Semua Bab Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius: Bab 741 - Bab 750

2726 Bab

Bab 741

"Ibu Suri, saya tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi lagi. Jangan khawatir! Mohon Ibu Suri memberikan saya satu kesempatan lagi!" ujar Gilang dengan tergesa-gesa. Dia melakukan ini demi bisnis dan rencana ayahnya. Saat ini, dia tidak boleh kehilangan jabatan sebagai kepala eksekutor. "Kenapa kamu berlutut lagi? Aku hanya memberitahumu bahwa jabatan sebagai kepala eksekutor nggak mudah. Lagi pula, aku nggak menyalahkanmu. Aku tahu kamu kesulitan dan juga dijebak oleh seseorang." Senia menghampiri Gilang, lalu membantunya untuk berdiri."Ibu Suri, kelalaianku dalam menjalankan tugas ini tidak ada hubungannya dengan orang lain," timpal Gilang. Dia tidak sebodoh itu untuk menuruti kata-kata Senia. Senia berujar, "Dasar, pengalamanmu masih kurang. Hal ini terjadi karena ada orang lain yang menjebakmu. Kalau nggak, bagaimana mungkin bisa terjadi banyak peristiwa di istana kita? Tapi, aku mendukungmu. Aku juga berharap kamu dapat menjalankan jabatan ini dengan baik. Hanya saja, aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 742

Wira menyipitkan matanya dan sudah terpikirkan sesuatu. Namun, dugaan ini sungguh menakutkan. Jangan-jangan Raja Ararya ingin bekerja sama dengan beberapa raja lainnya. Untuk melakukan konspirasi?"Raja Kresna, kamu tentu tahu lebih banyak tentang Raja Ararya dibandingkan diriku. Apa kamu tahu tujuan Raja Ararya melakukan ini?" tanya Wira. Dia tidak berani berasumsi sembarangan dan hanya bisa menanyakan pendapat Raja Kresna. Mendengar ini, Raja Kresna menarik napas dalam-dalam. Dia menatap Wira dengan serius, lalu menjawab, "Apa yang bisa dia lakukan sekarang? Tentu saja ... merencanakan pemberontakan!"Wira sontak mengernyit. Ucapan Raja Kresna memang seperti yang sedang dia pikirkan, tetapi Wira merasa tidak senang. Merencanakan pemberontakan? Ini bukan masalah kecil. "Kalau Raja Ararya dan Raja Byakta benar-benar merencanakan pemberontakan, dampaknya pasti akan sangat mengerikan! Aku khawatir Kerajaan Agrel akan hancur dalam waktu yang sangat singkat!" sahut Wira. Wira tentu saja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 743

"Apa kamu nggak takut aku membunuh kedua raja? Apa kamu nggak taku aku membuat konflik internal di Kerajaan Agrel?" tanya Wira dengan tidak senang. Raja Kresna tersenyum sambil menjawab, "Kalau terjadi konflik internal di Kerajaan Agrel, kamu juga nggak akan mendapatkan keuntungan."Wira juga merasa ucapan ini benar. Begitu terjadi perang, orang pertama yang akan dibunuh oleh Raja Ararya adalah dirinya. Selain itu, Raja Byakta juga akan memikirkan cara untuk membunuhnya. Jadi, Wira benar-benar dalam bahaya. "Hais .... Ibu Suri kalian benar-benar sangat licik!" seru Wira dengan kesal. Tatapannya penuh dengan amarah. Setelah membahas hal ini, Wira tidak memiliki jalan lain lagi. Dia hanya bisa menyetujuinya dengan terpaksa. "Masalah ini sebenarnya mudah ditangani. Kalian pergilah. Lihat apa yang akan Raja Ararya katakan," ujar Wira sambil menggeleng. Raja Ararya benar-benar membingungkan.Raja Kresna hanya menjawab dengan senyuman. Malam telah tiba. Saat ini, di sebuah penginapan yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 744

