Semua Bab Papaku Masih Perjaka: Bab 51 - Bab 60

95 Bab

Bab 51 : Mendapat Keduanya

“Naura menghilang dan memutus komunikasi denganku lebih dari sembilan bulan sebelum memberikan Maha, dia berkata tak peduli bahkan jika aku membuang anak itu.” Alasan pertama Gama sudah membuat jantung Sabrina seolah dihantam batu, dia tak menyangka bahwa Naura bisa sekejam itu, sebagai sesama wanita dia pikir masih ada nurani di hati wanita itu. Susah payah Sabrina menelan ludah, tenggorokannya terasa tercekat. “Selama aku menunggu kabar darinya aku juga mencari keberadaannya, tapi pada akhirnya aku menyerah dan menganggap dia memang sudah tidak ingin berhubungan lagi denganku. Alih-alih berpikir kenapa Naura tidak meminta pertanggungjawaban jika memang aku yang menghamilinya, aku malah berpikir diriku adalah pria brengsek. Melihat Maha kritis saat itu aku benar-benar merasa bersalah, dia hanya bayi yang tidak punya kekuatan apa-apa, bahkan jika aku menyuapkan racun padanya, dia pasti menelannya. Lalu sebagai manusia yang memiliki hati, aku harus berbuat apa? haruskah aku membuangny
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-15
Baca selengkapnya

Bab 52 : Jujur Ke Orangtua

Mendapati Tama dan Felisya yang wajahnya tegang, Sabrina secara paksa melepas genggaman tangan Gama sebelum sampai di ruang tempat pasangan suami istri itu duduk. Gama jelas terkejut dengan sikapnya, bahkan sempat takut dan mengerutkan kening. Ia heran karena Sabrina malah tersenyum. Gadis itu berkata akan membuatkan teh untuk mereka berempat. “Kamu pernah liat iklan teh sariharum tidak? teh itu mencairkan suasana,” ucap Sabrina Gama tertawa sebelum mengucapkan terima kasih dan membiarkan istrinya itu pergi ke dapur. Sebenarnya Sabrina hanya tidak ingin kehadirannya membuat situasi semakin canggung. Ia membuang napas kasar lewat mulut, sengaja merebus air galon padahal bisa saja menggunakan air panas dispenser. Sabrina tiba-tiba menyentuh pundaknya sendiri, dia tertawa mengingat saat Gama memeluknya tadi. Ia pun bergumam dengan senyuman lebar. “Aku tidak mimpi ‘kan?” Sementara itu, Gama langsung duduk di sebelah Felisya. Mereka tidak serta merta membahas masalah yang sejak siang d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-15
Baca selengkapnya

Bab 53 : Memasangkan Dasi

Sabrina minder, jiper atau apapun itu sebutannya, saat tahu bagaimana model wanita yang dicintai oleh Gama. Hubungannya yang mulai dekat dengan pria itu serasa sedikit terbentang jarak lagi setelah pengakuan Gama beberapa saat yang lalu soal Embun yang ternyata adalah cinta pertamanya. Ya, Sabrina seperti bunuh diri menanyakan bagaimana kisah cinta di antara Rain, Embun dan sang suami. Hingga dia mulai membandingkan kenapa masa remajanya begitu suram. Tidak ada satupun siswa yang berani mendekati apalagi menyakatan cinta. Mungkin karena dulu Sabrina tomboy, belum mengenal apa itu skincare. “Mba Sab, telurnya nanti gosong itu.” Bik Mun memperingatkan Sabrina yang melamun. Pagi itu, Sabrina memaksa turun ke dapur, untuk menyiapkan sendiri sarapan untuk suami dan putranya. “Ah … untung apinya kecil,” ujar Sabrina. Ia lega meski sambil tertawa canggung. Gadis itu mengambil piring hendak mengangkat telur dari penggorengan, saat Gama tiba-tiba bersuara. “Ibu, Maha tidak mau ganti baju.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-16
Baca selengkapnya

