Home / Pernikahan / FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU: Chapter 61 - Chapter 70

126 Chapters

BAB 45

Laki-laki berkaca mata itu tengah duduk di sofa ruang tengah sembari menikmati acara bola di televisi saat aku dan Mas Reza datang. Dia menoleh ke pintu saat Mas Reza mengucap salam sembari melangkah perlahan ke arahnya. Om Herman menatapku beberapa saat, mungkin mencoba mengingat-ingat sebab sudah sangat lama aku tak berkunjung ke rumah ini. Lima tahun silam terakhir kalinya Mas Reza mengajakku ke sini. Laki-laki itu pun menatap anak lelakinya beberapa detik sembari mengangkat-angkat kedua alisnya. Kedua mata Mas Reza bergerak-gerak lalu anak dan papa itu pun tersenyum bersamaan."Dania?" tebak Om Herman dengan senyum lebar. Aku mengangguk pelan sembari menangkupkan kedua tangan ke dada sebagai salam dan perkenalan kembali. "Silakan duduk, Nia. Biar Bi Minah ambilkan minuman untukmu," ucap Om Herman lalu memanggil asisten rumah tangganya untuk membawakan minuman dan camilan. Dua laki-laki itu pun duduk berdampingan di ujung sofa, sedangkan aku duduk di ujung lain. Sofa ini berbe
Read more

BAB 46A

Hening. Tak ada obrolan apapun sejak keluar dari rumah Mas Reza hingga detik ini. Mungkin sudah sepuluh menitan yang lalu. Aku masih membayangkan masa kelam itu, sementara Mas Reza hanya diam dan fokus menyetir dan menatap jalanan yang mulai padat merayap. "Mas, saat aku menikah apa kamu nggak ada keinginan membuka hati untuk perempuan lain?" tanyaku memecah keheningan. Mas Reza sedikit tersedak lalu meringis kecil menatapku sekilas. "Nggak. Aku malas. Selera mama selalu beda dengan seleraku. Malas membuat sakit hati anak orang lagi dan lagi," balasnya santai. Aku mengernyitkan dahi. Masih tak yakin dengan jawabannya. Melihat keraguanku, Mas Reza justru tertawa. "Mama berulang kali menjodohkanku dengan anak teman sosialitanya, Nia. Tapi aku nggak suka, gimana dong?" sambungnya lagi. "Aku sukanya cuma sama kamu." Laki-laki di sebelahku itu pun menghentikan mobilnya lalu menatapku lekat. Buru-buru kualihkan pandangan ke arah lain, menghindari tatapannya yang tajam. Detik ini aku
Read more

BAB 46B

Hening sesaat. Mas Reza fokus dengan doanya, sementara aku masih menatap batu nisan itu. Tak lama setelahnya ikut merapalkan doa untuk Tante Sarah yang sudah kembali ke sisiNya. "Mama tahu kalau kamu cukup membuatku berubah lebih baik. Hadirmu membuatku belajar banyak hal tentang hidup." Mas Reza menatapku lekat. Aku hanya menghela napas lalu mengalihkan pandangan."Perubahanmu bukan karena aku, Mas, tapi karena kamu memang ingin belajar lebih baik. Kamu anak yang berbakti. Jangan berlebihan memuji, aku bisa besar kepala." "Serius, Nia. Dulu emosiku sering tak stabil sejak mama melarang hubungan kita. Namun, tiap kali aku berontak dan pergi dari rumah, aku pasti akan kembali tanpa harus dicari kesana-kemari. Semua karena aku selalu ingat pesan-pesanmu waktu itu," ucapnya begitu meyakinkan. "Serius." Dia kembali meyakinkan saat aku hanya membalasnya dengan menaikkan kedua alis seolah tak percaya dengan ceritanya. "Iya, iya. Duarius," balasku asal."Aktor film dong." Laki-laki itu t
Read more

