Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 341 - Chapter 350

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 341 - Chapter 350

460 Chapters

Bab 341. Paniknya Kerajaan Angkasa

“Dia juga sosok Peri yang ramah, tutur bahasanya sangat lembut. Dia memang pantas dihormati dan dimuliakan oleh para penghuni Negeri Peri sejak negeri ini tercipta, karena para leluhur kelompok maupun suku-suku penghuni negeri ini pasti sering mendapat pertolongan darinya.” kali ini Benggala yang menebak-nebak kemungkinan yang terjadi di masa lalu. “Kamu benar Benggala, saya sebagai penghuni negeri ini telah mengetahui tentang adanya Peri penguasa negeri sejak dulunya. Para leluhur kami pun berkata begitu, dan seluruh kelompok manusia cebol juga menghormati para Peri itu hingga saudara-saudara saya punah.” tambah Dewa Bola Api membenarkan semua yang dikatakan Benggala mengenai sosok Peri. “Lalu apakah secara kebetulan saja Peri itu turun ke negeri ini karena mendengar teriakan kita di pinggiran hutan, saat tak satupun di antara kita berani menolong Arya?” tanya Yuda Tirta. “Saya rasa tidak, pasti kemunculan Peri itu di negeri ini ada sesuatu yang tengah ia selidiki. Karena sebelum
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Bab 342. Siasat Licik Hantu Muka Dua

“Maaf yang mulia, sebaiknya yang mulia tenangkan diri agar mampu berfikir akan langkah selanjutnya yang musti dijalankan.” kali ini sosok yang lain dari salah seorang kepercayaan Kerajaan itu yang berbicara. “Ya, apakah kau punya rencana yang bagus untuk dilakukan Durpala?” tanya Batara Durja yang berusaha meredam amarah di hatinya. “Maaf yang mulia, saya juga belum dapat memikirkan akan rencana selanjutnya. Saya hanya ingin menenangkan amarah di hati yang mulia saja.” jawab sosok yang di panggil Durpala itu. “Amarah saya takan hilang, sebelum saya dapat membalas semua yang mereka lakukan pada orang-orang utusan Kerajaan ini dan Kerajaan Siluman.” tutur Batara Durja. “Menurut saya alangkah baiknya yang mulia bertemu dengan Durpa Raja Kerajaan Siluman, siapa tahu dia memiliki rencana yang lebih tepat. Namun sebelumnya apakah Durpa juga mengetahui jika para utusannya telah tewas?” Durpala menyarankan. “Kamu benar Durpala, saya harus bertemu Durpa. Saya yakin, dia belum mengetahui a
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

Bab 343. Pertemuan Di Kerajaan Siluman

“Rencana yang mulia benar-benar bagus, langkah pertama yang dilakukan dengan menjadikan para warga Desa Kabut sebagai budak dan pengikut setia Kerajaan ini. Semakin banyak para warga yang berhasil kita tundukan, maka semakin kuat kita nantnya.” ujar Hantu Tangan Tiga. “Ha..! Ha..! Ha..! Kau benar sekali, Panglima. Memang itulah tujuan saya memberi perintah padamu untuk menculik beberapa orang dari warga desa itu untuk kita jadikan pesuruh, dan perlahan-lahan nanti Kerajaan kita akan menjadi Kerajaan yang besar dan kuat.” kembali terdengar gelak tawa Hantu Bermuka Dua Sang Raja Kerajaan Hantu itu. Beberapa saat kemudian datanglah para tawanan yang diantarkan 2 penjaga penjara ke ruangan di mana Hantu Tangan Tiga dan Hantu Bermuka Dua tengah asyik berbincang-bincang. “Yang mulia dan Panglima, ini kami antarkan para tawanan yang kini telah menjadi bagian dari penghuni istana Kerajaan.” ujar salah satu penjaga penjara yang mengiring para tawanan warga Desa Kabut yang kini telah berubah
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

Bab 344. Ada Apa Dengan Peri Salju?

