Semua Bab Pendekar Rajawali Dari Andalas: Bab 391 - Bab 400

460 Bab

Bab 391. Menuju Kerajaan Bangkala

“Saya memuji keberanian kalian melawan para perampok dan berhasil menangkap salah seorang dari mereka!” ujar Prabu Bangkala. “Sebenarnya yang melawan komplotan perampok dan menangkap salah seorang dari mereka bukanlah kami yang mulia, melainkan saudara Arya ini berserta dua sahabatnya.” ujar Galang sembari menujuk Arya dan kedua sahabatnya. “Oh begitu, apakah mereka bertiga warga Desa Embun juga?” tanya Prabu Bangkala. “Kami bertiga bukan berasal dari Desa Embun, kami pengembara.” Arya yang mejawab. “Oh, terima kasih telah membantu warga Desa Embun membongkar siapa pelaku perampokan yang kerap melanda desa itu.” ucap Prabu Bangkala. “Sama-sama, yang mulia. Kami pun senang dapat membantu mereka dalam mengungkap dalang perampokan itu.” tutur Arya. “Yang mulia...! Artaka memberontak saat dibawa ke penjara! Sekarang dia hendak melarikan diri dengan menyandar salah seorang pelayan istana dihalaman Kerajaan!” tiba-tiba salah seorang pengawal masuk ke ruangan itu memberi laporan. “Apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-11
Baca selengkapnya

Bab 392. Tewasnya Artaka

“Sepertinya permasalahan di Kerajaan yang melibatkan Desa Embun telah selesai, kami mohon diri yang mulia.” tutur Arya. “Saudara Arya hendak ke mana?” tanya Prabu Bangkala. “Saya dan kedua sahabat saya ini akan kembali dulu ke Desa Embun, dari sana nanti kami akan melanjutkan perjalanan ke arah Timur.” jawab Arya. “Baiklah, jika memang saudara Arya dan para sahabat hendak melanjutkan perjalanan. Dan sebagai rasa bersalah istana Kerajaan pada Desa Embun, untuk dua bulan ke depan seluruh warga Desa Embun di bebaskan untuk tidak membayar upeti. Bahkan saya minggu depan akan berkunjung ke sana, melihat keadaan desa itu.” tutur Prabu Bangkala. “Terima kasih yang mulia, dengan senang hati kami menunggu kehadiran yang mulia di desa kami.” ucap Galang, Prabu Bangkala menjawab dengan anggukan kepala diiringi senyumnya. “Kami mohon diri yang mulia.” ujar Arya. “Ya Arya, selalulah berhati-hati dalam perjalanan! Jangan sungkan untuk singgah ke istana ini, jika suatu saat melintas di kawasan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-11
Baca selengkapnya

Bab 393. Kembali Ke Desa Embun

“Sayang sekali kami warga Desa Embun tidak satu pun memiliki kemampuan bela diri untuk berperang! Jadi kami tidak bisa membantu, selain meminta pada sang Dewata Agung agar kalian bertiga menemui cara untuk dapat merebut kembali tahta Kerajaan itu.” ujar Galang. “Do’a kalian sudah lebih dari cukup buat kami.” ulas Arya. “Do’a? Apa yang saudara Arya maksudkan itu?” tanya Galang yang baru mendengar istilah itu. “Do’a itu sama artinya dengan permohonan, seperti yang hendak kalian lakukan memohon pada Dewata Agung.” tutur Arya menjelaskan. “Oh begitu, tentu saja Arya kami akan selalu berdo’a untuk keberhasilan kalian.” ujar Galang. “Baiklah, kami mohon diri dulu.” tutur Arya. Seluruh warga Desa Embun berdiri dengan penuh sikap hormatnya melepaskan kepergian Arya dan kedua sahabatnya dari desa mereka, para warga Desa Embun itu tidak pernah menyangka akan kedatangan sosok ksatria pembela kebenaran di desa mereka hingga permasalahan besar yang terjadi dan mereka alami selama ini telah d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