Bab 54 : Menolak Nasihat

“Tanyakan saja pada gurunya, bagaimana Maha selama ini. Apa dia terlihat sedih? Murung setiap saat atau ada kepribadiaannya yang dirasa kurang baik? Kalau hanya suka bertengkar dengan temannya, semua anak seumuran Maha pasti juga sama,” cerocos Sabrina. Serasa ada api yang membakar dadanya karena kunjungan orang-orang yang merasa dirinya si paling benar sedunia.Kepala sekolah dan Miss Fara sampai melongo, mereka tidak percaya ibunda Maha bisa seberani ini menghadapi orang dari Lembaga Perlindungan Anak - yang bahkan mereka sendiri sungkan untuk meninggikan suara saat berbicara. “Seperti ini saja sudah terlihat, Maha diasuh oleh wanita yang diktator dan tidak bisa diajak bekerjasama, Anda membuat kami curiga,” ujar salah satu orang dari LPA yang membuat Sabrina membuang muka.“Cih … terserah Anda mau bilang apa,” ketus Sabrina. Ia menatap kembali orang-orang dari LPA itu dengan tatapan sengit. “Tapi jika Anda menginginkan bertemu Maha, silahkan komunikasikan dulu dengan suami saya.”“
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-16
Baca selengkapnya

Bab 55 : Harus Malam Ini

Sabrina menghentikan mobil di halaman, dia tidak bisa masuk karena mobil Gama menghalangi. Maha yang heran sampai menjulurkan kepala, bocah itu kaget karena papanya sudah pulang.“Kita mau ke mana?” tanya bocah itu dengan polosnya.Layaknya anak kecil seusianya, Maha beranggapan akan ada sesuatu jika ada hal di luar kebiasaan terjadi. Ia menoleh Sabrina dengan wajah bingung, ibunya itu mengusap pipi lalu berkata bahwa mereka tidak akan pergi kemana-mana.“Lalu kenapa papa sudah pulang?”Sabrina memutar otak, beruntung ada alasan yang bisa dia sampaikan ke anak itu, dan berkata,” Ah … itu karena Papa menunggu kasur yang akan dikirim orang untuk kamar baru Maha.”“Benarkah? kasur gambar bis toya? Asyik!” Maha mengangkat ke dua tangan ke atas dan tertawa lebar. Anak itu bahkan keluar dari mobil lalu bergegas masuk dan mencari keberadaan Gama.“Terima kasih Papa, aku senang!”Ocehan Maha yang berlari dan langsung memeluknya membuat Gama bingung. Ia usap bagian belakang kepala anak itu samb
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-16
Baca selengkapnya

Bab 56 : Tembus Pandang

“Tunggu! apa kamu bercanda? kamu bahkan belum berkata memiliki rasa padaku,” ucap Sabrina. Pikirannya sama sekali tidak tertuju pada pembahasan soal Maha, tapi hanya tentang itu, itu dan itu. Karena ucapan sang istri barusan, Gama menebak perasaan yang dimiliki Sabrina begitu dalam untuknya, tapi entah kenapa meski sudah dua kali berciuman, tetap saja Gama kurang yakin. Ia takut jika apa yang dikatakan Sabrina tidak tulus dan hanya sebagai niatan menenangkan hatinya yang kala itu sedang galau. Namun, melihat tatapan mata Sabrina, seketika Gama tidak ingin mengecewakan gadis itu. Ia pun memindai wajah hingga mengusap sebelah pipi Sabrina dengan lembut. “Aku menyayangimu dan sedang berusaha mencintaimu,” ucap Gama. Tujuh puluh persen berbohong tiga puluh persen jujur atau bisa jadi sebaliknya. Sabrina meneguk saliva. Dia terdiam seribu bahasa, hanya bisa menatap Gama dengan kening berkerut tipis. Sabrina sendiri belum sepenuhnya percaya. Baginya seperti mimpi seorang Lintang Gutama b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-17
Baca selengkapnya

Bab 57 : Cinta Bersemi

“Kamu mau pakai baju tidur seperti itu?” “Memang kenapa? apa tidak boleh, kamu saja pernah pemotretan cuma pakai boxer,” jawab Sabrina dengan enteng. Ia mengalihkan pandangan dari Gama ke gantungan baju tidur yang menarik perhatiannya. “Itu karena tuntutan pekerjaan, seharusnya kamu tahu,” jawab Gama. Ia melirik satu baju yang dia pikir pasti akan sangat pas dan cantik dikenakan istrinya. “Ini juga tuntutan.” Sabrina mengulurkan satu stel baju tidur tepat di depan Gama, mengangkatnya tinggi sampai menutupi muka mereka berdua, lalu menurunkannya perlahan. "Agar pria yang aku cintai mau menyatakan cinta,” imbuh Sabrina tanpa rasa malu. Gama mematung, dia diam diposisinya memandangi punggung Sabrina yang sudah berjalan menjauh untuk memilih baju tidur lagi. “Sab, bisa tidak jangan agresif. Kamu membuatku merinding,” gumam Gama. _ _ Malam harinya, keluarga kecil Gama nampak makan bersama. Sabrina duduk di sebelah Maha dan menyuapi anak itu penuh kasih sayang sambil sesekali menyuap
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-18
Baca selengkapnya