Raja Ararya memicingkan matanya dengan tatapan yang jelas kebingungan. Dia membatin, 'Apa yang ingin dilakukan Raja Ararya? Kenapa dia mengumpulkan semua orang di sini?'Saat ini, Raja Kresna juga tak kuasa bertanya dengan ekspresi muram, "Hmph! Aku juga penasaran. Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan? Raja Ararya, mungkinkah kamu berniat untuk menghabisi kita semua di sini?"Giandra yang juga kebingungan pun bertanya, "Paman, aku juga ingin tahu, apa yang sebenarnya direncanakan olehmu?"Raja Byakta duduk di tempatnya sambil tersenyum dingin ke arah Raja Ararya. Kini, keempat raja telah berkumpul, tetapi pandangan mereka tertuju pada Raja Ararya. Bagaimanapun, mereka semua dipanggil olehnya ke sini.Raja Ararya hanya merespons dengan senyuman, lalu berkata, "Kalian nggak perlu panik. Aku mengumpulkan kalian hanya untuk meminta pendapat." Begitu kata-kata itu terucap, ketiga orang lainnya sontak tertegun."Meminta pendapat kami? Raja Ararya, apa maksudmu? Langsung katakan saja," tanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 745

Usai Raja Ararya mengutarakan pendapatnya, Raja Byakta langsung menanggapi seraya tersenyum, "Ternyata kamu berencana untuk membagi Kerajaan Agrel menjadi empat bagian, lalu masing-masing dari kita mendapatkan satu wilayah.""Itu memang ide yang bagus, tapi kita perlu memikirkan masalah kesenjangan ekonomi yang signifikan dalam Kerajaan Agrel. Siapa yang akan menguasai wilayah yang kurang makmur? Selain itu, siapa pula yang akan mendapatkan ibu kota negara?" tanya Raja Byakta.Hal ini juga merupakan masalah yang perlu dipikirkan. Bagaimanapun, suku-suku besar di Kerajaan Agrel yang berpusat di ibu kota sangatlah makmur, tetapi suku lainnya jauh lebih miskin. Apabila mendapatkan suku lain yang kurang makmur, mungkin lebih baik tidak kebagian wilayah sama sekali. Justru jauh lebih nyaman untuk menjalani kehidupan sebagai raja di ibu kota.Sebenarnya, Raja Ararya yang mengusulkan ide ini juga belum memikirkan solusinya. Akan tetapi, dia tetap berkata, "Meskipun ini cukup rumit, kita masih
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 746

Raja Ararya tampak sangat kesal, tetapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Nyatanya, saat ini dia memang tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk bersaing dengan Raja Byakta dalam hal menguasai ibu kota.Meskipun hatinya penuh dengan ketidakpuasan, Raja Ararya juga tak memiliki pilihan lain. Itu sebabnya, dia berkata, "Baiklah, ibu kota akan menjadi milikmu!" Usai mengatakan itu, dia mendengus dingin, lalu melanjutkan, "Sekarang, kita sudah bisa membahas tentang rencana pemberontakan, 'kan?"Akan tetapi, Raja Kresna malah menggeleng seraya menegaskan, "Aku nggak akan terlibat dalam pemberontakan ini. Pada hari kalian beraksi, aku akan tinggal di kediaman dan nggak akan keluar."Begitu mendengar perkataannya, Raja Byakta dan Raja Ararya hanya tersenyum. Jelas, mereka sudah menduga bahwa sikap Raja Kresna akan seperti ini. Bagaimanapun, Raja Kresna tidak pernah terlibat dalam urusan politik semacam itu. Akan tetapi, mereka tidak terlalu peduli dengan keputusannya. Malam di mana mereka be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 747

Danu tertegun sejenak, dia agak kebingungan. Wira menyahut, "Benar, dia itu sohibku."Danu yang penasaran bertanya, "Um ... Kak Wira, siapa dia?"Bagi Danu, Wira sangat hebat. Jadi, mana mungkin orang biasa bisa menjadi sohib Wira? Meskipun Danu dan lainnya telah mengikuti Wira untuk waktu yang lama, hubungan mereka hanya sebatas saudara. Hal ini karena sering kali mereka tidak mampu memahami Wira.Menurut pemahaman Danu, sohib adalah orang yang sangat memahami kita. Di seluruh Kerajaan Agrel, orang yang bisa menjadi sohib Wira benar-benar sangat sedikit."Sudahlah, siapkan perjamuan makan malam. Nanti malam aku mau bersenang-senang!" ujar Wira yang merasa sangat antusias. Dia menyimpan surat itu dan menunggu dengan tenang.Saat tengah malam, hanya ada Wira di ruang kerja. Kala ini, dia sudah selesai membuat hotpot dan menyiapkan arak, lalu menunggu kedatangan tamunya.Tak lama kemudian, pintu ruang kerja diketuk. Wira pun tersenyum dan berkata, "Pintunya nggak ditutup. Masuk saja."Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 748

