Semua Bab Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius: Bab 711 - Bab 720

2726 Bab

Bab 711

"Memangnya kenapa kalau dia memiliki kekayaan dan kemampuan? Dia bahkan nggak sebanding dengan pasukan Kerajaan Agrel. Jadi ... kali ini, Kerajaan Agrel cepat atau lambat akan jatuh ke tanganku!" ucap Raja Ararya dengan sangat percaya diri. Jika dibandingkan dengan mereka, kekuatannya yang paling mengerikan. Pasukan Kerajaan Agrel bertanggung jawab atas seluruh ibu kota. Mereka ada di setiap jalanan. Semua orang di istana maupun rakyat biasa berada dalam pengawasan mereka. Begitu mereka memberontak, Raja Ararya akan mengendalikan pemerintahan. ....Keesokan harinya, Wira bangun dan makan sarapan. Perayaan di istana akan dimulai pada siang hari. Wira memanfaatkan waktu luang untuk mulai menyusun rencana. Saat ini, tidak banyak benda yang bisa digunakan, tetapi ada beberapa benda yang di luar dugaannya. Sementara itu, Biantara sudah menunggu di luar sedari tadi. "Tuan Biantara, aku hanya akan pergi ke istana. Aku sungguh nggak enak hati harus membiarkan pejabat sepertimu datang menjem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 712

Semua orang melihat ekspresi Senia yang sedikit berubah. Mereka berpikir bahwa Senia agak keberatan.Sementara itu, Giandra berbicara, "Ibu Suri, Kerajaan Nuala selalu memerintah negara dengan teknik perang. Mereka sangat hebat, contohnya Dirga dan Yudha. Saya yakin Wira datang kemari bersama dengan para petarung hebat. Seharusnya tidak menjadi masalah untuk beradu dengan mereka, bukankah begitu?"Begitu mendengar perkataan Giandra, raut wajah Senia menjadi muram. Namun bagaimanapun juga, Wira sedang bersandiwara, dia pun tersenyum sembari menimpali, "Karena Raja Tanuwi begitu antusias, kami akan menerima pertarungannya. Danu." Begitu namanya dipanggil, Danu pun melangkah maju. "Kalau begitu, kita adakan adu teknik perang untuk bersenang-senang. Tapi, nggak boleh ada pertumpahan darah di perayaan hari ini. Apa semuanya mengerti?" ucap Senia dengan dingin. Mendengar ini, jenderal itu segera menyahut, "Baik!" Dia menghunus pedangnya dan langsung berjalan ke tengah-tengah, lalu berseru,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 713

Begitu mendengar ucapan ini, Giandra hanya mendengus dingin. Sementara itu, Senia tersenyum dan menimpali, "Nggak apa-apa. Lagi pula, ini hanya untuk bersenang-senang saja."Saat ini, ada seseorang yang tiba-tiba berkata, "Ibu Suri, adu teknik perang sudah selesai. Bagaimana kalau kita bersenang-senang dengan berpuisi? Lagi pula, tidak baik untuk mengangkat senjata di perayaan besar ini."Senia tersenyum saat mendengar saran ini. Dia mengangguk sembari berucap, "Boleh juga, tapi sepertinya kurang menarik. Bagaimana kalau adu berpuisi? Pemenang akan mendapatkan hadiah. Rakyat yang terkasih, bagaimana menurut kalian?"Begitu ucapan ini dilontarkan, para pegawai sipil seketika sangat bersemangat. "Ide Ibu Suri sangat bagus!"Senia tersenyum sembari berkata, "Baiklah, mari kita mulai."Mendengar ini, Wira mengedip-ngedipkan matanya. Sepertinya ini adalah kesempatan yang tepat bagi dirinya untuk melakukan lamaran. Senia benar-benar percaya pada Wira. Dia membiarkan Wira untuk melakukan lam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 714

