Home / Pernikahan / FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU: Chapter 81 - Chapter 90

126 Chapters

BAB 55B

Aku bergeming. Tak tahu harus bicara apa pada Mas Reza yang telah seserius itu menyiapkan semuanya. "Bilang saja pada mama kalau Bian sudah tahu rencana ini jauh-jauh hari. Mungkin saat ini dia memang kecewa, tapi nanti seiring berjalannya waktu dia juga akan menerima semuanya dengan lapang dada. Lagipula, dia sendiri yang memilih pergi bukan? Tak seharusnya Kamu terus yang mengalah, kamu juga berhak bahagia. Setelah halal, kita pikirkan lagi soal Bian. Bagaimana caranya agar dia kembali normal seperti sedia kala," ucap Mas Reza begitu meyakinkan."Mama bilang, Mas Bian sesekali menangis dan tertawa sendirian, Mas. Sebenarnya aku tak ingin ikut campur soal itu, toh semua juga pilihannya sendiri. Hanya saja aku nggak tega dengan Irena. Dia pasti sangat bingung jika melihat papanya seperti itu." Lagi-lagi Mas Reza menganggukkan kepala. Dia cukup tahu kondisi keluargaku dan keluarga Mas Bian. Mengerti juga akan posisinya sekarang. "Nanti aku bantu jelaskan pada mama jika kita tetap ak
Read more

BAB 56A

Pov : DaniaAku tak paham mengapa Mas Bian datang ke acara lamaranku semalam. Dia tak bicara apapun, hanya tersenyum tipis menatapku dan Irena lalu kembali menunduk. Ikut menikmati hidangan yang tersedia dan ngobrol dengan beberapa saudara hingga akhir acara. Sempat kudengar pertanyaan ibu sebelum dia pamit pulang, tapi Mas Bian hanya menjawabnya singkat saja. Aku sempat khawatir jika dia akan mengamuk atau semacamnya, tapi ternyata tak pernah dilakukannya. Hanya saja, tatapan matanya begitu tajam ke arahku sesekali bergantian ke arah Mas Reza. Kadang membuatku sedikit ngeri melihatnya. "Ma, semalam Mas Bian datang tapi tak bilang apa-apa. Dia hanya diam saja tanpa kata, sesekali tersenyum tipis menatapku dan Irena. Apa mama yang memberitahunya soal tanggal lamaranku?" Kutelpon mama saat aku sudah sampai di toko. Jarum jam di arlojiku menunjuk angka sembilan lebih sedikit. Mungkin mama juga sudah ada di rumah konveksinya atau hanya di rumah saja menemani Mas Bian? Entahlah. "Tiga
Read more

BAB 56B

Kisah masa laluku cukup suram saat itu. Tiap kali mengingatnya, air mata ini seolah mengalir begitu saja dari porosnya tanpa pernah kuminta. Rasa sesak kembali menjalar dalam dada saat mengingat semua perjuangan bapak dan ibu saat itu. Betapa mereka berjuang sekuat tenaga demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Mereka tak kenal lelah saat bekerja demi kembali membeli rumah untuk tempat kami berteduh. Rumah sederhana pun tak apa asalkan bisa melindungi keluarga dari panas dan hujan. Rumah yang dulu begitu kami nanti dan rindukan setelah rumah sederhana sebelumnya terlalap si jago merah. Perjuangan dan semangat mereka benar-benar membuatku terharu dan bangga sampai detik ini. "Jangan menangis." Suara itu kembali menyadarkanku dari lamunan. Gegas kuseka kedua pipi yang basah. Aku menghela napas panjang mencoba menghalau rasa gundah dan isak yang mungkin sempat terdengar."Siapa yang nangis sih, Mas," balasku sekenanya. "Nggak ada yang nangis, cuma pipinya basah." Aku hanya tersenyum
Read more

