Semua Bab Papaku Masih Perjaka: Bab 71 - Bab 80

95 Bab

Bab 71 : Aku Belum Hamil

“Bagaimana hari ini? apa yang kamu lakukan? Apa harimu menyenangkan?”Gama baru keluar dari kamar mandi, dia mengeringkan rambutnya yang masih sedikit basah sambil menatap Sabrina. Istrinya itu sibuk membetulkan sprei ranjang yang berantakan, karena digunakan Maha untuk bermain. Anak itu dijemput oleh Rain dan Embun beberapa menit yang lalu dan diajak jalan bersama.Seharusnya Gama dan Sabrina memiliki waktu menyenangkan untuk berduaan. Namun, kejadian di rumah sakit tadi seperti membuat Sabrina mengikis jarak. Ia bersikap sedikit tak peduli ke suaminya.Setelah membereskan sprei, Sabrina masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Cara melarikan diri yang dipilihnya memang sedikit aneh, hanya untuk menghindari Gama, dia mandi untuk yang ke tiga kali. Pori-porinya pasti sampai kinclong karena sapuan sabun berkali-kali.Meski tidak menunjukkan ekspresi kesal, sebagai pria dewasa Gama pasti sudah tahu kalau istrinya sedang marah. Ia memilih menunggu di atas ranjang, duduk sambil terus
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-28
Baca selengkapnya

Bab 72 : Ibu, Kenapa?

“Aku harap kamu segera hamil, agar rumah ini ramai dengan tangisan bayi. Kamu tahu? mengasuh bayi memang sangat melelahkan, tapi semua itu tidak akan ada artinya saat melihat senyumannya ketika sedang tidur.” Gama tersenyum, dia lega karena sang istri ikut membuat lengkungan manis merespon kata-katanya. “Kamu sudah sangat pengalaman mengurus bayi, sepertinya kelak aku akan berguru padamu.” Sabrina balas menyentuh pipi Gama, dia menatap lekat wajah pria yang sudah membuatnya jatuh hati itu, sebelum dengan sadar menyambar bibir. Sabrina menggigit bibir bawah setelah beberapa detik membuat Gama terbungkam, perlahan dia menjauhkan kelopak matanya yang terpejam. Tanpa rasa malu putri tunggal Mirna itu berujar bahwa dia sejujurnya cemburu. Sabrina sudah membayangkan Gama dan Naura saling membicarakan kenangan saat berpacaran dulu. “Dasar! Sejak hari di mana dia meninggalkan Maha, hatiku sudah mati untuk Naura.” Gama merespon cepat ungkapan hati Sabrina. Ia tidak ingin benih-benih kecembu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-28
Baca selengkapnya

Bab 73 : Setiap keputusan

“Mungkin dia pernah mendengar Ibu memanggil Maha seperti itu, jadi dia mengikutinya.”Sabrina memberi alasan yang paling mudah diterima oleh Maha. Ia memastikan putranya masuk ke dalam kelas sebelum buru-buru melihat apa yang terjadi ke Naura. Gadis itu berlari, hingga melihat sosok Adam dan sudah ada ambulance yang datang. Karena kebetulan miss fara berada di sana, Sabrina bertanya tentang bagaimana kondisi Naura.“Dia baru saja menjalani operasi, Mom. Pria bule itu bilang kalau dia kabur dari rumah sakit, mungkin efek biusnya belum hilang jadi ngelantur.”Guru Maha itu sampai mengerutkan kening, terlalu heran karena berpikir Sabrina sudah tahu. Bukankah wanita yang pingsan itu pernah mengaku sebagai ibu Maha? Bahkan satpam nampak takut, sebab masalah cokelat sudah Gama laporkan dan sepertinya yang memberi memanglah Naura.“Operasi!” gumam Sabrina dan miss Fara bisa mendengarnya dengan jelas.“Hem … pengangkatan rahim.”“Apa?”__Sementara itu, di kantor polisi Gama sedang menunggu p
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-29
Baca selengkapnya

