All Chapters of RIVAL (KAU SIKSA ANAKKU, KUHANCURKAN HIDUPMU): Chapter 81 - Chapter 90

125 Chapters

Part 57 A

Part 57POV Diah"Jangan mundur! Jangan mau kalah! Kita sudah melangkah sejauh ini. Jadi, harus dilanjutkan apapun yang terjadi. Atau, Mbak Diah akan seperti menyiram ari kotoran ke wajah sendiri. Ingat! Mbak Diah sudah menyanggupi, apapun yang terjadi harus dilanjutkan." Pak Nanang memberi semangat saat aku menceritakan yang terjadi di hari kemarin. Semua guru yang mendengar termenung dengan ekspresi tidak percaya, ada sosok guru seperti Ambar dan kawan-kawannya. "Aku mau mengerjakan laporan agar uang bisa segera cair. Aku cari di youtube adanya yang depag. Beda penampilannya sama yang dinas. Aku bingung, Pak. Aku bisa saja belajar. Tapi, siapa yang mau kuminta untuk mengajari?" tanyaku putus asa. Aku orang yang sangat bersemangat dalam mempelajari hal baru. Namun, untuk kali ini, akh merasa buntu. Risna benar-benar terlihat menjauh. Risna seperti ikut membenciku. Hingga aku bertanya pada diri sendiri, salahku apa? "Orang yang jadi bendahara bukan cuma satu kecamatan sini. Minta
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Part 57 B

Mas Rizal yang melihatku murung membuatkan segelas cokelat hangat. "Diminum, Dek," katanya. "Kamu kusut sekali. Kamu bingung ya?"Aku melirik sekilas. "Sudah tahu kok tanya sih, Mas," jawabku lesu. Aku iseng melihat-lihat kontak di ponsel. Lalu menemukan sebuah nama. Giyanti.Aku menjerit kegirangan."Kamu kenapa, Dek?" tanya Mas Rizal. "Aku nemu orang yang bisa kutanya tentang ini," jawabku senang. Akhirnya, aku berhasil mendapatkan seorang yang mau memberi pertolongan. Dia menyuruhku ke rumahnya di luar jam sekolah. Giyanti, teman beda kecamatan. Di hari Minggu aku akan pergi kesana. Suami Giyanti adalah teman dekat Sela. Namun, Giyanti yang memang sudah tahu sekali tentang hubungan Sela dengan Ambar, tidak merasa keberatan mengajariku. "Aku seperti dibuat agar tidak bisa membuat laporan, Gi. Masa iya, semua orang tidak ada yang bisa saat kutanya. Termasuk Pak Harjo.""Lhah, Pak Harjo itu mentor lho. Dia di atasnya Sela banget. Masa iya nyuruh kamu ke dinas?" tanya Giyanti hera
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Part 58 A

Part 58 Saat terjatuh, kita akan tahu, siapa orang yang mendekat mengulurkan bantuan, dan siapa yang akan menjauh dan tidak peduli. Itu yang sedang kurasakan saat ini. Pusing, bingung, dijatuhkan mentalnya oleh orang-orang itu, tetapi ada sebuah pelajaran lain yang kupetik. Aku tahu seperti apa sosok Risna. Seolah kebaikan yang kutanam selama ini padanya tidak terlihat sama sekali. Aku: Makasih, Ris, sudah melupakan aku. Risna: Kamu ngomong apa sih, biasa saja lah. Aku menganggap semua teman sama. Iya betul, semua teman sama. Sama-sama dibutuhkan dia. Tergantung butuhnya pada saat apa maka dia akan mendekat. Hati, jangan pernah berharap kebaikan orang! Lupakan orang-orang toxic yang hanya memanfaatkan kita saat butuh saja. Akhirnya aku bisa masuk ke rumah Nila setelah lama menunggu. Ku jatuhkan tubuh di atas sofa dan langsung terlentang. "Suami kamu gak di rumah 'kan, Nil?" tanyaku sambil menatap langit-langit rumah Nila yang belum di plafon, karena rumah itu rumah yang ba
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Part 58 B