“Ya, kunjungan saya ke sini memang ada hal penting yang ingin saya sampaikan namun sebelumnya apakah sobatku Durpa sudah mendapat laporan tentang para utusan kita di Negeri Peri?” tanya Batara Durja. “Itu lah yang sampai sekarang belum saya dapatkan beritanya yang mulia, Panglima Kerajaan telah beberapa kali saya utus mencari tahu tentang mereka namun tak satupun dari para utusan itu ditemui di Negeri Peri itu.” jawab Durpa. “Saya mendapat laporan dari mata-mata Kerajaan, kalau semua utusan kita telah tewas. Sebagian besar oleh pemuda dari negeri 1.500 tahun itu, dan lebihnya oleh Peri Salju.” tutur Batara Durja. “Apa?! Semua utusan kita tewas? Peri Salju juga turun ke negeri itu? Wah, ini benar-benar bahaya! Berarti para Peri telah mengetahui tentang rencana kita untuk menguasai Negeri Peri itu.” ujar Durpa yang terkejut mendengar penuturan Batara Durja. “Ya, bisa jadi para Peri telah mengetahui rencana kita itu. Untuk itu saya mengunjungimu di sini, langkah apalagi yang musti ki
last updateLast Updated : 2024-02-10
Read more

Bab 345. Sebuah Rasa Terpendam

Mendengar jawaban dari Lestari kini Peri Salju yang tampak terkejut karena saat ia melamun akan sosok lelaki yang pernah dijumpainya beberapa waktu lalu di Negeri Peri, Lestari abdi istana kesayangannya itu melihatnya. Tampak sekali wajahnya bersemu merah, meskipun ia berusaha untuk menyembunyikan dan walaupun Lestari belum tahu apa yang tengah ia lamunkan tadi. “Tak biasanya yang mulia bermenung dan tersenyum begitu, apa gerangan yang telah terjadi hingga membuat yang mulia Peri Salju seperti itu?” tanya Lestari. “Hemmm, saya sendiri juga heran. Sejak saya menolong seorang pemuda yang tengah terperangkap di gurun es abadi beberapa hari yang lalu di Negeri Peri, pemuda itu selalu menganggu pikiran saya. Meskipun saat itu tubuhnya kaku dan tak sadarkan diri, namun saya dapat melihat jelas jika pemuda itu sangat unik.” tutur Peri Salju diiringi senyum manisnya. “Oh rupanya junjunganku Peri Salju Peri tercantik sejagat raya ini, tengah jatuh cinta? Pemuda unik seperti apa yang mulia m
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more

Bab 346. Serangan Sepasang Naga

“Bukankah yang mulia bisa kapan saja turun ke Negeri Peri mencari tahu keberadaannya?” tanya Lestari kembali mengoda Ratunya itu sembari tersenyum. “Sebagai Peri, kita juga memiliki rasa malu. Tak pantas pula rasanya jika kita sebagai perempuan mengejar dan terlalu mencari tahu akan sosok lelaki, biarlah waktu yang mempertemukan kami kembali.” tutur Peri Salju dengan kata-kata yang indah dan penuh makna, hal itu membuat Lestari makin yakin jika Ratunya memang memiliki rasa pada Arya. Tak terasa malam pun semakin larut, Peri Salju segera ke kamarnya setelah Lestari abdi Istana Salju itu menyarankan ratunya untuk beristirahat. Namun Peri Salju tetap tak dapat pejamkan mata, pikirannya kembai tertuju pada Arya yang beberapa hari belakangan ini selalu hadir dalam ingatannya. Seperti perempuan yang tengah dilanda kasmaran pada umumnya, seorang Peri Salju juga dilanda kegelisahan di kamarnya. Berkali-kali tubuhnya ia miringkan ke kanan dan ke kiri, bahkan terkadang menelungkup agar dapat
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

Bab 347. Dua Sahabat Terluka

Sementara sepasang naga raksasa masih saja berputar-putar di udara, Arya melompat dari atas dahan pohon kembali ke tanah. Baru saja kakinya ia pinjakan, dua semburan api dari sepasang naga itu kembali menderu. “Wuuuuuuuuuuus..! Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaam..! Blaaaaaaaaaar..!” serta merta sang pendekar kembali lambungkan tubuhnya ke atas dahan pohon menghindari serangan itu. Arya mengulangi gerakannya ke bawah namun kali ini dia telah siap dengan membentengi diri dengan ajian Topan Gunung Sumbing, seiring lompatannya ajian itu segera ia lesatkan membendung semburan api yang kembali diderukan sepasang naga. “Wuuuuuuuus..! Wuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaar..!” ledakan diiringi percikan api bertebaran di udara, bahkan akibat dahsyatnya ajian Topan Gunung Sumbing membuat sepasang naga itu oleng karena bagian kepala mereka seperti menghantam tembok yang keras. Kesempatan itu Arya pergunakan untuk melepaskan ajian andalannya yang lain, begitu kakinya menginjak tanah kedua tangan ia rentangkan k
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

