Home / Pernikahan / Rahasia Anak Kembar Sang CEO / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Rahasia Anak Kembar Sang CEO : Chapter 91 - Chapter 100

115 Chapters

Bab 91. Kebahagiaan Pandu

Amanda menatap Pandu dengan ekspresi campur aduk antara keheranan dan kecurigaan. "Apa yang ingin kamu katakan?"Pandu menjawab dengan hati-hati, "Amanda, aku tahu bahwa masa lalu kita penuh dengan luka dan pahit, tapi aku mohon padamu untuk bisa memaafkan ayahku.""Apa maksudmu? Kenapa aku harus memaafkan ayahmu?" tanya Amanda, "kalau dia merasa punya salah, kenapa dia tidak datang sendiri padaku untuk meminta maaf.""Ayah juga menginginkan seperti itu, tapi aku melarang. Aku khawatir kedatangan ayahku membuat kamu tidak nyaman." Pandu menatap wanita cantik yang dulu begitu lembut, tapi kini selalu berkata kasar padanya. "Sebenarnya Ayah ingin bertemu dengan Alan dan Alana, tapi aku tidak berhak mengizinkannya tanpa sepengetahuan kamu.""Ya tentu saja kamu tidak mempunyai hak atas kedua anakku." "Aku tahu, karena itulah aku meminta izinmu terlebih dulu.""Walau itu, memang ayahmu tidak membelaku, tapi aku tidak membencinya. Aku hargai dia karena tidak turut campur dengan permasalaha
Read more

Bab 92. Merindu

"Apa yang kalian bicarakan?" Alan menatap Ayah dan ibunya secara bergantian."Ayahku ingin bertemu dengan kalian," kata Pandu, "apa kalian bersedia bertemu dengannya?"Pandu sadar akan kesalahan dia dan keluarganya yang membuat Alan dan Alana sulit menerima kehadirannya. Namun, perlahan ia akan mengenalkan mereka kepada keluarga besarnya karena anak kembar itu adalah pewaris keluarga Bagaskara."Ayahmu?" Alan mengerutkan keningnya. "Siapa dia?""Dia itu kakekmu," jawab Pandu sambil tersenyum, "kalau kalian tidak keberatan, kalian bisa memanggilnya Kakek.""Apa aku mempunyai saudara lain yang belum aku ketahui?" Alana menatap ibunya. "Apa aku perlu mengenal mereka?"Selama ini mereka tidak pernah mengira mempunyai keluarga selain kelurga Tama yang mereka kenal sejak kecil."Maafkan Ayah. Ini semua karena kesalahan Ayah," ucap Pandu pelan, "jika kalian tidak mau mengenal atau bertemu dengan Kakek, Ayah tidak akan memaksa." Pandu tersenyum, walau ia terluka mendengar pertanyaan anaknya.
Read more

Bab 93. Memperbaiki Hubungan

Amanda duduk di depan mantan suaminya, Pandu. Setiap detik terasa seperti sebuah beban berat yang menekan dadanya. Sudah beberapa tahun sejak mereka bercerai, tapi kenangan akan masa lalu yang penuh rasa sakit masih menghantui Pikirannya."Maafkan aku, Amanda. Aku benar-benar menyesali perbuatanku." Penyesalan akan perbuatan jahat pada sang istri masih menghantuinya. Apalagi bukan hanya menelantarkan wanita yang dicintainya, tapi ia juga menelantarkan anak-anaknya.Pandu menghirup napas dalam-dalam sambil mengumpulkan keberanian yang ia miliki. Rasanya tidak cukup hanya sekali meminta maaf kepada Amanda atas semua kesalahan dan kesakitan yang pernah ia berikan. Merasa gugup, namun teguh dengan tekad, Pandu menatap mantan istrinya lekat-lekat."Amanda, aku bersedia melakukan apa pun, asalkan kamu mau memaafkanku. Mungkin perbuatanku terlalu menyakitkanmu, tapi aku tidak akan pernah bosan untuk mengharap maaf darimu."Amanda tampak belum sepenuhnya memaafkan Pandu, tetapi ia akan member
Read more

