Share

Bab 745

Author: Arif
Usai Raja Ararya mengutarakan pendapatnya, Raja Byakta langsung menanggapi seraya tersenyum, "Ternyata kamu berencana untuk membagi Kerajaan Agrel menjadi empat bagian, lalu masing-masing dari kita mendapatkan satu wilayah."

"Itu memang ide yang bagus, tapi kita perlu memikirkan masalah kesenjangan ekonomi yang signifikan dalam Kerajaan Agrel. Siapa yang akan menguasai wilayah yang kurang makmur? Selain itu, siapa pula yang akan mendapatkan ibu kota negara?" tanya Raja Byakta.

Hal ini juga merupakan masalah yang perlu dipikirkan. Bagaimanapun, suku-suku besar di Kerajaan Agrel yang berpusat di ibu kota sangatlah makmur, tetapi suku lainnya jauh lebih miskin. Apabila mendapatkan suku lain yang kurang makmur, mungkin lebih baik tidak kebagian wilayah sama sekali. Justru jauh lebih nyaman untuk menjalani kehidupan sebagai raja di ibu kota.

Sebenarnya, Raja Ararya yang mengusulkan ide ini juga belum memikirkan solusinya. Akan tetapi, dia tetap berkata, "Meskipun ini cukup rumit, kita masih
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 746

    Raja Ararya tampak sangat kesal, tetapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Nyatanya, saat ini dia memang tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk bersaing dengan Raja Byakta dalam hal menguasai ibu kota.Meskipun hatinya penuh dengan ketidakpuasan, Raja Ararya juga tak memiliki pilihan lain. Itu sebabnya, dia berkata, "Baiklah, ibu kota akan menjadi milikmu!" Usai mengatakan itu, dia mendengus dingin, lalu melanjutkan, "Sekarang, kita sudah bisa membahas tentang rencana pemberontakan, 'kan?"Akan tetapi, Raja Kresna malah menggeleng seraya menegaskan, "Aku nggak akan terlibat dalam pemberontakan ini. Pada hari kalian beraksi, aku akan tinggal di kediaman dan nggak akan keluar."Begitu mendengar perkataannya, Raja Byakta dan Raja Ararya hanya tersenyum. Jelas, mereka sudah menduga bahwa sikap Raja Kresna akan seperti ini. Bagaimanapun, Raja Kresna tidak pernah terlibat dalam urusan politik semacam itu. Akan tetapi, mereka tidak terlalu peduli dengan keputusannya. Malam di mana mereka be

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 747

    Danu tertegun sejenak, dia agak kebingungan. Wira menyahut, "Benar, dia itu sohibku."Danu yang penasaran bertanya, "Um ... Kak Wira, siapa dia?"Bagi Danu, Wira sangat hebat. Jadi, mana mungkin orang biasa bisa menjadi sohib Wira? Meskipun Danu dan lainnya telah mengikuti Wira untuk waktu yang lama, hubungan mereka hanya sebatas saudara. Hal ini karena sering kali mereka tidak mampu memahami Wira.Menurut pemahaman Danu, sohib adalah orang yang sangat memahami kita. Di seluruh Kerajaan Agrel, orang yang bisa menjadi sohib Wira benar-benar sangat sedikit."Sudahlah, siapkan perjamuan makan malam. Nanti malam aku mau bersenang-senang!" ujar Wira yang merasa sangat antusias. Dia menyimpan surat itu dan menunggu dengan tenang.Saat tengah malam, hanya ada Wira di ruang kerja. Kala ini, dia sudah selesai membuat hotpot dan menyiapkan arak, lalu menunggu kedatangan tamunya.Tak lama kemudian, pintu ruang kerja diketuk. Wira pun tersenyum dan berkata, "Pintunya nggak ditutup. Masuk saja."Se

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 748

    Biantara tampak kebingungan, dia melirik Wira sekilas dan berujar, "Dari dulu, wanita nggak pernah memegang kekuasaan. Ini aturan yang diturunkan oleh leluhur. Wira, kamu begitu pintar. Apa kamu nggak tahu masalah akan timbul kalau wanita yang memegang kekuasaan?"Wira langsung tertawa setelah mendengar perkataan Biantara. Sebenarnya, hal ini tidak bisa disamaratakan. Selain para pria yang memang tidak berkompeten, belum tentu pria bisa mengendalikan kekuasaan lebih baik daripada wanita.Wira yang berasal dari kehidupan modern tentu tahu bahwa pria dan wanita itu setara. Bukan hanya itu, bahkan posisi wanita lebih tinggi dari pria. Umumnya, para wanita yang mengelola keuangan di dalam keluarga. Jika ingin menjalani kehidupan yang baik, seorang pria harus menuruti kehendak istrinya.Hal seperti ini menjadi pilihan sebagian besar pria. Mereka menyerahkan gaji dan keuangan mereka kepada sang istri. Kehidupan mereka mungkin tidak sempurna, tapi yang pasti tidak buruk. Tentu saja, itu masih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 749

    Biantara tidak ingin pergi karena Wira. "Apa kamu masih ingat saat kamu datang mengunjungi makamku?" tanya Biantara dengan tiba-tiba. Wira tertegun, lalu menimpali, "Hah? Bagaimana kamu tahu? Jangan-jangan ... kamu juga ada di sana?" Wira tidak menyangka dia bisa bertemu dengan Biantara secara kebetulan.Biantara mengangguk sambil tersenyum, lalu berucap, "Benar. Aku ada di sana. Aku juga sudah mendengar semua yang kamu ucapkan. Jujur saja, aku nggak pernah menyangka kamu akan datang ke makamku. Orang lain pasti senang karena sudah menyingkirkan lawannya, tapi aku malah melihat kamu merasa kehilangan!"Biantara menatap Wira dan mengungkapkan seluruh isi hatinya di bawah pengaruh bir.Wira mengangguk sembari menyahut, "Aku memang merasa kehilangan. Biantara, aku ingin mengatakan ini lagi. Aku menang karena posisi yang menguntungkan! Bisa dibilang situasi dan kondisi mendukung. Dengan bantuan Giandra dan Raja Kresna, kami baru bisa mengalahkanmu dan Raja Ararya. Meskipun aku menang, ak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 750

