Home / Romansa / Papaku Masih Perjaka / Bab 73 : Setiap keputusan

Share

Bab 73 : Setiap keputusan

last update Last Updated: 2023-05-29 15:43:33
“Mungkin dia pernah mendengar Ibu memanggil Maha seperti itu, jadi dia mengikutinya.”

Sabrina memberi alasan yang paling mudah diterima oleh Maha. Ia memastikan putranya masuk ke dalam kelas sebelum buru-buru melihat apa yang terjadi ke Naura. Gadis itu berlari, hingga melihat sosok Adam dan sudah ada ambulance yang datang. Karena kebetulan miss fara berada di sana, Sabrina bertanya tentang bagaimana kondisi Naura.

“Dia baru saja menjalani operasi, Mom. Pria bule itu bilang kalau dia kabur dari rumah sakit, mungkin efek biusnya belum hilang jadi ngelantur.”

Guru Maha itu sampai mengerutkan kening, terlalu heran karena berpikir Sabrina sudah tahu. Bukankah wanita yang pingsan itu pernah mengaku sebagai ibu Maha? Bahkan satpam nampak takut, sebab masalah cokelat sudah Gama laporkan dan sepertinya yang memberi memanglah Naura.

“Operasi!” gumam Sabrina dan miss Fara bisa mendengarnya dengan jelas.

“Hem … pengangkatan rahim.”

“Apa?”

_

_

Sementara itu, di kantor polisi Gama sedang menunggu p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Putri Dhamayanti
ibu bidadari kan memang ramah
goodnovel comment avatar
Wida
ide bgus pk Rudi bicarakan dlu SMA.sabrina
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 74 : Memberitahu Maha

    “Memang Pak Gama mau ke sini? tadi pagi dia bilang ada urusan, ini sudah siang dan dia juga belum datang.” Leo duduk berhadapan dengan Sabrina, dia makan dengan siku tangan menempel pada meja. Sabrina tahu, dia harus bersikap baik ke Leo agar sekretaris suaminya itu bisa baik padanya. Ia datang ke PG group membawa pizza dan juga rice bowl teriyaki. Jelas bukan untuk menyuap, katakan saja sebuah cara berinvestasi sosial. “Kalau dia tidak datang setidaknya aku bisa mengobrol denganmu, aku ‘kan juga rindu mendengar mulut beracunmu,” ucap Sabrina, setengah guyonan setengahnya lagi sindirian. Ia tertawa karena Leo memiringkan bibir dan membuang muka. “Bagaimana menjadi istri seorang pengusaha? Tau tidak? awalnya aku pikir pak Gama tidak suka wanita, kamu pasti tahu gosip miring tentangnya,” ucap Leo, dia memandang aneh Sabrina lalu mendekatkan muka dengan tangan masih memegang potongan pizza. “Aku penasaran apakah tongkat Pak Gama berfungsi?” Sabrina mendelik, dia pukul lengan Leo sampa

    Last Updated : 2023-05-29
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 75 : Mama Kandung

    “Tidak!” Maha menolak mentah-mentah ucapan Gama. “Ibu Maha cuma Ibu Sabsab.” Seolah mengerti apa yang ada dipikiran putranya, Sabrina pun menggenggam erat tangan Maha. Entah dari mana kata-kata ini dia dapat, yang pasti Sabrina bisa membuat Gama sampai terdiam dan mendengarkan dengan seksama. “Ibu Sabsab adalah ibu Maha, dan tante itu adalah Mama Maha,” ujar Sabrina. Dia semakin yakin bisa menjelaskan ini ke putranya karena Maha nampak menyimak dengan baik. “Mama yang papa Gama bilang tadi adalah orang yang melahirkan Maha ke dunia, seperti Aunty Embun yang melahirkan Omi. Maha tahu ‘kan? Aunty Embun hamil lalu lahirlah Omi. Nah, itu yang namanya ibu kandung.” Sabrina duduk lebih maju, dia ingin sekali memeluk Maha setelah mengucapkan kalimat lanjutan yang ada dipikirannya. “Ibu Sabsab, bukan yang melahirkan Maha, tapi Maha harus tahu ibu Sabsab sayang banget sama Maha.” Sabrina meneguk saliva, terlihat jelas bocah di depannya ini kebingungan. Entah kenapa hatinya tiba-tiba terasa

    Last Updated : 2023-05-31
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 76 : Hamil Atau Tidak?