Bab 74 : Memberitahu Maha

“Memang Pak Gama mau ke sini? tadi pagi dia bilang ada urusan, ini sudah siang dan dia juga belum datang.” Leo duduk berhadapan dengan Sabrina, dia makan dengan siku tangan menempel pada meja. Sabrina tahu, dia harus bersikap baik ke Leo agar sekretaris suaminya itu bisa baik padanya. Ia datang ke PG group membawa pizza dan juga rice bowl teriyaki. Jelas bukan untuk menyuap, katakan saja sebuah cara berinvestasi sosial. “Kalau dia tidak datang setidaknya aku bisa mengobrol denganmu, aku ‘kan juga rindu mendengar mulut beracunmu,” ucap Sabrina, setengah guyonan setengahnya lagi sindirian. Ia tertawa karena Leo memiringkan bibir dan membuang muka. “Bagaimana menjadi istri seorang pengusaha? Tau tidak? awalnya aku pikir pak Gama tidak suka wanita, kamu pasti tahu gosip miring tentangnya,” ucap Leo, dia memandang aneh Sabrina lalu mendekatkan muka dengan tangan masih memegang potongan pizza. “Aku penasaran apakah tongkat Pak Gama berfungsi?” Sabrina mendelik, dia pukul lengan Leo sampa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-29
Baca selengkapnya

Bab 75 : Mama Kandung

“Tidak!” Maha menolak mentah-mentah ucapan Gama. “Ibu Maha cuma Ibu Sabsab.” Seolah mengerti apa yang ada dipikiran putranya, Sabrina pun menggenggam erat tangan Maha. Entah dari mana kata-kata ini dia dapat, yang pasti Sabrina bisa membuat Gama sampai terdiam dan mendengarkan dengan seksama. “Ibu Sabsab adalah ibu Maha, dan tante itu adalah Mama Maha,” ujar Sabrina. Dia semakin yakin bisa menjelaskan ini ke putranya karena Maha nampak menyimak dengan baik. “Mama yang papa Gama bilang tadi adalah orang yang melahirkan Maha ke dunia, seperti Aunty Embun yang melahirkan Omi. Maha tahu ‘kan? Aunty Embun hamil lalu lahirlah Omi. Nah, itu yang namanya ibu kandung.” Sabrina duduk lebih maju, dia ingin sekali memeluk Maha setelah mengucapkan kalimat lanjutan yang ada dipikirannya. “Ibu Sabsab, bukan yang melahirkan Maha, tapi Maha harus tahu ibu Sabsab sayang banget sama Maha.” Sabrina meneguk saliva, terlihat jelas bocah di depannya ini kebingungan. Entah kenapa hatinya tiba-tiba terasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-31
Baca selengkapnya

Bab 76 : Hamil Atau Tidak?

“Papa!” Semua orang menoleh, begitu juga dengan Naura yang terbeku di posisinya mendapati Bagaskara-papanya sudah berdiri di ambang pintu dengan tatapan heran. Pria itu menurunkan pandangan ke Maha dan seketika anak itu berlindung di balik punggung Sabrina. Melihat situasi yang sepertinya tidak nyaman, Gia pun berkata ke Gama bahwa hari ini sepertinya cukup dan lebih baik pulang, dia khawatir adanya orang asing akan membuat Maha tak nyaman. Naura mengangguk paham saat Gia dan Gama bediri disusul Sabrina yang menggandeng erat Maha. Gama mendekat, dia memilih menggendong putranya dan meminta bocah itu berpamitan ke Naura. “Aku pulang dulu, da … da!” Maha hanya melambaikan tangan tanpa mau bersalaman. Meski sudah dibujuk tetap saja anak itu menolak dengan menggelengkan kepala. Tak ingin memaksa, Gama akhirnya membawa pergi sang putra dari sana. Di depan pintu dia sempat menatap Bagaskara tanpa menyapa. “Papa, aku tidak mau datang ke sini lagi,” ujar Maha. Gia dan Sabrina pun saling
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-02
Baca selengkapnya

Bab 77 : Menjaga Jarak

Sabrina menggaruk belakang rambutnya, satu tespek menunjukkan garis dua yang samar, sedangkan yang lainnya hanya terlihat satu garis.“Jadi aku hamil atau tidak?” gumamnya.Sabrina masih memandangi tespek itu saat suara Gama terdengar memanggilnya. Ia tak tahu kalau suaminya itu akan bangun pagi juga seperti dirinya.“Sab, aku mau pakai kamar mandi,” teriak Gama dari dalam.Sabrina kelabakan, dia bingung sampai tanpa sengaja menyenggol wadah urine yang dia letakkan di atas wastafel yang belum dibuangnya.“Astaga!” pekiknya merutuki kekonyolan yang dia buat sendiri. Beruntung tempat sampah di kamar mandi tertutup. Sabrina membuang semuanya dan menyiram bekas perbuatannya untuk menghilangkan jejak.“Sab, aku sudah tidak tahan ini!” Gama memelas, dia bahkan mengetuk pintu kamar mandi berharap sang istri mau segera keluar.“Ah … iya sayang sebentar, ini pasti karena ayam geprek yang kita makan, aku juga sakit perut ini,” kata Sabrina. Ia mencuci tangan dan bergegas membuka pintu. Gama mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-02
Baca selengkapnya