Begitu Wira selesai berbicara, dia tersenyum dan segera duduk di tempatnya. Mereka bebas menulis puisi. Apabila bisa menulis sesuatu yang lebih baik dari ini sedikit pun, Wira akan mengaku kalah! Saat ini, semua orang amat tercengang. Puisi Wira benar-benar ... luar biasa!Kamu bagaikan angsa putih, yang berenang di tengah danau. Oh wanita cantik, dambaan hatiku. Terutama kedua kalimat ini, penggunaan diksinya sungguh luar biasa."Oh wanita cantik, dambaan hatiku ... puisi yang bagus .... Wira, kamu benar-benar berbakat dalam sastra!" puji Senia. Saat ini, dia benar-benar terkesan dengan puisi Wira, terutama kedua kalimat ini yang memicu kehebohan.Wira buru-buru menggeleng, lalu menangkupkan tangan seraya berkata, "Yang Mulia, Anda sudah terlalu memuji hamba!"Akan tetapi, Senia yang mendengar perkataannya malah tertawa. Kemudian, dia memandang para pejabat yang hadir dan berkata, "Para menteri sekalian, apakah ada di antara kalian yang ingin menandingi puisi Wira?"Begitu Senia melon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 715

Senia memberitahunya bahwa dia perlu berperan seolah-olah sangat membenci Wira. Itu sebabnya, Giandra langsung menjawab, "Yang Mulia, bagaimana mungkin hamba bisa memaafkan pembunuh ayah hamba! Kalau hamba melakukannya, bukankah hamba akan menjadi anak paling durhaka?"Suara Giandra memang terdengar pelan, tetapi setelah dia selesai berbicara, semua orang langsung tercengang. Ini adalah kedua kalinya Giandra berani membantah Senia. Apakah pemuda ini ... memiliki jiwa pemberontak?Mereka semua tampak terkejut, tetapi Raja Ararya dan Raja Byakta hanya tersenyum dan memandang Giandra dalam diam. Mereka tidak berkata apa-apa. Sementara itu, Senia mendengus dingin dan tidak lagi bersuara.Perkataan Giandra memang benar. Dendam atas pembunuhan orang tua memang sulit untuk dimaafkan. Itu sebabnya, Senia juga tidak ingin berbicara lebih banyak dan memicu kritik dari orang lain."Yang Mulia, karena Giandra tidak bersedia, kalau begitu ... hamba akan mengajukan permintaan yang lain," ucap Wira.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 716

Untuk mencapai hasil yang diinginkan, Wira hanya bisa mengatakan hal tersebut. Namun, begitu kata-kata ini dilontarkan, Dewina merasa sangat tertekan. Hanya saja ... sebenarnya dia tidak pernah membenci Wira. Pada malam saat mereka berjalan-jalan di tepi danau, apabila Wira benar-benar menginginkan tubuhnya, Dewina tidak akan ragu untuk mengorbankan dirinya.Sebab, saat itu perintah dari Senia adalah untuk menarik Wira ke pihak mereka dengan segala cara yang memungkinkan. Jadi ... kalaupun harus melibatkan dirinya secara fisik, Dewina tetap akan melakukannya demi misi tersebut.Saat ini, ketika Senia dan para pejabat mendengar pernyataan Wira, mereka semua tampak terkejut. Wira terlalu berani. Banyak di antara mereka yang memilih untuk tetap tenang. Bagaimanapun, ini adalah urusan pribadi orang lain.Banyak orang telah mendengar tentang apa yang dilakukan oleh Dewina di Kerajaan Nuala. Dia memang menjadi diva di Rumah Bordil Fion, tetapi bukankah itu hanya sebuah posisi? Justru aneh ap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 717

Begitu mendengar perkataan Wira, Raja Kresna sontak menjawab seraya mengangguk, "Benar, itu memang sangat rahasia. Kadang kala, bahkan aku sendiri nggak tahu siapa saja yang merupakan anggota Pasukan Bayangan.""Inilah aturan dari Pasukan Bayangan, nggak akan ada satu orang pun yang tahu daftar lengkap semua anggota Pasukan Bayangan. Jadi, Pasukan Bayangan akan selalu aman dan selalu ada orang yang melakukan tugasnya!" jelas Raja Kresna. Perkataannya membuat Wira terkejut. Setelah itu, Wira pun mengeluarkan tujuh lencana yang melambangkan Pasukan Bayangan."Tujuh orang ini mencoba untuk membunuhku. Aku ingin tahu ... apakah ada anggota lain di Pasukan Bayangan yang mengetahui identitas mereka?" tanya Wira.Begitu mendengar pertanyaannya, Raja Kresna menjawab dengan yakin, "Nggak ada. Aku bahkan nggak mengenali ketujuh orang ini."Wira mengedipkan mata seraya bertanya, "Seharusnya ... wajar kalau kamu nggak tahu, 'kan? Bukannya kamu mengatakan bahwa identitas anggota Pasukan Bayangan su
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 718