    “Papa!” Semua orang menoleh, begitu juga dengan Naura yang terbeku di posisinya mendapati Bagaskara-papanya sudah berdiri di ambang pintu dengan tatapan heran. Pria itu menurunkan pandangan ke Maha dan seketika anak itu berlindung di balik punggung Sabrina. Melihat situasi yang sepertinya tidak nyaman, Gia pun berkata ke Gama bahwa hari ini sepertinya cukup dan lebih baik pulang, dia khawatir adanya orang asing akan membuat Maha tak nyaman. Naura mengangguk paham saat Gia dan Gama bediri disusul Sabrina yang menggandeng erat Maha. Gama mendekat, dia memilih menggendong putranya dan meminta bocah itu berpamitan ke Naura. “Aku pulang dulu, da … da!” Maha hanya melambaikan tangan tanpa mau bersalaman. Meski sudah dibujuk tetap saja anak itu menolak dengan menggelengkan kepala. Tak ingin memaksa, Gama akhirnya membawa pergi sang putra dari sana. Di depan pintu dia sempat menatap Bagaskara tanpa menyapa. “Papa, aku tidak mau datang ke sini lagi,” ujar Maha. Gia dan Sabrina pun saling

    Last Updated : 2023-06-02
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 77 : Menjaga Jarak

    Sabrina menggaruk belakang rambutnya, satu tespek menunjukkan garis dua yang samar, sedangkan yang lainnya hanya terlihat satu garis.“Jadi aku hamil atau tidak?” gumamnya.Sabrina masih memandangi tespek itu saat suara Gama terdengar memanggilnya. Ia tak tahu kalau suaminya itu akan bangun pagi juga seperti dirinya.“Sab, aku mau pakai kamar mandi,” teriak Gama dari dalam.Sabrina kelabakan, dia bingung sampai tanpa sengaja menyenggol wadah urine yang dia letakkan di atas wastafel yang belum dibuangnya.“Astaga!” pekiknya merutuki kekonyolan yang dia buat sendiri. Beruntung tempat sampah di kamar mandi tertutup. Sabrina membuang semuanya dan menyiram bekas perbuatannya untuk menghilangkan jejak.“Sab, aku sudah tidak tahan ini!” Gama memelas, dia bahkan mengetuk pintu kamar mandi berharap sang istri mau segera keluar.“Ah … iya sayang sebentar, ini pasti karena ayam geprek yang kita makan, aku juga sakit perut ini,” kata Sabrina. Ia mencuci tangan dan bergegas membuka pintu. Gama mena

    Last Updated : 2023-06-02
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 78 : Dibawa Pergi

    “Sab, apa kamu benci wangi parfumku?” tanya Gama saat mereka akan berpisah seperti biasa. Gama akan berangkat kerja dan Sabrina mengantar Maha. “Tidak! mana mungkin?” Sabrina mengelak, dia belai rambut Maha yang berdiri di sampingnya. Bocah itu mendongak. Curiga dan khawatir juga kenapa sang ibu memakai masker tiba-tiba. Meski sudah bertanya saat sarapan tadi, tapi Maha masih tidak puas dengan jawaban Sabrina yang berkata sedang flu. “Ibu tidak perlu mengantarku, aku berangkat diantar papa saja.” Maha memandangi Sabrina. Anak itu benar-benar penuh perhatian sampai memikirkan bagaimana kondisi ibunya. “Ibu istirahat saja, minum vitamin dan obat agar cepat sembuh.” Sabrina dan Gama saling pandang, hingga Gama mengangguk dan berkata,” Benar kata Maha, kalau kamu tidak enak badan lebih baik istirahat di rumah, hari ini aku longgar. Jadi biar aku yang mengantar Maha.” Sabrina akhirnya menurut, dia tidak ingin memaksakan diri karena jujur saja tubuhnya terasa lemas. Kemarin dia makan m