Bab 94. Penerus Keluarga Bagaskara

Amanda duduk di ruang keluarga, dengan anak kembarnya, Alan dan Alana duduk di sebelahnya. Wajah mereka terlihat cemas dan penuh tanya. Ayah mereka, Tama, telah pergi ke luar negeri tanpa memberikan penjelasan padanya. Amanda tahu bahwa saatnya untuk memberikan penjelasan yang mereka butuhkan."Ayah kalian pergi ke luar negeri karena ada pekerjaan yang mendesak," kata Amanda dengan penuh kelembutan. "Dia harus bertugas di negara lain untuk beberapa waktu, tapi jangan khawatir, Ayah akan segera kembali."Alana mendongak, matanya berkaca-kaca. "Tapi, mengapa Ayah tidak memberitahu kami sebelum pergi?" tanyanya dengan suara lirih.Amanda merasa berat hati melihat putrinya yang sedih. Dia memegang tangan Alana dengan lembut dan menjawab, "Ayahmu tidak ingin kalian khawatir. Dia tahu bahwa pergi ke luar negeri akan mempengaruhi kalian, jadi dia memutuskan untuk tidak memberi tahu kalian.""Kapan Ayah pergi? Apa dia sudah tidak menyayangi kami lagi?" Alan tertunduk."Aku merindukan Ayah," k
Read more

Bab 95. Ketulusan

Alan dan Alana berdiri di hadapan sang kakek. Mereka masih merasa sedikit gugup, karena ini adalah pertama kalinya bertemu dengan Kakek Bagaskara. Meskipun demikian, mereka telah sepakat untuk dengan tulus menyebutnya "kakek" sejak awal pertemuan."Iya, Kakek. Kami bersedia memanggilmu kakek," sahut Alana sambil tersenyum."Itu benar," timpal Alan, "kami bahagia memiliki seorang kakek.""Terima kasih cucuku," kata kakek Bagaskara dengan suara serak sambil menitikkan air mata.Tangis haru tak terbendung meluncur dari matanya. Dia merasa begitu terharu saat kedua cucunya menerima dirinya dengan baik. Alan dan Alana, adalah anak kembar yang begitu baik dan sopan.Tanpa ragu, Kakek Bagaskara meraih mereka dalam pelukannya. Dia merasa kehangatan dan kelembutan yang luar biasa dari tubuh kecil cucu-cucunya. Air mata kebahagiaan terus mengalir dari matanya, mencuci rasa rindu yang telah dia simpan selama bertahun-tahun."Kakek ...." Alana melepas pelukannya, lalu menyeka air mata yang membas
Read more

Bab 96. Rindu

Setelah beberapa minggu berlalu, sejak Tama memutuskan untuk pergi ke luar negeri. Tak ada kabar dari Tama sejak kepergiannya, meninggalkan rasa kekhawatiran dan kecemasan di hati orang-orang terdekatnya. Terutama, Alan dan Alana."Ibu, apa ada kabar dari Ayah baik?" Alan bertanya pada ibunya setelah mereka selesai makan. "Aku rindu dia, ini sudah lama sejak dia pergi, belum ada kabar sama sekali.""Aku juga merindukannya," timpal Alana, "Aku ingin berbicara dengannya. Sebentar juga tidak apa-apa.""Ibu tidak tahu," jawab Amanda, "mungkin cuaca di sana sedang buruk. Jadi, Ayah baik belum bisa menghubungi kita." Amanda hanya menerka apa yang terjadi di sana supaya Alan dan Alana tidak mengira yang tidak-tidak tentang Tama.Sejujurnya Amanda juga khawatir tentang keadaan Tama. Ia sudah berusaha menghubunginya, tapi nomor teleponnya tidak aktif."Maafkan Ayah," ucap Pandu, "Ayah lupa memberi tahu kalian kalau cuaca di sana memang sedang buruk. Jadi, Ayah baik belum bisa menghubungi kali
Read more

Bab 97. Kecelakaan

Alan dan Alana kehilangan kabar dari ayah mereka, yang berada di luar negeri untuk urusan pekerjaan. Beberapa bulan berlalu tanpa ada tanda-tanda atau pesan dari sang ayah dan kekhawatiran menghantui pikiran mereka setiap hari.Setiap malam sebelum tidur, mereka berdua berdoa untuk kesehatan ayah mereka. "Tuhan, tolong jagalah ayah kami dan bawa dia kembali dengan selamat," ucap Alan sambil menatap langit. Alana bergabung dengan doa itu dengan harapan dan kepercayaan yang sama.Hari-hari di sekolah diisi dengan kecemasan dan kekhawatiran. Alan dan Alana merasa terasing dari teman-teman sekelas mereka. Mereka tidak dapat mengikuti obrolan tentang kegiatan yang dilakukan oleh ayah seorang teman atau cerita seputar liburan bersama keluarga. Kemalangan itu merasuk ke dalam pikiran mereka, menyisakan perasaan kesepian dan kegelisahan yang mendalam."Lana, bagaimana kalau kita pergi mencari Ayah setelah pulang sekolah nanti," usul Alan, "kita jangan ikut pulang bersama Kakek.""Tapi, kalau
Read more