Malam itu, tak seorang pun tahu apa yang terjadi. Namun, keesokan harinya, sebuah amplop telah diletakkan di atas meja kerja Raja Ararya.Saat itu, Raja Ararya baru kembali ke ruang kerjanya. Begitu masuk, dia mendapati sebuah amplop di atas mejanya. Raut wajahnya tampak sedikit berubah. Dia keluar dari ruangan untuk bertanya pada pengawal di pintu masuk, "Apa kalian melihat ada orang yang masuk ke ruang kerjaku?""Yang Mulia, kami tidak melihat siapa pun," jawab pengawal di pintu. Setelah mendengar itu, Raja Ararya kembali ke ruang kerjanya dan mengambil surat tersebut. Setelah ragu sejenak, dia pun membuka amplopnya. Saat melihat isi surat itu, ekspresinya langsung berubah.[ Biantara berkhianat, dia berkomplot dengan Ibu Suri. Harap berhati-hati, Yang Mulia! ]Surat ini hanya berisi satu kalimat, tetapi kata-kata itu membuat Raja Ararya terkejut. Dia mengernyit dan segera berkata, "Trik yang amat buruk!" Usai berkata demikian, Raja Ararya segera membakar surat tersebut, lalu berseru
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 719

Usai mendengar itu, Gilang pun mengangguk seraya berkata, "Perkataan Ayah benar. Meskipun sangat percaya pada Biantara, kita tetap harus waspada!"Kemudian, pada saat itu, pengawal di luar melaporkan, "Yang Mulia, Tuan Biantara ingin bertemu dengan Anda."Raja Ararya dan putranya saling memandang. Setelah itu, Raja Ararya pun mengangguk seraya berkata, "Biarkan dia masuk."Biantara tidak tahu apa yang sedang terjadi. Begitu masuk ke ruang kerja dan melihat Raja Ararya dan Gilang, dia segera menyapa dengan hormat, "Yang Mulia, Pangeran."Raja Ararya berkata sambil tersenyum, "Biantara, kamu datang pagi-pagi sekali. Ada apa?"Biantara segera menjawab, "Yang Mulia, hari ini ada kabar dari istana bahwa hari pemujaan leluhur akan segera tiba. Ibu Suri berharap pasukan Kerajaan Agrel bisa menangani acara tersebut."Raja Ararya mengangguk sembari berkata, "Benar, biasanya urusan semacam ini memang ditangani oleh pasukan Kerajaan Agrel."Biantara berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu, hamba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 720

Gilang menyipitkan matanya. Setelah melihat semua ini, dia menoleh dan melirik Biantara sekilas. Biantara tampak gugup. Mereka berdua menyadari masalahnya.Hanya saja, Gilang merasa marah, sedangkan Biantara malah merasa khawatir. Penyebabnya adalah trik kecil Ibu Suri ini. Pemberian sebuah kotak hadiah mengungkapkan banyak masalah.Poin pertama adalah hadiah ini khusus dipersiapkan oleh Ibu Suri untuk Biantara. Bahkan, barang ini sudah dibungkus dengan kotak. Poin pertama ini merupakan yang paling sederhana dan memang tidak bisa menjelaskan semua masalahnya, tetapi masih ada poin kedua.Poin kedua adalah Ibu Suri memang sudah mempersiapkan hadiah dan Gilang merupakan putra Raja Ararya, jadi seharusnya status Gilang lebih tinggi dari Biantara. Namun, Ibu Suri malah menyerahkan hadiah kepada Biantara terlebih dahulu, lalu menyerahkannya kepada Gilang. Tindakan ini sudah cukup menunjukkan banyak masalah.Raut wajah Biantara sangat masam. Jika Gilang bisa menyadarinya, tentu saja Biantara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7071727374
...
273
DMCA.com Protection Status