    Last Updated : 2023-06-02
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 79 : Maha Takut

    “Bu Sabrina, Maha. Ada orang yang datang dan membawa Maha pergi dari sekolah, saya tidak bisa berbuat apa-apa.” “Siapa Miss?” Wajah panik Sabrina membuat Adam ikut cemas. Pria bule itu bertanya apa yang terjadi sampai Sabrina seterkejut itu. Adam seketika diam saat gadis itu berkata Maha dibawa pergi orang tak dikenal dari sekolah. “Mungkinkah? Papa?” gumam Adam di dalam hati. Sementara itu, Sabrina yang panik bingung melakukan apa. Haruskah pergi ke sekolah, memberitahu Gama dulu atau melapor ke polisi. Ia mematung, sampai Adam menepuk pundaknya dan memintanya untuk tenang. “Apa yang harus aku lakukan?” tanya Sabrina kebingungan. “Beritahu Gama, aku mungkin tahu apa yang sedang terjadi,” ucap Adam. Ia mencoba menghubungi Naura, tapi wanita itu tidak menjawab. Hal ini membuat Adam semakin yakin akan dugaannya. _ _ Naura memandangi Maha, anak itu tertidur karena kelelahan berteriak dan menangis. Orang suruhan Bagaskara membawa Maha ke sebuah rumah yang disewa pria itu selama be

    Last Updated : 2023-06-03
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 80 : Dia Pasti Baik-Baik Saja

    “Maha!” Sabrina dan Naura berteriak bersamaan, Maha terpleset. Bocah itu terguling beberapa kali di anak tangga. Gama yang melihatnya langsung menerobos masuk, dia menyaksikan sendiri pelipis dan kepala anak itu terbentur. Sabrina yang geram melupakan kemungkinan bahwa dia sedang mengandung. Gadis itu memelintir tangan anak buah Bagaskara dan membantingnya ke lantai. Ia bahkan menginjak dada pria itu dengan raut muka garang. “Jika sampai terjadi apa-apa dengan putra kami, aku akan menghabisi kalian semua!” pekik Sabrina. Gama membalikkan tubuh Maha, anak itu tak sadarkan diri. Naura yang melihat mendekat, tapi Gama mendorongnya untuk menjauh. Bagaskara sendiri membeku, dia tak menyangka Maha akan jatuh, dia terlihat cemas dan pada akhirnya membiarkan Gama membawa Maha keluar dari rumah. Tak tinggal diam, Naura berniat menyusul tapi Sabrina lebih dulu menghadang. Ia mengancam Naura dengan kalimat yang menohok. “Apa matamu buta? Apa kamu pantas disebut ibunya? Wanita tak punya hati

    Last Updated : 2023-06-03
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 81 : Kehilangan Pendengaran

    “Otak Maha tidak ada gangguan, tapi tulang telinganya retak dan gendang telinganya sedikit luka, maka dari itu dia kehilangan pendengarannya. Kondisi ini menyebabkan sinyal suara tidak bisa sampai ke otak, akibatnya dia tidak bisa mendengar dengan jelas.” Sabrina jelas tak menyangka, meski otak Maha tidak ada gangguan tetap saja dia tidak bisa lega. Ia syok mengetahui fakta putranya kehilangan sebelah pendengaran. “A-a-apa ini permanen? Apa ada cara untuk menyembuhkan Maha?”tanya Gama. Ia sudah memikirkan akan membawa anak itu berobat kemanapun asal pendengaran Maha bisa kembali normal. “Tidak, karena Maha masih kecil maka kemungkinan besar fungsi telinganya akan kembali normal, jadi tidak perlu terlalu cemas, saya akan merekomendasikan dokter THT terbaik untuk Maha. Dia belum merasa sakit mungkin karena efek obat anti nyeri yang saya berikan, atau memang dia anak yang kuat jadi tidak merasakan sakit,” ucap dokter dengan senyum kecil di wajah. Sabrina menghela napas lega, tangannya