Bab 394. Mengangkat Sutadoma

“He..! He..! He...! Saya hanya ingin tahu apakah pria dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu juga memiliki perasaan yang sama dengan junjungan saya, ternyata dia juga menyukai yang mulia Peri Salju. Apakah yang mulia tidak mengetahui dan merasakan hal itu? Saat ia menggenggam erat jemari yang mulia ketika hendak berpamitan pergi ke arah Timur?.” Lestari menyodorkan pertanyaan yang membuat Peri Salju benar-benar tak mampu menyembunyikan rona merah wajahnya. “Mungkin hanya sebatas menyukai saja, begitu pula Arya karena antara kami memang baru mengenal satu dengan yang lainnya.” tutur Peri Salju sembari menenangkan perasaannya yang sempat berdebar tak menentu, saat Lestari melontarkan pertanyaan yang hampir tidak bisa ia jawab. “Tapi kenapa Arya menghampiri dengan menggenggam begitu eratnya tangan yang mulia Peri Salju?” kembali Lestari melontarkan pertanyaan. “Hemmm, mungkin karena dia merasa dekat dan ingin berpamitan atau juga menunjukan rasa terima kasihnya atas dibawanya ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

Bab 395. Kekejaman Adik Dan Ibu Tiri

Sudah banyak dari para petinggi dan prajurit istana yang mengundurkan diri, sebagian memilih menjadi rakyat biasa, sebagian lagi pergi dari daerah kekuasaan Kerajaan itu. Semua itu dikarenakan ketidaknyaman mereka berada di istana, yang terkadang diperlakukan tidak ubahnya sebagai budak istana Kerajaan itu. “Purbanuri, kau benar-benar telah berkuasa penuh sejak putramu Boma Santa memengang tahta Kerajaan. Segala keinginanmu telah kau capai dan hidup penuh bergelimang harta. He..! He..! He..!” tutur seorang perempuan tua yang rambutnya telah memutih semua, giginya yang tidak lagi lengkap itu tampak menghitam saat ia tertawa. “Ini semua juga berkat jasamu yang membantu putra saya merebut tahta Kerajaan dari Kanda Sapta Wiruga, Nyi Cawang. Dan apapun yang kau minta juga telah kami penuhi, apakah semua yang kami beri masih kurang?!” ujar perempuan yang bernama Purbanuri itu sembari bertanya. “Tentu saja tidak, apa yang kalian berikan sudah lebih dari cukup. Saya sudah hidup enak di ist
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

Bab 396. Padepokan Macan Tutul

Pagi itu Boma Santa yang didampingi Panglima Kerajaan menemui beberapa orang prajurit yang ditugaskan meminta upeti kemarin sore ke desa-desa, melihat dari raut wajah Boma Santa yang kurang ceria, agaknya dia tidak senang akan hasil kerja dari para prajurit yang akan ia temui dihalaman istana Kerajaan itu. “Aku mendapat laporan dari Panglima! Bahwasanya upeti yang aku perintahkan kepada kalian untuk memintanya pada warga desa, jauh berkurang dari biasanya! Apa penyebabnya hingga itu terjadi?” tanya Boma Santa dengan nada suara yang menghardik para prajurit dihalaman istana Kerajaan itu. “Maafkan kami yang mulia! Para penduduk saat kami datang sedang tidak berada dikediaman mereka! Kami coba mendatangi lahan persawahan mereka, tetap juga tidak kami temui!” jawab salah seorang prajurit istana itu. “Kalian jangan pernah berbohong kepadaku! Mana mungkin pagi-pagi begini para warga desa tidak ada dikediaman maupun persawahan mereka!” hardik Boma Santa. “Apa yang kami katakan benar adan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

Bab 397. Desa Teratai

“Apakah itu tidak berbahaya bagi kalian nantinya?!” Rampati menguatirkan Arya dan kedua sahabatnya. “Tentu saja berbahaya, Kanda! Tapi Kanda dan Paman tidak perlu kuatir, kami akan baik-baik saja dan berusaha membebaskan putri Paman Kibayu itu!” tutur Arya. “Terima kasih sebelumnya aku ucapkan pada saudara Arya dan para sahabat yang telah bersedia mempertaruhkan nyawa demi untuk membebaskan putri kami! Sungguh kami telah merepotkan kalian akan hal yang tentunya tidak mudah untuk dilakukan!” ucap Kibayu. “Ya Paman, kami mengerti hal ini jelas tidak mudah! Namun kami akan berupaya sebisa mungkin untuk membebaskan putri Paman itu! Orang-orang seperti mereka tidak bisa dibiarkan, mereka harus ditumpas agar tidak lagi membuat keonaran di desa ini dan desa-desa lainnya!” tutur Arya. “Mereka jumlahnya cukup banyak saudara, Arya! Diperkirakan ada 30 orang lebih!” ujar Rampati. “Kanda Rampati dan Paman Kibayu tidak perlu kuatir! Sahabatku Arya telah terbiasa menghadapi puluhan orang! Bahk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