Biantara tampak kebingungan, dia melirik Wira sekilas dan berujar, "Dari dulu, wanita nggak pernah memegang kekuasaan. Ini aturan yang diturunkan oleh leluhur. Wira, kamu begitu pintar. Apa kamu nggak tahu masalah akan timbul kalau wanita yang memegang kekuasaan?"Wira langsung tertawa setelah mendengar perkataan Biantara. Sebenarnya, hal ini tidak bisa disamaratakan. Selain para pria yang memang tidak berkompeten, belum tentu pria bisa mengendalikan kekuasaan lebih baik daripada wanita.Wira yang berasal dari kehidupan modern tentu tahu bahwa pria dan wanita itu setara. Bukan hanya itu, bahkan posisi wanita lebih tinggi dari pria. Umumnya, para wanita yang mengelola keuangan di dalam keluarga. Jika ingin menjalani kehidupan yang baik, seorang pria harus menuruti kehendak istrinya.Hal seperti ini menjadi pilihan sebagian besar pria. Mereka menyerahkan gaji dan keuangan mereka kepada sang istri. Kehidupan mereka mungkin tidak sempurna, tapi yang pasti tidak buruk. Tentu saja, itu masih
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 749

Biantara tidak ingin pergi karena Wira. "Apa kamu masih ingat saat kamu datang mengunjungi makamku?" tanya Biantara dengan tiba-tiba. Wira tertegun, lalu menimpali, "Hah? Bagaimana kamu tahu? Jangan-jangan ... kamu juga ada di sana?" Wira tidak menyangka dia bisa bertemu dengan Biantara secara kebetulan.Biantara mengangguk sambil tersenyum, lalu berucap, "Benar. Aku ada di sana. Aku juga sudah mendengar semua yang kamu ucapkan. Jujur saja, aku nggak pernah menyangka kamu akan datang ke makamku. Orang lain pasti senang karena sudah menyingkirkan lawannya, tapi aku malah melihat kamu merasa kehilangan!"Biantara menatap Wira dan mengungkapkan seluruh isi hatinya di bawah pengaruh bir.Wira mengangguk sembari menyahut, "Aku memang merasa kehilangan. Biantara, aku ingin mengatakan ini lagi. Aku menang karena posisi yang menguntungkan! Bisa dibilang situasi dan kondisi mendukung. Dengan bantuan Giandra dan Raja Kresna, kami baru bisa mengalahkanmu dan Raja Ararya. Meskipun aku menang, ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 750

Biantara berlutut di tanah dengan bersungguh-sungguh. Melihat ini, Wira langsung tertawa, lalu berkata, "Cepat berdiri. Kamu nggak perlu begini."Wira paling membenci melihat orang berlutut padanya. Dia berpikir bahwa semua manusia itu setara, tidak ada perbedaan antara orang yang berkedudukan tinggi dan rendah. Oleh sebab itu, orang lain tidak perlu berlutut padanya. Terlebih lagi, ada beberapa hal yang hanya perlu diketahui saja. Cukup dengan memahami tanpa harus mengatakannya. Setelah itu, Wira membantu Biantara berdiri dengan senang dan berucap, "Ingat, aku bukan tuanmu. Aku adalah temanmu dan rekan seperjuanganmu. Nggak ada seorang pun di dunia ini yang menjadi tuanmu. Mulai sekarang, kamu cukup panggil aku Wira saja. Mengerti?"Ucapan Wira membuat Biantara makin takjub. "Itu nggak cukup sopan. Aku akan memanggilmu Tuan Wahyudi saja!" timpal Biantara sembari tersenyum. Wira sama sekali tidak keberatan. Dia pun mengangguk seraya berkata, "Biantara, sekarang sudah nggak ada yang h
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7374757677
...
273
DMCA.com Protection Status