BAB 57A

Pov : DaniaDetik ini, aku kembali ke butik Alexandra setelah beberapa hari yang lalu ke sini bersama Mas Reza untuk memilih kebaya. Warna abu muda menjadi pilihan untuk akad nikah nanti sementara resepsi memakai warna putih gading. Hiasan swarovski dan bordiran tampak cantik menghiasi sisi depan kebaya. Bagian bawah menjuntai dengan ekor cukup panjang. Begitu menawan dan elegan. Ibu bilang aku akan tampak begitu cantik dengan kebaya itu di acara spesial nanti. Aku pun berharap demikian, mampu memberikan kenangan terindah dan teristimewa dalam hidupku untuk mereka yang kucinta. Tak terkecuali Mas Reza. "Gimana kebayanya, Mbak Nia? Sudah pas atau ada yang perlu dirombak lagi?" tanya Mbak Niken designer sekaligus pemilik butik Alexandra ini. Perempuan cantik itu tersenyum menatapku yang masih berdiri di depan kaca besar, mengamati tubuhku dengan kebaya putih gading itu. Rasanya cukup berbeda saat mencoba kebaya ini. Aku tak menyangka jika akhirnya bisaencoba kebaya yang akan kupakai
Read more

BAB 57B

"Nia, jangan melamun. Berbahaya," ucap mama tiba-tiba saat melihatku sedikit oleng. Kuucap istighfar beberapa kali saat mobil ini hampir menabrak trotoar. "Iya, Ma. Maaf," balasku singkat sembari melirik Irena yang masih sibuk dengan bonekanya. Boneka baru dari Omanya di jok belakang. "Biar mama yang nyetir gimana?" tawar mama kemudian saat melihatku memijit kening. Aku pun mengangguk pelan lalu menukar tempat dengan mama. Kini mama yang pegang kendali sementara aku duduk di sebelahnya. Irena tetap di belakang dengan aneka mainan dari Omanya. "Loh itu bukannya Irena?" tanya mama kemudian saat baru memasang seat belt. Perempuan yang ditunjuk mama itu masih di seberang jalan. Duduk di kursi cafe bersama seorang laki-laki dan anak semata wayangnya. Rizqi. "Bukannya dia bilang melaporkan penculik itu ke polisi? Kenapa sekarang mereka bertemu bahkan makan siang bersama?" gumamku pada mama yang masih memperhatikan menantunya. Beberapa kali mama membidikkan kamera ke arah Irena dan lak
Read more

BAB 58A

Pov : Dania Ponsel di tas kecilku berdering saat aku baru keluar dari mini market untuk membeli minuman dingin. Nama Om Herman muncul di layar. Sembari melangkah ke area parkir, aku menerima panggilan dari papa Mas Reza itu. Mama yang masih menunggu di dalam mobil bersama Irena pun mengambil kantong kresek di tanganku lalu memberikan susu kotak dan biskuit yang baru saja kubeli itu untuk Irena. Sementara mama sendiri membuka botol minuman dingin pesanannya. "Assalamu'alaikum, Om. Gimana kabarnya? Tumben telpon siang-siang begini," ucapku setelah menekan tombol hijau di layar untuk menerima panggilan itu. Gegas kututup pintu mobil lalu memakai seat belt. Sementara benda pipih hitam itu kuletakkan di pangkuan. "Wa'alaikumsalam, Nia. Alhamdulillah kabar Om baik-baik saja. Kamu di mana sekarang?" tanya Om Herman dengan suara parau. Seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan."Masih di depan mini market, Om. Ada apa?" Perasaan was-was pun mulai muncul. Dada semakin berdebar menanti jawab
Read more

BAB 58B

Sampai rumah sakit, mama memintaku untuk pergi lebih dulu. Sementara dia dan Irena akan menyusul kemudian. Mama tahu aku cukup panik dan ingin segera tahu bagaimana keadaan Mas Reza detik ini, karena itulah mama memberiku kesempatan untuk jalan lebih dulu dan tak harus menunggunya dan Irena. Setengah berlari aku menuju ruang UGD. Kulihat Om Herman dan sopir pribadinya sedang menunggu tak jauh dari pintu. Pak Joko terlihat berusaha menenangkan Om Herman yang masih menyandarkan punggung ke kursi tunggu sembari memejamkan mata ke arah langit-langit ruang. Laki-laki terhebat yang begitu disayangi Mas Reza itu duduk gelisah. Kakinya bergerak-gerak tak tenang meski kedua matanya tetap terpejam. Pak Joko mencolek lengan kiri bosnya saat melihatku datang. Aku yang kini tak mampu berkata apa-apa, hanya berdiri beberapa langkah dari mereka. Air mata ini sudah berusaha kubendung, tapi nyatanya pertahananku jebol juga. Aku tak mampu menahan bulir bening itu dari kedua mataku.Melihat kedatanga
Read more

