Namun, tawa Sigra terdengar agak tidak berdaya. Dia melanjutkan, "Ciputra, pemikiranmu terlalu sederhana, kamu nggak berpikir panjang."Ciputra tampak kebingungan, tidak memahami maksud ayahnya. Sigra menatap putranya, tahu Ciputra adalah orang yang setia kawan. Orang seperti ini paling cocok untuk diajak berteman.Namun, Ciputra jelas masih kurang jika ingin menjadi seorang penguasa. Itu sebabnya, Sigra harus mengajari putranya ini dengan baik."Ciputra, dengarkan baik-baik nasihatku ini," ujar Sigra sambil menatap putranya lekat-lekat.Begitu mendengarnya, Sigra menarik napas dalam-dalam dan mengangguk. "Baik, Ayah."Sigra berkata, "Kamu memang putra mahkota yang cerdas dan bermoral baik. Banyak orang yang mengagumimu. Kelebihanmu adalah kamu sangat menjunjung tinggi kebenaran.""Tapi, sayangnya kamu nggak memiliki kekejaman seorang penguasa. Sejak zaman dulu, nggak ada seorang pun penguasa yang berhati dermawan. Semua ini ada sebabnya, ini yang ingin Ayah katakan.""Kamu pasti akan
Baca selengkapnya