    Biantara berlutut di tanah dengan bersungguh-sungguh. Melihat ini, Wira langsung tertawa, lalu berkata, "Cepat berdiri. Kamu nggak perlu begini."Wira paling membenci melihat orang berlutut padanya. Dia berpikir bahwa semua manusia itu setara, tidak ada perbedaan antara orang yang berkedudukan tinggi dan rendah. Oleh sebab itu, orang lain tidak perlu berlutut padanya. Terlebih lagi, ada beberapa hal yang hanya perlu diketahui saja. Cukup dengan memahami tanpa harus mengatakannya. Setelah itu, Wira membantu Biantara berdiri dengan senang dan berucap, "Ingat, aku bukan tuanmu. Aku adalah temanmu dan rekan seperjuanganmu. Nggak ada seorang pun di dunia ini yang menjadi tuanmu. Mulai sekarang, kamu cukup panggil aku Wira saja. Mengerti?"Ucapan Wira membuat Biantara makin takjub. "Itu nggak cukup sopan. Aku akan memanggilmu Tuan Wahyudi saja!" timpal Biantara sembari tersenyum. Wira sama sekali tidak keberatan. Dia pun mengangguk seraya berkata, "Biantara, sekarang sudah nggak ada yang h

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 751

    Wira berkata sambil terkekeh-kekeh, "Begitu datang, kamu sudah memberiku hadiah pertemuan. Ini benar-benar mengejutkan. Coba katakan, apa rencanamu?"Biantara memikirkannya sejenak sebelum berkata, "Wira, apa kamu tahu siapa orang dengan keterampilan bela diri terhebat di Kerajaan Agrel?""Nggak tahu," sahut Wira sambil menggeleng.Biantara berujar perlahan, "Di istana Kerajaan Agrel, ada orang misterius yang sangat kuat. Bisa dibilang, dia itu orang dengan kekuatan tempur terhebat di kerajaan ini. Tentu saja, yang ingin aku kubahas bukan dia, tapi orang lain.""Selain orang itu, ada seseorang bernama Gideon yang merupakan pengikut Raja Byakta. Kudengar pria ini direkrut dari luar oleh Raja Byakta dan identitasnya masih menjadi misteri. Nggak ada yang tahu dari mana asalnya, tapi teknik pedangnya adalah yang terbaik kedua di Kerajaan Agrel.""Yang ketiga itu Dwipangga, pengikut Raja Ararya. Tempo hari, orang-orang yang kalian kirim bisa ditanganinya sendirian. Tujuh orang itu berhasil

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 752

    Ibu kota Kerajaan Agrel ini cukup makmur. Wira belum pernah ke ibu kota Kerajaan Nuala, tetapi keadaannya seharusnya tidak jauh berbeda. Wira, Danu, dan Mandra mulai berkeliling. Biarpun menyebutnya jalan-jalan, nyatanya Wira bukan berkeliling tanpa tujuan. Dia pergi ke beberapa tempat-tempat bagus, bertemu banyak tuan muda dan sesekali mengobrol ringan dengan mereka.Sudah hampir tengah hari saat mereka pulang ke penginapan. Biantara yang menghilang sepanjang pagi pun telah kembali. Keduanya saling menyapa dengan senyuman. Kemudian, Wira berkata, "Sini kuperkenalkan, ini Mandra dan Danu. Mereka berdua adalah orang-orang kepercayaanku."Mendengar itu, Biantara buru-buru mengepalkan tinju tanda hormat seraya berujar, "Aku sudah lama dengar kalau ada banyak master di sisi Wira. Benar saja, kalian tampak luar biasa."Biantara pada dasarnya adalah orang yang mahir bergaul, meskipun terkadang kejam, dia juga berhati tulus. Danu dan Mandra tidak berani mengabaikannya. Bagaimanapun, orang itu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 753

    Mendengar itu, Danu dan Mandra hanya bisa mengangguk. Ucapan Biantara memang masuk akal."Tapi, Kak Wira sudah punya dua istri!" ujar Danu sambil mengerjap.Biantara segera mengibaskan tangannya dan berkata, "Wajar saja seorang pria memiliki beberapa istri. Apalagi, kalau orangnya itu Wira. Memangnya kalian nggak tahu ambisi Wira? Dewina juga wanita yang berpendidikan tinggi dan sangat cerdas. Dinilai dari kualifikasinya, dia bisa menjadi istri yang baik untuk Wira! Apa kalian tega menghalangi cinta mereka?"Begitu kata-kata ini terlontar, Danu dan Mandra akhirnya mengangguk paham."Biantara, kata-katamu ada benarnya!" ujar Danu buru-buru."Iya, untung kamu bilang. Kalau nggak, kami nggak akan menyadarinya!" timpal Mandra."Yah, wajar kalau kalian berdua nggak kepikiran hal ini. Ke depannya, kalian harus lebih memperhatikannya. Oke, kita bicarakan masalah lainnya. Danu, Mandra, siapa di antara kalian berdua yang paling jago dalam berpedang? Fisik siapa yang lebih kuat?" tanya Biantara.

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3108

    Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3107

    Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3106

    Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3105

    Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3104

    Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3103

    Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3102

    Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3101

    Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3100

    Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status