna menepuk-nepuk punggung putri kesayangannya sembari membelai rambut Bella dengan penuh cinta dan kasih sayang."Ma, apa kita boleh berjalan-jalan ke luar kota? Bella ingin sekali liburan dan menenangkan fikiran," ucap Bella lembut namun tersedu-sedu."Tentu boleh, Nak. Bella boleh pergi ke mana saja yang Bella inginkan. Apa kamu pengen ke luar negeri, Sayang?" Mama Ratna ingin mewujudkan semua keinginan anak kesayangannya karena yang terpenting baginya adalah Bella bisa kembali ceria lagi dan bisa tersenyum lagi seperti dulu."Ma, Bella ingin liburan sama Mama dan Papa, tapi Bella ingin di Indonesia saja," terang Bella.Bella menatap wajah mama dengan penuh harap.Mama Ratna kemudian menghapus air mata yang mengalir di pipi putri kesayangannya itu."Sayang, Bella ingin ke mana?" Mama Ratna bertanya dan mendengarkan keinginan putri kesay
Bella tidak peduli dengan pertanyaan Rasya, mau tidur atau berpura-pura tidur saat ini yang ingin Bella lakukan hanya diam sembari menutup matanya."Bella, aku tahu kamu tidak tidur, tapi kalaupun kamu tidur maka beristirahatlah dengan tenang, aku akan membangunkanmu ketika kita telah sampai di rumah," ujar Rasya.Rasya terus melajukan mobilnya dengan hati yang berkecamuk, penuh dengan kegelisahan dan rasa bersalah. Hingga akhirnya mereka sampai di rumah Bella.Rasya menatap Bella, gadis cantik itupun terlihat sangat cantik saat menutup mata.Rasya kemudian menghapus air mata yang sedari tadi membasahi pipi Bella, hati Rasya terlihat sangat hancur karena melihat hal itu terjadi."Bella, kita sudah sampai di rumah." Rasya membangunkan Bella yang sebenarnya tidak tidur itu.Bella membuka matanya kemudian memaksakan dirinya untuk tersenyum. Bella tidak ingin melihatkan wajah murung qtau bersedih lagi kepada Rasya."Sya, kamu harus singgah di rumah, aku ingin membuatkanmu salad buah untu
Mama Rasya menatap Bella dengan lembut dan penuh kasih sayang. Beliau kemudian menggenggam tangan Bella dengan hangat, Bella merasakan ketulusan di sana."Sayang, Mama sangat merindukan Bella, maaf untuk banyak hal dan terima kasih banyak karena masih mau datang berkunjung ke sini."Ucapan tulus yang ke luar dari mulut mama Rasya membuat Bella terharu, hingga tanpa sadar air mata lagi-lagi membasahi pipi Bella.Kutatap mata mama Rasya dengan air mata yang tidak bisa berhenti ke luar dari mataku. Beliau juga melakukan hal yang sama."Tante, apa benar Tante merindukan Bella?"Dengan nada tersedu-sedu aku ingin memastikan tentang apa yang baru saja aku dengar bukanlah mimpi belaka."Tentu, Sayang, hanya kamu seorang gadis yang Tante anggap seperti anak sendiri dan Tante berharap kamu bisa menjadi istrinya Rasya." Secara terang-terangan mama Rasya mengungkapkan apa yang disimpannya di hatinya. Sementara Bella saat ini terlihat haru bercampur kaget."Bagaimana mungkin seseorang yang melar
Sahabat menjadi cinta, itulah hubungan yang dijalani oleh Bella dan Rasya pada awalnya. Jadi, hubungan percintaan mereka semasa SMA tidak lagi jaim-jaiman namun lebih menjurus kepada persahabatan. Saling menyayangi dan saling menjaga, saling mendukung dan selalu bersama dalam berbagai situasi dan kondisi, baik suka maupun duka. Begitulah hubungan Bella dan Rasya pada waktu itu. Hubungan yang membuat iri banyak mata ketika memandangnya."Bell, aku nggak nyangka ternyata kamu merindukan makanan buatanku."Rasya menatap mata Bella dengan takjub, ia tidak menyangka Bella merindukan masakannya. Ya, semasa SMA Bella dan Rasya memang sering bertukar makanan dan saling mencicipi makanan satu sama lain."Sya, tentu saja aku merindukan masakanmu, bahkan kamu membawakan aku makanan seriao hari, bagaimana mungkin aku melupakanny," ujar Bella dengan senyuman."Baiklah, kalau begitu kita kembali ke rumah sakit ya!" Rasya menghidupkan mesin mobilnya dan bersiap untuk melajukan mobilnya kembali ke r
Bella ingin sekali berdiri dan memeluk Adrian, menghapus air mata yang ada di pipi Adrian serta membelai lembut rambut Adrian. Namun apa daya, Bella tidak memiliki tenaga apa-apa untuk melakukan semua itu selain menangis menatapi lelaki yang terbaring lemah dengan banyaknya luka memar di tubuhnya."Bella, jangan menangis!" Adrian mencoba mengangkat tangannya, namun tangannya yang baru saja dioperasi itu tidak bisa digerakkan sama sekali. Hingga keinginannya untuk menghapus air mata Bella menjadi terurungkan. Adrian juga sangat ingin memeluk Bella, menghapus air mata yang ada di pipi Bella, membelai rambut gadis cantik itu dan memberikan semangat kepada Bella.Namun apa daya, Adrian tidak lagi mampu bergerak dan melakukan apa-apa selain berbaring, bahkan untuk berbicara saja Adrian sangat kesusahan."Adrian, cepatlah sembuh! Aku berjanji aku akan memperlakukanmu dengan baik jika kamu sembuh."Dengan membelai tangan Adrian, Bella menatap wajah yang penuh dengan perban itu dengan tangis
Mama Ratna penasaran dengan apa yang terjadi kepada Adrian, bagaimanapun juga Adrian adalah lelaki yang membantu Bella ketika Bella hancur ketika kehilangan kekasih hatinya. Walaupun mama Ratna sangat menyukai Rasya dan berharap dokter tampan itu yang akan menjadi menantunya, mama Ratna tetap tidak bisa melupakan hutang budinya kepada Adrian. Adrian adalah lelaki yang menjadi matahari saat bumi yang ditinggali oleh putri kesayangannya ditutupi oleh awan kelam."Adrian mengigau memanggil-manggil nama Bella."Papa Herma ln berhenti sejenak, beliau sepertinya juga teramat sangat mengkhawatirkan Bella."Bella?" Mata mama Ratna terbelalak, seolah ingin menanyakan sesuatu, namun beliau takut kalau suaminya marah."Kasihan Adrian, Tante, kedua orang tuanya masih berada di luar negeri. Namun, saat ini dia ditemani oleh tunangannya, tetapi Adrian sedikitpun tidak menyebut nama tunangannya," jelas Rasya.Penjelasan Rasya membuat mama Ratna paham, bahwa ada cinta yang tulus dari relung hati ter