Allah telah berjanji dalam Al-Qur'an surah Al Insyirah yang berbunyi, di setiap kesukaran pasti ada kemudahan. Ayat itu bahkan diulang sampai dua kali. Sempat putus asa, berkali-kali menggigil saat Ambar and the gank mencoba menjatuhkan mentalku. Sampai pernah aku benar-benar jatuh sakit panas semalaman memikirkan ini, tapi sekarang Allah mengirimkan bantuan padaku melalui Nila. Berjalanlah di jalan yang benar dan tegakkan kebenaran meski kau hanya sendiri di tengah banyak orang yang berbuat zalim, dan Allah benar-benar akan memudahkan langkah kita. Semula aku hanya ingin meminta agar Nila bersedia mengajariku, tetapi dia justru menawarkan bantuan untuk mengerjakan laporan di aplikasi yang belum kupahami sama sekali. "Mungkin mereka sering masuk angin saat membuka baju lama." Aku bergumam. Nila hanya menanggapi dengan tawa yang kecil. "Kamu tahu, gak? Kalau input realisasi, harus selesai tiga hari lagi?" tanya Nila. "Enggak.""Tidak ada info di grup?""Tidak.""Berarti kamu sed
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Part 59 A

Part 59Setelah tahu jika orang itu Mas Rizal, sosok suami yang sering membuat emosi naik turun dan hati kesal, aku menangis meraung-raung. Jika ada orang yang melihat, mungkin dikiranya kami sedang bertengkar. "Diah, Di, kamu kenapa menangis?" Mas Rizal mengguncang tubuhku. Aku tidak menjawab. Hati ini lega karena yang mengejar sedari tadi bukan pembunuh. Tetapi, aku juga merasa kesal kenapa Mas Rizal membuntuti seperti tadi. Bukannya langsung menunjukkan jati dirinya. Malah memakai berbagai macam atribut yang menakutkan serta memakai motor dan helm yang berbeda. Sulit untukku mengendalikan emosi yang membuat menangis. Agak lama aku tergugu. Namun, sedikit demi sedikit mereda. "Kamu kenapa?" tanya Mas Rizal lembut."Kamu kenapa sih, Mas membuntuti aku seperti begal? Aku takut tahu? Aku kira kamu ini pembunuh bayaran Sela. Dari tadi kamu mengejar terus tanpa mau membuka helm. Aku sampai ketakutan dan mengendarai motor dengan kecepatan delapan puluh di jalan berkelok. Kenapa kamu t
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

Part 59 B

Aku duduk dan menarik napas lega. Akhirnya, permasalahan pembuatan laporan sudah selesai juga."Di, tadi teman kamu telpon Pak Sela?" tanya Mbak Asih menemuiku di kelas. "Iya. Kenapa?""Gak papa sih, tapi dia jadi tahu kalau dibuatkan teman kamu.""Biarkan saja. Yang penting laporan jadi."Mbak Asih keluar kelas dan aku merapikan buku-buku di pojok baca yang berserakan. Habis Dzuhur, Ambar kembali membuat status yang benar-benar membuat emosiku naik lagi. Ya begitulah kalau orang hatinya dipenuhi iri dan dengki. Penyakit hati yang membuat takabur jadinya mabur-mabur (terbang) kemana-mana tidak. Mencari bantuan karena sama sekali tidak mampu. Memaksakan diri padahal otak dangkal. Otaknya bodoh kayak otak udang. Aku kembali menggigil dan demam. Itu yang menjadi kelemahanku saat terkena mentalnya. Mendadak badanku panas. Nila yang memaksa bicara dengan Sela ternyata beritanya sudah sampai pada Ambar. Aku harus kuat. Aku tidak boleh lemah. Aku hanya tinggal menghadapi Sela dan Ambar.
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