BAB 47A

Pertemuan Irena dengan lelaki itu masih menjadi teka-teki dalam hatiku. Siapa sebenarnya dia, hanya saja itu memang bukan urusanku dan aku pun tak ingin ikut campur di dalamnya. Sepertinya Mas Reza pun sama denganku, masih bingung siapa laki-laki yang bersama Irena. Hanya saja dia tak ambil pusing juga. "Hai Irena cantik, hadiah dari Om Reza buat kamu, karena Irena nggak rewel ditinggal mama," ucap laki-laki itu sembari memberikan kado merah jambunya. Gadis kecilku lompat-lompat kegirangan melihat kado yang cukup besar bahkan nyaris setinggi dia. "Ma ... Rena nggak ulang tahun, kan?" tanya Irena polos sembari melirik kado di sampingnya. "Nggak, Sayang. Dua bulan lagi Irena genap empat tahun," balasku kemudian. "Tapi Om Eza kasih Rena kado, padahal Rena nggak ulang tahun, Mama," protesnya lagi. "Nggak apa-apa, Rena. Ini spesial buat Rena karena pinter banget. Kado kan nggak harus ulang tahun dulu dan ... kalau ulang tahun nggak harus ngasih kado juga. Yang penting doanya," ucap M
Read more

BAB 47B

Aku dan ibu sama-sama bergeming beberapa saat. Entah apa maksud Mas Bian, bisa-bisanya membuat drama lagi dengan berusaha mengambil hak asuh Irena padahal sebelumnya sudah sepakat jika Irena bersamaku karena dia masih kanak-kanak dan butuh kasih sayang seorang ibu. Kenapa sekarang dia berusaha merebut Irena dariku, bukankah dia sudah bahagia dengan anak lelakinya dan mungkin sebentar lagi akan mendapatkan anak kedua dari istri tercintanya? Mengapa harus mengusik keberadaan Irenaku. Gadis kecil yang sedari dulu begitu mendambakan peluk cium dari papanya, timang dan cinta darinya dan semua kasih yang papanya punya tulus tanpa sandiwara. Namun, nyatanya hanya mendapatkan cinta yang semu dan perhatian palsu.Apakah Mas Bian sengaja melakukan ini semua karena dia tak pernah rela aku mendapatkan kebahagiaan lebih setelah berpisah dengannya? Dengan merebut hal asuh Irena, tentu aku tak akan pernah bahagia sekalipun sudah bersama Mas Reza. Mas Bian benar-benar licik jika berpikir sampai seja
Read more

BAB 48A

"Aku ingin Irena, Nia. Silakan saja kalau kamu mau menikah dengannya, tapi tak akan kubiarkan laki-laki itu menggantikan posisiku di hatinya. Dia laki-laki yang sudah mencampakkanmu begitu saja, Nia. Apakah kamu amnesia?" Laki-laki itu kembali menatapku tajam, tak berkedip beberapa saat lamanya. "Kamu yang amnesia, Mas. Kamu yang selingkuh, kamu pula yang menuduhku macam-macam. Jangan suka mengkambinghitamkan orang lain!" sentakku kemudian. Mas Reza menoleh ke arahku lalu mengedipkan matanya mungkin sebagai pertanda agar aku tak terlalu meladeninya. "Kamu belum terlalu mengenal Irena, Bian. Aku pegang kartu dia karena dia adalah mantan sepupuku. Tepatnya mantan istri sepupuku. Mungkin kamu sudah tahu akan hal itu," ucap Mas Reza saat akan membuka pintu mobilnya. Mas Bian terdiam sejenak lalu mendorong kasar Mas Reza hingga terbentur tembok. Spontan aku menjerit dan berusaha memisahkan mereka berdua. "Apa-apaan sih kamu, Mas! Kasar banget." "Kasar apanya? Hanya ingin kasih secui
Read more

BAB 48B

Seminggu berlalu, tak ada teror Mas Bian ke rumah. Aku cukup bersyukur dan tenang tak mendengar kegaduhannya. Sebab setelah kedatangannya yang pertama itu selang dua hari kemudian dia datang lagi dengan membawa perempuannya. Perempuan itu, entah mengapa mau aja diajak ke rumah ibu bahkan meminta Irena untuk tinggal bersamanya. Mereka datang saat aku tak ada di rumah dan masih sibuk di restoran. Beruntung sekali Irena bersikeras tak mau ikut meski diimingi apapun. Ibu yang menceritakan semuanya. Mas Bian begitu memohon dan bilang itu permintaannya yang terakhir. Kalau memang Irena tetap tak ingin diajak pergi, dia tak akan lagi memaksa setelah ini. Semoga saja begitu, sebab Irenaku memang tak ingin pergi bersamanya sekalipun dengan iming-iming boneka doraemon yang jauh lebih besar dibandingkan bonekanya yang baru itu. "Rena suka dan sangat sayang sama boneka ini, Pa. Ini yang beliin Om Reza. Dia baik sekali sama Rena. Sama mama dan nenek juga sama baiknya." Begitulah ucapan gadis
Read more