Bab 58 : Bertemu Pria Asing

Sabrina membawa mobil pelan karena jalanan pagi itu terasa lebih padat dari biasanya. Ia menoleh ke tas dan ponsel yang ada di kursi penumpang. Gama baru saja menelepon, menanyakan bagaimana keadaannya, sampai mengajak ke rumah sakit jika memang diperlukan.“Apa dia bercanda? bukankah itu memalukan? Bagaimana jika dokter bertanya kenapa bisa sakit lalu diperiksa.” Sabrina menggerutu, pipinya bersemu mengingat percintaannya dengan sang suami semalam.“Dia benar-benar tampan, mungkin benar kalau tetangga rumah bilang aku kejatuhan bulan.” Sabrina tersenyum lebar, hingga membetulkan ucapannya sendiri.“Bukan … bukan, aku kejatuhan bintang. Bukankah namanya Lintang.” Tawa gadis itu tercipta, dia bahkan menyandarkan kepala ke kemudi saat lampu lalu lintas menyala merah. Sabrina malu sendiri. Ia tengah bahagia. Begitu juga Gama yang pagi itu sukses membuat Leo - sekretarisnya terheran.“Anda habis minum pil happy, ya Pak. Sejak tadi saya perhatikan Anda tersenyum terus. Apa ada kabar baik?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-19
Baca selengkapnya

Bab 59 : Tidak Mau Hamil

“Mertua Anda sedang di rumah Bu Bianca, biasa ada cucu dan menantunya di sana.” Informasi dari pembantu membuat Sabrina menatap kantung buah yang ada di tangan. Seharusnya dia membeli beberapa kilo lagi untuk diberikan ke tante Gama. Ia sedikit menyesali kekeliruannya, padahal sudah tahu rumah Felisya dan Bianca masih dalam satu komplek. “Apa mau saya panggilkan?” tanya si pembantu. “Tidak perlu, Bi. Aku akan menyusul ke sana saja, cuma agak sedikit tidak enak karena tidak membawa apa-apa,” cicit Sabrina sambil tersenyum canggung ke pembantu Felisya. “Tenang saja! tadi Nyonya membuat kue, Nona bisa mengantarnya ke sana, sebenarnya tadi saya yang diminta mengantar, tapi dari pada Nona ke sana dengan tangan hampa?” Pembantu itu tersenyum lalu buru-buru masuk untuk mengambil kue yang dia maksud. Dengan kue di tangan, Sabrina berjalan menuju rumah Bianca. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri melihat betapa mewahnya komplek perumahan itu. Bukannya tidak tahu, komplek yang ditinggali mertuan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-19
Baca selengkapnya

Bab 60 : Kelas Memasak

“Kata kak Embun, ada yang memberikan cokelat ke Maha dengan cara dititipkan ke satpam,” ucap Sabrina. Ia bicara tanpa memandang Gama tapi memeluk pria itu yang sedang memeluknya juga. Gama menaikkan selimut yang sedikit melorot untuk menutupi tubuh polos mereka. Mengecup kening Sabrina sebelum membuang napas kasar. Gama jelas sudah bisa menebak siapa yang melakukan itu. “Tapi Maha memberikannya ke Olla, kak Rain takut cokelat itu mengandung racun jadi tidak boleh dimakan.” Sabrina bercerita dengan pelan, lelah dia karena apa yang baru diakukannya dengan Gama tadi cukup menguras tenaga. Setelah sedikit kesalahpahaman yang terjadi, mereka akhirnya bisa berbaikan lagi. Sabrina memang tidak ingin menabur konflik di antara dirinya dan Gama, hubungan mereka baru bersemi, tak baik juga jika harus layu sebelum berkembang dan berbuah. “Maha memang pintar, tapi aneh kenapa dia tidak bercerita? biasanya Maha akan bercerita semua hal, bukankah kamu juga sering bertanya apa yang dilakukannya di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status