Bab 398. Ke Padepokan Kelabang Hitam

“Oh jadi karena alasan itu mereka sengaja tidak berada di pemukiman dari pagi hingga sore harinya? Baiklah minggu depan saja kalian kembali menagih upeti itu ke desa-desa! Sekarang silahkan kalian kembali untuk menjalankan tugas lainnya!” Boma Santa akhirnya tidak dapat bersikeras karena Panglima memberikan alasan yang tepat. Panglima dan para prajurit pun kembali ke tempat mereka masing-masing melaksanakan tugas lainnya, sementara Boma Santa masih berada di ruangan itu ditemani orang-orang kepercayaan berserta Ibundanya. Sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi terletak di seberang persawahan warga desa, di atasnya terdapat dua buah bangunan berupa rumah. Satu rumah berbentuk biasa dan yang satu lagi berbentuk memanjang, itu lah Padepokan Kelabang Hitam. Setelah membawa seorang wanita muda dari Desa Teratai kepada Guru sekaligus ketua mereka di kediamannya, para murid padepokan kembali ke tempat mereka di rumah yang dibangun memanjang itu. “Ha...ha..ha..! Akhirnya kau dapat juga aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

Bab 399. Brajasona

“Jurus Kelabang Hitam Menebar Maut!” seru Brajasona dengan kedua jari tangannya seperti mencengkram kemudian melesat cepat ke arah leher Arya. “Blaaaaaaaaaam...!” sang pendekar yang mengetahui jika dia hendak diserang dengan pukulan andalan ketua padepokan itu segera melepaskan ajian Topan Gunung Sumbing, hingga terdengar suara benturan pukulan dashyat dan tubuh Brajasona pun tersurut mundur beberapa langkah. “Ajian Kelabang Hitam Neraka!” seru Brajasona lagi, kali ini tubuh dan kedua telapak tangannya yang telah menyala kobaran api melesat cepat ke arah Arya. “Blaaaaaaaaaam...! Kraaaaaaaaaak..! Bruuuuuuuuuuk..!” Arya menyambut dengan dua ajian andalannya, pertama menghantamkan ajian Topan Gunung Sumbing membuat suara benturan dan tubuh Brajasona sempoyongan, kemudian sang pendekar menyusul dengan ajian Cindaku Menghatam Karang yang tepat mengenai kepala Brajasona hingga kepala ketua Padepokan Kelabang itu retak lalu jatuh tergeletak di tanah dengan nyawa telah terpisah dari ragany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

Bab 400. Tewasnya Brajasona

“Kanda Arya, dan semuanya silahkan diminum teh hangatnya!” ujar Kinanti yang ternyata beberapa saat yang lalu saat Arya tengah asyik bercakap-cakap dengan Tampati menuju ke dapur membuatkan seluruh orang yang ada diruang depan rumah itu minuman. “Terima kasih, Kinanti” ucap mereka. “Aku yang musti berterima kasih pada Kanda Arya dan para sahabatnya yang telah membebaskan dan membawa aku kembali ke desa ini dari sekapan Brajasona!” ucap Kinanti dengan senyum manisnya. Untuk diketahui Kinanti adalah gadis yang sangat cantik ,boleh dikatakan bunga desa di Desa Teratai itu, wajar saja Brajasona yang pernah melihatnya berkeinginan untuk menjadikan dia istri dan diboyong ke Padepokan Kelabang Hitam. “Jika Kanda tidak datang, entah bagaimana nasibku yang rencananya akan dikawin paksa oleh Brajasona besok pagi! Aku disekap di dalam kamar oleh dua orang anak buahnya!” sambung Kinanti. “Ya, kami merasa senang dapat membebaskan dan membawamu kembali ke rumah ini! Dan Desa Teratai akan aman,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3839404142
...
46
DMCA.com Protection Status