Bab 78 : Dibawa Pergi

“Sab, apa kamu benci wangi parfumku?” tanya Gama saat mereka akan berpisah seperti biasa. Gama akan berangkat kerja dan Sabrina mengantar Maha. “Tidak! mana mungkin?” Sabrina mengelak, dia belai rambut Maha yang berdiri di sampingnya. Bocah itu mendongak. Curiga dan khawatir juga kenapa sang ibu memakai masker tiba-tiba. Meski sudah bertanya saat sarapan tadi, tapi Maha masih tidak puas dengan jawaban Sabrina yang berkata sedang flu. “Ibu tidak perlu mengantarku, aku berangkat diantar papa saja.” Maha memandangi Sabrina. Anak itu benar-benar penuh perhatian sampai memikirkan bagaimana kondisi ibunya. “Ibu istirahat saja, minum vitamin dan obat agar cepat sembuh.” Sabrina dan Gama saling pandang, hingga Gama mengangguk dan berkata,” Benar kata Maha, kalau kamu tidak enak badan lebih baik istirahat di rumah, hari ini aku longgar. Jadi biar aku yang mengantar Maha.” Sabrina akhirnya menurut, dia tidak ingin memaksakan diri karena jujur saja tubuhnya terasa lemas. Kemarin dia makan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-02
Baca selengkapnya

Bab 79 : Maha Takut

“Bu Sabrina, Maha. Ada orang yang datang dan membawa Maha pergi dari sekolah, saya tidak bisa berbuat apa-apa.” “Siapa Miss?” Wajah panik Sabrina membuat Adam ikut cemas. Pria bule itu bertanya apa yang terjadi sampai Sabrina seterkejut itu. Adam seketika diam saat gadis itu berkata Maha dibawa pergi orang tak dikenal dari sekolah. “Mungkinkah? Papa?” gumam Adam di dalam hati. Sementara itu, Sabrina yang panik bingung melakukan apa. Haruskah pergi ke sekolah, memberitahu Gama dulu atau melapor ke polisi. Ia mematung, sampai Adam menepuk pundaknya dan memintanya untuk tenang. “Apa yang harus aku lakukan?” tanya Sabrina kebingungan. “Beritahu Gama, aku mungkin tahu apa yang sedang terjadi,” ucap Adam. Ia mencoba menghubungi Naura, tapi wanita itu tidak menjawab. Hal ini membuat Adam semakin yakin akan dugaannya. _ _ Naura memandangi Maha, anak itu tertidur karena kelelahan berteriak dan menangis. Orang suruhan Bagaskara membawa Maha ke sebuah rumah yang disewa pria itu selama be
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-03
Baca selengkapnya

Bab 80 : Dia Pasti Baik-Baik Saja

“Maha!” Sabrina dan Naura berteriak bersamaan, Maha terpleset. Bocah itu terguling beberapa kali di anak tangga. Gama yang melihatnya langsung menerobos masuk, dia menyaksikan sendiri pelipis dan kepala anak itu terbentur. Sabrina yang geram melupakan kemungkinan bahwa dia sedang mengandung. Gadis itu memelintir tangan anak buah Bagaskara dan membantingnya ke lantai. Ia bahkan menginjak dada pria itu dengan raut muka garang. “Jika sampai terjadi apa-apa dengan putra kami, aku akan menghabisi kalian semua!” pekik Sabrina. Gama membalikkan tubuh Maha, anak itu tak sadarkan diri. Naura yang melihat mendekat, tapi Gama mendorongnya untuk menjauh. Bagaskara sendiri membeku, dia tak menyangka Maha akan jatuh, dia terlihat cemas dan pada akhirnya membiarkan Gama membawa Maha keluar dari rumah. Tak tinggal diam, Naura berniat menyusul tapi Sabrina lebih dulu menghadang. Ia mengancam Naura dengan kalimat yang menohok. “Apa matamu buta? Apa kamu pantas disebut ibunya? Wanita tak punya hati
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status