    Last Updated : 2023-06-04

Latest chapter

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 95 : Bidadari (TAMAT)

    Maha masih memeluk Sabrina, anak itu mengusap perut ibunya dengan lembut hingga tiba-tiba saja wanita itu mundur sambil mendorong Maha menjauh. Sabrina merasakan ada air yang merembes deras di antara pahanya.“Ibu!” panggil Sabrina ke Mirna.Wanita itu pun mendekat, dan Maha ditarik mundur oleh Gama. Suasana kamar sedikit kacau, beruntung perawat yang mengantar Maha dan Olla tadi belum terlalu jauh pergi. Embun buru-buru memanggilnya kembali.Sabrina seperti ketakutan, dia berusaha bernapas dengan mulut hingga tanpa sadar mengejan. Sabrina memasukkan tangan ke balik baju pasien yang dikenakan dan manarik pantiesnya ke bawah.“Ibu, kepala bayiku,” pekik Sabrina setelah sadar ada yang keluar dari jalan lahir.“Hah! kepala?”Mirna dan Felisya kalang kabut, mereka berteriak memanggil dokter atau pun perawat. Beruntung Perawat tadi langsung berjongkok di dekat Sabrina. Tanganya mengadah di antara dua kaki Sabrina. Ia memberikan instruksi agar Sabrina mendorong lagi. Sabrina membuka lebar k

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 94 : Kontraksi

    Lima bulan kemudianGama bingung dan cemas, sejak tadi dia mondar-mandir kamar inap Sabrina. Istrinya itu sedang kesakitan menahan gelombang cinta dahsyat yang diberikan bayi mereka. Di sela kontraksi yang mendera tubuh, Sabrina dibuat pusing dengan kelakuan Gama.“Duduk lah, apa kamu tidak capek?” tanya Sabrina sambil berusaha mencari posisi yang nyaman, ini sudah delapan belas jam, dan bayi berjenis kelamin laki-laki buah cintanya dan Gama masih sibuk mencari jalan lahir.“Sab, aku panggil dokter ya, kita lakukan operasi saja,” kata Gama. Mungkin sudah yang ke sembilan kali dia mengatakan hal ini, tapi jawaban Sabrina tetap sama.“Tidak mau, aku sudah merasakan sakitnya berjam-jam, aku bisa menahannya lebih lama.”“Jangan berbohong! kamu kesakitan Sab. Lihat apa yang kamu tinggalkan di lenganku!” kata Gama sambil menunjuk bagian tubuhnya itu. Sabrina malah tertawa mengamati bekas lecet yang dia buat, lengan Gama beberapa kali dijadikannya pegangan saat kontraksi terjadi, hingga kuk

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 93 : Putusan Pengadilan

    Diwakili oleh pengacaranya, Bagaskara hari itu harus menelan rasa kecewa karena hakim pengadilan memutuskan bahwa hak asuh Maha jatuh ke tangan Gama. Menimbang segala bukti dan dikuatkan dengan surat permohonan Naura, membuat hakim yakin jika anak itu lebih baik berada di bawah pengasuhan Gama. "Maha, bilang terima kasih ke Pak hakim!" perintah Gama ke Maha yang hari itu ikut ke pengadilan bersamanya. Gurat bahagia terpatri jelas di wajah Gama juga Sabrina, akhirnya perjuangan untuk mendapatkan dokumen legal sebagai orangtua Maha sudah ada di tangan mereka. "Terima kasih," ucap Maha sambil memberikan hormat, kepalanya mengangguk kecil dan berhasil membuat hakim tersenyum. Hakim ketua mengusap kepala anak itu lembut, dia tahu Naura sudah meninggal. Agak teriris batinnya membayangkan anak sepolos Maha kehilangan ibu kandung dan bahkan tidak tahu siapa ayah kandungnya. Tak jauh dari tempat Sabrina dan Gama berdiri, Rudi berbincang dengan pengacara Bagaskara. Wajah pengacara itu