Part 60 B

Siang itu juga aku dan Nila berangkat ke dinas. Nila sangat dekat ternyata dengan orang yang mengurus bagian BOS di dinas. Makanya dia berani sekali mengambil langkah ini.    "Hai, Pak," sapa Nila genit.    "Apa lagi? Kamu kerjanya ganggu aku saja deh, Nil."   Nila menceritakan apa yang aku alami dengan gamblang.    "Betulkah begitu, Mbak?" tanya pria yang memiliki perut sedikit buncit itu.    "Iya, Pak, aku ini salah apa ya, Pak? Aku kenapa dizalimi. Aku itu hanya meminta diajarin Mbak Nila tapi malah gini, Pak." Mulai akting, aku menangis.    "Ya sudah, jangan menangis!"    "Ada apa ini?" Sebuah suara membuatku kaget. Aku menoleh dan di sana berdiri Bapak Kepala Dinas yang ternyata sudah mendengar percakapan kami. "Coba jelaskan, apa yang terjadi? Saya dengar kok ada bendahara yang seperti itu? Rumit sekali
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

Part 60 A

Part 60"Kejadiannya jam berapa emangnya, Mei? Maksudnya Pak Harjo cerita sama kamu kapan?" tanyaku.  "Tadi siang di sekolah," jawab Mei.  "Berarti bukan karena status aku dong, Mei." "Iya, tapi mendingan kamu hapus. Daripada kamu dilaporkan ke dinas." "Emang Pak Harjo bilang apa?" "Pak Harjo bilang, Diah itu memang tidak tahu diri ya. Memaksa kepala sekolah untuk minta bendahara diganti, tapi setelah itu malah tidak bertanggung jawab dengan melempar pekerjaan ke orang lain. Ini pelakunya, kalau sampai dinas tahu, bisa kasus ini. Gitu bilangnya. Aku sih sudah coba bela kamu. Lha mungkin saja Diah minta diajari Nila apa salah, Pak? Jangan seenaknya lho kalau bicara. Sampai menyebar foto segala." Setelah mengakhiri telepon dengan Mei, aku segera menghapus status yang kutulis. Namun, mengganti yang baru.  
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

Part 61 A

Part 61Hening. Pak Kadin menatap mereka satu per satu. "Ataukah ada sesuatu yang lain yang kalian ikut tutupi? Kenapa yang diganti bendahara sekolah A, yang ikut marah orang satu kecamatan?" hardik beliau. "Benar-benar memalukan institusi pendidikan. Saya sangat kecewa pada kalian yang katanya bertitel sebagai seorang guru." "Pak kok saya dibawa-bawa?" tanya Ibra.  "Jelaskan Bu Diah!" perintah Pak Kadin.  Aku mengangkat kepala merasa memiliki sebuah dukungan dari orang nomor satu di dunia pendidikan yang ada di kabupaten. "Pak Ibra dan Bu Ambar orang yang sedari awal saya masuk grup bendahara yang selalu membully dengan berbagai macam hal. Saya berusaha dijatuhkan mentalnya dan saya tahu, Bu Ambar bercerita masalah yang terjadi di grup dengan seseorang. Bu Ambar mengatakan kalau saya sedang dijatuhkan mentalnya sekaligus juga mengharapkan dengan usaha kalian itu saya akan mundur dan
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

Part 61 B

"Pak Sela, minta maaf sama Bu Nila!" Sela berdiri dan mendekati Nila. Nila sama sepertiku hanya menyentuh ujung tangan Sela.  "Baik, sudah selesai untuk beberapa hal. Saya minta selain Bu Diah, Pak Sela dan Bu Ambar silakan keluar," kata Pak Kadin.  Kali ini aku kaget. Kami bertiga tetap tinggal di sini? Namun, aku mengikuti saja apa yang Pak Kadin titahkan. "Say, aku keluar dulu ya? Kutunggu di luar," kata Nila sambil berbisik.  "Ingat! Jangan suka ikut campur urusan orang!" kata Pak Kadin mengingatkan untuk yang terakhir kali. "Iya, Pak, terima kasih," kata Harjo.  Tinggallah kami bertiga. Pak Kadin bangkit dan mengambil ponsel. Lalu menekan layarnya beberapa saat.  "Bu Diah, ceritakan semua dari awal dan harus jujur. Anda saya anggap sebagai wakil masyarakat," kata Pak Kadin. 
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status