Bab 348. Dibawa Ke Sebuah Desa

Perahu dengan dua orang yang tengah menjala ikan tiba di pinggiran sungai itu, mereka pun turun dari perahunya lalu menarik perahu agar lebih menepi. “Maafkan jika saya telah menganggu kisanak yang tengah menjala ikan, kami benar-benar butuh bantuan kalian untuk dapat segera menyeberangi sungai ini. Dua orang sahabat saya ini tengah terluka dan tak mampu berjalan.” tutur Arya pada kedua pemilik perahu. “Baik kisanak, mari kami bantu untuk menyeberangi sungai ini!” ujar salah seorang dari mereka. “Terima kasih, Kisanak.” ucap Arya lalu ia menghampiri Dewa Bola Api kembali menggendongnya ke atas perahu, sementara Benggala juga memanggul tubuh Yuda Tirta. Kedua pemilik perahu itu memang sosok yang baik, mereka ikut pula membantu Yuda Tirta dan Dewa Bola Api untuk dibawa naik ke atas perahu dan setelah mereka semua berada diatas perahu kedua pemilik perahu itu pun mengayuhnya membawa Arya dan ketiga sahabatnya menyeberangi sungai yang lebar itu. “Kisanak-kisanak ini hendak ke mana? D
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

Bab 349. Kepala Desa Beringin

“Nah, sekarang kita sudah sampai di seberang sungai dekat dengan desa kami. Mari, kita segera menuju ke desa!” ajak Sudiro saat perahu yang mereka dayung tiba di seberang sungai. Arya dan Benggala segera memapah tubuh Yuda Tirta dan Dewa Bola Api turun dari perahu, Sudiro dan Sarkam pun membantu. Setelah turun dari perahu kembali Benggala memanggul tubuh Yuda, sementara Arya menggendong Dewa Bola Api menuju kawasan Desa Beringin diiringi Sudiro dan Sarkam. Tidak beberapa menit berjalan tibalah mereka di pemukiman warga desa, Sudiro dan Sarkam tidak serta merta membawa Arya dan ketiga sahabatnya itu ke rumah mereka melainkan terlebih dahulu menuju rumah kepala Desa Beringin itu. “Kanda Rangga, apakah Kanda berada di rumah?!” panggil Sudiro sembari mengetuk pintu rumah yang ia tuju, tak beberapa lama tampak seorang lelaki membukakan pintu. “Eh, ternyata kamu Sudiro. Wah, ada tamu juga rupanya? Mari, silahkan masuk!” ajak lelaki bernama Rangga itu. Sudiro dan Sarkam membantu kedua s
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

Bab 350. Kekuatiran Pada Suku Zumba

“Baiklah mari! Terima kasih sekali kami ucapkan pada Kanda Rangga yang telah bersedia menerima kami di desa ini.” ucap Arya yang ikut berdiri dari duduknya hendak menuju rumah yang dimaksudkan kepala Desa Beringin dan dua orang warganya itu.“Iya, sama-sama Arya. Seperti yang dikatakan Sudiro tadi, jika ada yang saudara butuhkan termasuk untuk pengobatan saudara kita yang terluka ini jangan pernah sungkan untuk bicara pada kami warga Desa Beringin ini.” ujar Rangga sambil berjalan mengiringi Arya dan para sahabat serta dua warganya yang akan menuju sebuah rumah.Rumah tempat biasa digunakan untuk menerima dan melayani tamu dari desa lain itu tidaklah terlalu jauh dari rumah Rangga kepala Desa Beringin, hanya berjarak beberapa rumah saja dan sekitar kurang lebih 5 menit Arya dan para sahabatnya yang diantarkan Sudiro serta Sarkam pun tiba di rumah itu.Rumah khusus tamu itu cukup besar, di samping tersedia dua kamar ada pula ruangan lebar untuk duduk berkumpul. Sebelum Yuda Tirta dan
last updateLast Updated : 2024-02-16
Read more
PREV
1
...
3334353637
...
46
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status