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 92 : Jujur Tentang Masa Lalu

    Duka masih menyelimuti hati Gama dan Sabrina, perasaan benci yang berubah menjadi simpati membuat ke duanya merasa sangat kehilangan Naura. Masih tak mereka sangka Naura harus pergi di saat hati Maha mulai terbuka, di saat semua orang bisa menerima kehadirannya dan memaafkan kesalahannya.Gama dan Sabrina menatap Maha yang terlelap tidur di ranjang mereka, belakangan anak itu seolah tahu bahwa wanita yang melahirkannya telah tiada, banyak yang Maha tanyakan salah satunya kenapa Naura pergi, ke mana dan akankah mereka bisa bertemu dengan wanita itu lagi suatu saat nanti.Awalnya Sabrina kebingungan. Menjelaskan secara rinci ke Maha jelas tidak mungkin dia lakukan, hingga sebuah kalimat paling mudah dia ucapkan. Bahwa Naura sakit, tapi kini sudah sembuh dan pergi ke surga bertemu dengan orang yang paling dikasihi.“Kemungkinan keputusan pengadilan akan dipercepat,” bisik Gama, dia peluk Sabrina dari belakang dan mengusap lengan istrinya yang terus menatap Maha.“Itu menjadi kabar baik d

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 91 : Perpisahan

    Acara liburan di pantai menjadi hari terakhir Adam mendengar Naura bicara dan tersenyum. Setelah itu kondisi sang istri terus saja melemah hingga terbaring koma. Adam seorang diri menjaga Naura, bagaimana tidak? bahkan saat dikabari, Bagaskara acuh kepada kondisi putri kandungnya.“Aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi, setidaknya sebelum koma dia bahagia karena Maha mau berinteraksi dengannya, meski anak itu belum mau memanggilnya Mama.”Gama duduk bersisian dengan Adam. Mendengarkan setiap curahan hati pria itu. Gama tahu Adam pasti sangat hancur, baru saja dia menemani pria itu mendengar penjelasan dokter yang bertanggungjawab pada kondisi Naura. Gelang pasien di pergelangan tangan kiri Naura sudah diganti menjadi warna ungu yang artinya harapan hidup pasien sangat kecil. Jika semua alat penunjang kehidupan Naura dilepas, maka wanita itu akan pergi untuk selamanya.“Aku tidak ingin menyetujui saran dokter, jika harus pergi biarlah dia pergi saat jiwanya sudah ikhlas,” lirih

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 90 : Pantai dan Kenangan

    “Kamu memang anak tidak bisa diandalkan!”Kalimat kejam itu meluncur dari bibir Bagaskara, dia meminta Naura datang menemuinya dan hanya makian yang diperdengarkan. Ia sama sekali tidak menanyakan kondisi putrinya yang nampak begitu pucat.“Papa tidak akan bisa mengambil Maha dari Gama, dia akan menjadi putra Gama dan Sabrina selamanya,” kata Naura tanpa memandang Bagaskara.Tangan pria tua itu mengepal karena bantahan sang putri. Ia pun melempar vas bunga di dekatnya sampai hancur berkeping-keping.“Terserah! Lakukan sesukamu, aku bahkan tidak peduli kalau kamu mati sekalipun.”Bagaskara pergi meninggalkan Naura dan Adam di ruang tamu. Buliran kristal bening mengalir membasahi pipi Naura. Ia sangat menyesal karena sudah mengambil langkah yang keliru. Seharusnya dia tidak perlu datang ke Bagaskara karena meski bergelimang harta jiwanya terasa begitu hampa.Naura menoleh Adam, masih dengan air mata berlinang dan suara yang berat, dia mengajak suaminya pulang. Dari pada memikirkan tenta