BAB 59A

Pov : DaniaHari bahagia pun tiba. Hari dimana begitu kutunggu di setiap detiknya. Sepertinya tak hanya aku, tapi juga Mas Reza. Dia yang semakin perhatian dan pengertian tiap harinya, membuatku benar-benar merasa menjadi wanita yang istimewa. Aku dihargai, dicintai dan dihujani perhatian. Perempuan mana yang tak semakin cinta jika diperlakukan demikian? Apalagi jika pengalaman sebelumnya cukup menyakitkan. Tak pernah mendapatkan timbal balik yang sama sekalipun sudah banyak berkorban dan mempersembahkan segenggam cinta yang kupunya. Ah tak apa. Adakalanya masa lalu yang pahit membuat kita banyak belajar dan mengambil hikmah di dalamnya. Setidaknya agar sadar bahwa pengorbanan dan ketulusan kita tak selamanya dihargai bahkan bisa saja hanya dipandang sebelah mata. Tak perlu disesali. Tetap yakin jika ketulusan pasti akan mendapatkan balasannya sendiri. Jika bukan dari dia yang kita perjuangkan, bisa jadi dari dia yang memperjuangkan kita. Dia sudah memberikan porsi yang pas unt
Read more

BAB 59B

Mama menatapku beberapa saat lalu mengangguk pelan dengan senyum tipis di kedua sudut bibirnya. Kulihat mama ikut bahagia saat melihatku dan Irena saling peluk dengan senyum lega. Meski harapan mama sebenarnya adalah melihatku rujuk dengan Mas Bian, tapi mama mengesampingkan egonya karena tahu aku dan anak lelakinya memang tak bisa kembali bersama.Setelah menghela napas panjang, kulihat dari gerak bibirnya, mama mengucapkan selamat padaku. Aku pun membalasnya dengan senyum dan anggukan kepala. Tak selang lama terdengar doa-doa yang dipanjatkan sang penghulu, berharap pernikahan ini langgeng dan bahagia. Tak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak. Para tamu mengaminkan doa-doa itu lalu Mas Reza menodongkan tangannya ke arahku agar aku mencium punggungnya. "Cium tangan dulu, sudah halal ini," bisiknya kemudian membuat wajahku kembali merona. Aku pun mengikuti perintahnya. Mencium punggung tangan itu dan menghirup aromanya, sementara Mas Reza mencium puncak kepalaku perlahan seray
Read more

BAB 60A

Pov : DaniaLaki-laki itu, dengan matanya yang memerah dan rahang mengeras tiba-tiba mengambil sesuatu dari dalam box-nya, tepat di saat Mas Reza mulai menurunkan tangannya karena tak mendapatkan sambutan dari Mas Bian. Entah bagaimana kejadiannya mendadak Mas Reza berteriak lalu memegangi lengannya yang terluka. Darah mulai menetes di sana. Suasana makin tak terkendali saat laki-laki yang pernah seranjang denganku empat tahun lamanya itu mulai mengamuk. Dia berusaha melukai Mas Reza kembali meski Mas Fano sudah membekuk laki-laki itu. Pisau tajam itu terlepas dari genggaman Mas Bian saat Mas Fano mencengkeram lengannya dan menarik keduanya tangan mantan iparnya itu ke belakang. Badanku lemas seketika saat melihat Mas Reza meringis kesakitan. Papa berusaha mengikat lengannya dengan perban lalu mengantarnya ke klinik. Mereka memintaku untuk tetap tenang dan di rumah. Berharap lukanya tak terlalu dalam dan tak banyak jahitan. Beruntung Irena sudah diajak ibu ke kamarnya sebelum insi
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status