Bab 98. Kepulangan Tama

"Aku tidak tahu, tapi aku akan melaporkannya ke polisi atas perbuatannya," jawab Pandu sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana."Tunggu dulu!" cegah Amanda, "kita tidak tahu bagaimana kondisinya sekarang. Aku tidak mau melaporkan orang yang sedang sekarat.""Baiklah. Aku ikut keputusanmu." Pandu menelpon seseorang, lalu kembali menatap Amanda. "Aku akan kembali ke rumah sakit."Amanda mengangguk. "Aku titip Mas Tama.""Kamu jangan khawatir, Tama akan baik-baik saja." Pandu mendekati anak kembarnya, lalu mencium puncak kepala kedua itu. "Kalian juga jangan khawatir, Ayah baik pasti akan cepat sembuh.""Iya, Ayah." "Ayah pergi dulu." Pandu mengacak-acak rambut kedua anaknya, kemudian berpamitan kepada Amanda. "Aku pergi dulu. Sebaiknya kamu temani anak-anak."Amanda mengangguk. "Kalian istirahat di kamar Ibu ya!" perintah Amanda, "kalian tenang ya. Semua akan baik-baik saja."Keesokan harinya setelah kejadian mengerikan yang hampir merenggut nyawa kedua anaknya, Amanda berusaha
Read more

Bab 99. Perasaan Tama

"Bagaimana keadaannya?" Tama juga penasaran dengan keadaan Sonya."Kakinya terluka parah, kemungkinan ia tidak akan bisa berjalan lagi," jawab Baron."Tapi kita tidak tahu keajaiban Tuhan," ucap Tama, "walau dia wanita yang jahat, tapi saya berharap dia akan baik-baik saja dan mendapat kesempatan untuk memperbaiki dirinya.""Dia itu wanita yang sangat jahat, wanita sepertinya tidak pantas hidup.""Dia itu manusia biasa sama seperti kita," ucap Tama. Sebelumnya ia menginginkan Sonya lenyap dari muka bumi ini, tapi setelah tahu masa lalu wanita itu, Tama merasa iba. "Sebenarnya dia hanya butuh perhatian dari orang yang benar-benar tulus mencintainya."Baron mendekatkan wajahnya pada Tama. "Apa kamu menyukai Sonya?" "Tentu saja tidak!" Tama menjawabnya dengan tegas."Ya tentu saja karena kamu mencintai Amanda." Baron berkata pelan, lalu tertawa."Bukan seperti itu," elak Tama, "walau bagaimanapun saya yang bertanggung jawab atas kondisinya saat ini.""Itu karena kamu tidak punya pilihan
Read more

Bab 100. Perasaan Amanda

Amanda merasa kegelisahan menekan dadanya. Sesuatu yang tak pernah dia bayangkan sekarang nyata terjadi di hadapannya. Sejak tadi ia menunggu Tama menyatakan perasaannya, tapi setelah itu terjadi, Amanda malah merasa bingung.Amanda berbalik menghadap Tama, tapi ia tidak mengatakan apa pun. Ia tidak tahu harus berkata apa pada Tama.Tama, dengan wajahnya yang tegang tapi bersemangat, memandang Amanda dengan penuh harap. Ia duduk di tepian ranjang sambil menggenggam kedua tangan wanita yang sedang berdiri di hadapannya."Amanda, saya perlu bicara denganmu tentang sesuatu yang penting. Sesuatu yang telah lama tertahan dan sekarang saya tidak bisa menyimpannya lagi. Saya mencintaimu, Amanda. Benar-benar mencintaimu."Perkataan Tama membuat jantung Amanda hampir berhenti berdetak. Ia terkejut, adegan ini berlangsung sangat cepat baginya. Sebelumnya Amanda tidak pernah membayangkan bahwa Tama akan memiliki perasaan yang lebih dari sekadar persaudaraan. Ia merasakan kepanikan mendalam dalam
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status