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 89 : Toko Es Krim

    Butuh penjelasan yang agak memakan waktu saat Sabrina dan Gama menjemput Maha. Anak itu benar-benar takut mendengar nama Naura. Maha sampai memeluk erat Sabrina. Awalnya Maha senang karena akan diajak makan es krim bersama, tapi berubah takut kala Gama menyebut di sana sudah ada Naura yang menunggu.“Nggak mau, Maha nggak suka es krim,” ucap Maha. “Mau pulang aja.”Kebetulan di sana ada Embun yang juga menjemput Olla. Ia pun berusaha membantu Sabrina dan Gama dengan berkata, “Apa Olla mau ikut makan es krim? Nanti biar Mami jemput di rumah Maha.”Sabrina dan Gama menoleh Olla, harapannya kini bertumpu pada gadis kecil itu. Mereka merapal doa, berharap Olla mengangguk dan berkata iya.“Oke, aku mau ikut!”Embun tersenyum, dia menoleh ke Sabrina dan Gama yang nampak lega. Sabrina lantas bertanya lagi, jadi Maha mau ikut atau tidak.“Tenang saja Maha, ada aku!” kalimat menenangkan dari Olla seperti mantra bagi Maha. Bocah itu melepaskan pelukannya ke Sabrina dan berganti meraih tangan Ol

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 88 : Persidangan

    Duduk di dalam ruang sidang dan mendengarkan pihak lawan berbicara jelas sangat tidak mengenakkkan. Gama sudah ingin membantah semua ucapan dari pihak Bagaskara, sedangkan Sabrina beberapa kali menoleh ke arah pintu berharap Naura akan segera tiba. Wanita itu adalah satu-satunya kunci untuk membuat persidangan ini tak berlarut-larut. Persidangan kasus hak asuh seperti ini biasanya memakan waktu berbulan-bulan, bahkan sekitar sembilan sampai dua belas kali hingga putusan.Rudi Tabuti berkata, jika Naura sebagai ibu kandung langsung berkata tidak ingin memperebutkan Maha, maka jalan bagi Gama untuk memenangkan hak asuh sudah berada di depan mata.Pihak pengacara Bagaskara sudah selesai dengan gugatan, dan kini giliran Rudi untuk membela kliennya. Rudi menyampaikan semua bukti sejak awal, baik dari mulai Naura berbohong dan memberikan Maha ke Gama, sampai wanita itu yang berkata tidak ingin memperebutkan sang anak, karena tahu Maha akan jauh lebih bahagia bersama Gama dan Sabrina.“Ini a

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 87 : Memberi Penjelasan

    “Ibu nggak sayang aku,” raung Maha.Bocah itu terduduk sambil menangis. Sontak saja Sabrina semakin kalut. Bik Mun yang ikut menyusul ke lantai atas pun heran dengan tingkah Maha.“Maha, kenapa? nggak sayang gimana?” tanya Sabrina lagi, dia saling pandang dengan bik Mun. Wanita itu mengedikkan bahu tanda tidak tahu juga, kenapa anak sang majikan seperti itu.“Aku tidak mau punya adik!”Sabrina tercengang, sepertinya baru kemarin Maha berkata sayang, tak sabar melihat adiknya lahir, tapi kenapa hari ini sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Sabrina memilih berjongkok, tapi Maha malah berdiri. Tanpa sengaja bocah itu menyenggolnya hingga dia jatuh dan pantatnya mendarat kasar ke lantai.“Mas Maha!” pekik bik Mun yang langsung mendekat ke Sabrina. Membantu wanita itu untuk berdiri. “Mas Maha, Ibu Sabsab sedang hamil, nggak boleh ka …. “Sabrina mencegah bik Mun melanjutkan kalimatnya dengan cara meremas tangan wanita itu. Ia menatap Maha yang duduk di kursi belajar dengan raut

DMCA.com Protection Status