BAB 49A

Pov : Bian Jarum jam hampir menunjuk angka delapan malam. Seperti biasa aku baru pulang. Akhir-akhir ini aku memang sering lembur di kantor. Sama seperti dulu saat aku bersama Dania. Bedanya, dulu aku lembur dengan suka rela, tanpa paksaan dari siapapun karena aku sendiri yang menginginkannya demi menjaga kewarasan.Aku lembur agar tak terlalu lama di rumah melihat Dania, itu saja. Namun kini dunia seolah berbalik mengejekku. Aku yang kini terpaksa lembur demi menuruti permintaan Irena. Dia yang tak puas dengan gaji bulananku padahal jelas semua gaji itu kuberikan padanya. Istriku itu menekanku dengan berbagai alasan agar aku tetap mencari uang lebih untuk jatah bulanannnya. Dia ingin memperlihatkan kesuksesannya di depan saudara-saudara mantan suaminya termasuk adik madunya. Dia yang sengaja memamerkan apapun yang kuberikan padanya, seolah tak peduli padaku yang tenggelam dalam dunia kerja dan segala rutinitas kantor yang cukup membosankan. Sering kali aku protes, tapi Irena t
Read more

BAB 49B

Ingin rasanya kutumpahkan segala rasa yang berkecamuk dalam dada. Rasa yang selama ini kusimpan rapat sendiri karena tak ingin membuat Irena terluka dan kecewa. Kini mungkin sudah waktunya kuluapkan semuanya agar Irena tahu aku tak lagi sesabar itu. Aku juga punya hati dan rasa kecewa atas segala sikapnya. Aku yang tak pernah sekalipun menyangka akan mendapatkan perlakuan seburuk ini darinya. Aku merasa gagal dan kalah sekarang karena Dania seolah begitu bahagia setelah berpisah denganku sementara hidupku justru berantakan setelah berpisah dengannya. Teringat kembali bagaimana mama selalu mengingatkanku dulu untuk mencintai Dania dengan tulus sebab dia perempuan yang baik dan setia. Aku kembali teringat senyum tulusnya tiap kali aku pulang kerja. Dia menawariku pijatannya. Menata sepatuku ke rak dan menyiapkan teh hangat juga makan malam untukku. Meski aku jarang memakannya karena sudah makan di luar. Kini semua berubah. Bukan karena kesalahannya, tapi karena keegoisanku sendiri
Read more

BAB 50A

Pov : Bian|Mas, gimana uangnya? Dania mau meminjamkan uangnya buat kita, kan?| Pesan dari Irena membuatku semakin pusing. Tak seharusnya dia terlalu berharap pada Dania karena belum tentu dia mau meminjamkan uang seratus juta itu. Padahal Dania saja tak peduli bahkan memintaku untuk memecahkan masalah itu sendiri. |Kenapa nggak kamu balas, Mas? Apa kamu masih ngobrol dengan mantan istrimu itu?| Aku kembali membaca pesan kedua dari Irena yang masuk di whatsapp. Mungkinkah semua ini memang sandiwaranya saja untuk mendapatkan uang Dania? Sebab selama ini Irena memang sangat menginginkan uang restoran itu, tapi setega itukah dia melibatkan Rizqi untuk ambisinya ini?Apa Irena pikir dengan alasan penculikan Rizqi, Dania mau meminjamkan uang itu? Padahal jelas Dania tak sebodoh yang dia kira. Hatinya cukup kuat dan peka. Dia pasti tak percaya begitu saja dengan ceritaku. Jangankan Dania, aku sendiri masih ragu apakah ini murni penculikan atau sekadar akal-akalan Irena saja. Aku benar-b
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status