Share

Bab 1170

Author: Arif
Namun, tawa Sigra terdengar agak tidak berdaya. Dia melanjutkan, "Ciputra, pemikiranmu terlalu sederhana, kamu nggak berpikir panjang."

Ciputra tampak kebingungan, tidak memahami maksud ayahnya. Sigra menatap putranya, tahu Ciputra adalah orang yang setia kawan. Orang seperti ini paling cocok untuk diajak berteman.

Namun, Ciputra jelas masih kurang jika ingin menjadi seorang penguasa. Itu sebabnya, Sigra harus mengajari putranya ini dengan baik.

"Ciputra, dengarkan baik-baik nasihatku ini," ujar Sigra sambil menatap putranya lekat-lekat.

Begitu mendengarnya, Sigra menarik napas dalam-dalam dan mengangguk. "Baik, Ayah."

Sigra berkata, "Kamu memang putra mahkota yang cerdas dan bermoral baik. Banyak orang yang mengagumimu. Kelebihanmu adalah kamu sangat menjunjung tinggi kebenaran."

"Tapi, sayangnya kamu nggak memiliki kekejaman seorang penguasa. Sejak zaman dulu, nggak ada seorang pun penguasa yang berhati dermawan. Semua ini ada sebabnya, ini yang ingin Ayah katakan."

"Kamu pasti akan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1171

    Jujur saja, sangat sulit untuk menemukan kelemahan Wira! Jika orang seperti ini menjadi lawan mereka, akibatnya pasti akan sangat fatal!"Aku mengerti maksudmu, Ayah. Tapi, kalau kita menyerang Wira, bukankah pertemanan kita hanya akan hancur?" tanya Ciputra. Dia juga takut pada kemampuan Wira, tetapi merasa malu jika benar-benar melawannya. Bagaimanapun, Wira telah menyusun rencana untuk mereka.Sigra menghela napas sebelum menyahut, "Sudah kubilang, penguasa harus berhati kejam. Ciputra, terus terang saja, aku sangat berwaswas pada Wira selama ini. Demi membangun hubungan baik dengannya, aku rela mengorbankan adikmu untuk menikah dengannya. Tapi, kamu sendiri juga sudah lihat, Wira sama sekali nggak berniat menikahi Farrel.""Kalaupun Farrel menikah dengannya, apa kamu bisa menjamin Keluarga Barus bisa bertahan lama? Contoh saja bibimu itu, dia masih berusaha mempertahankan Kerajaan Nuala yang jelas-jelas sudah hancur. Kalau bibimu nggak ikut campur, mungkin kita sudah menguasai duni

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1172

    Setelah mendengar pertanyaan Sigra, Ciputra buru-buru menganggukkan kepalanya. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana!Sejujurnya, Ciputra tidak ingin berselisih dengan Wira. Meskipun tidak terlalu sering berhubungan dengan Wira, harus diakui dia sangat mengagumi Wira.Karakter, keberanian, wawasan, kebijaksanaan, dan berbagai aspek yang dimiliki Wira, semua sangat dikagumi oleh Ciputra. Bahkan, di mata Ciputra, Wira adalah sahabatnya. Dia bisa mencurahkan isi hatinya kepada Wira."Ayah, aku ... aku benar-benar nggak tahu harus bagaimana. Selain itu, Kerajaan Agrel dan Keluarga Juwanto sudah mengambil tindakan. Kita ... seharusnya mempertimbangkan hal ini dulu, 'kan?" tanya Ciputra segera. Dia masih tidak ingin melawan Wira.Sigra menghela napas mendengarnya. Dia tahu Ciputra tidak tega menyakiti Wira sehingga merasa agak kecewa. Dia berucap, "Aku mengerti maksudmu. Kalau begitu, kamu nggak perlu ikut campur dalam masalah ini. Aku bisa mengatasinya sendiri.""Ayah, nggak peduli apa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1173

    "Kak, apa yang Ayah katakan padamu?" tanya Farrel yang merasa ada yang tidak beres. Itu sebabnya, dia diam-diam menyelinap ke luar. Bagaimanapun, dia memiliki status dan kemampuan yang tidak biasa. Mudah saja baginya untuk meninggalkan kediamannya dan datang ke kediaman kakaknya."Hais ...." Ciputra menghela napas, tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Jika memberi tahu yang sebenarnya, Farrel pasti akan cemas, bahkan memberi tahu Wira semuanya. Dengan begini, Farrel hanya akan dihukum oleh ayah mereka.Yang paling parah adalah Wira mungkin akan bermusuhan dengan mereka. Bagaimanapun, Ciputra belum membahas apa-apa kepada Wira.Jika semuanya berjalan lancar besok, mungkin Wira akan menyetujuinya dan menjadi Pelindung Agung Kerajaan Beluana.Jadi, setelah mempertimbangkannya, Ciputra berkata, "Ayah ingin merekrut Wira menjadi Pelindung Agung Kerajaan Beluana."Begitu mendengarnya, Farrel sontak tercengang. Dia memahami maksud baik ayahnya ini, tetapi juga memahami bahaya yang ada.S

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1174

    Farrel tahu dirinya mencintai Wira. Ketika mengetahui masalah ini, selain mencemaskan keselamatan Wira, dia juga khawatir Wira dan Keluarga Barus akan bermusuhan. Jika hal seperti itu benar-benar terjadi, hati Farrel akan hancur! Jadi, dia tidak akan berpangku tangan!Sesudah kembali ke kamarnya, Farrel segera mengeluarkan kertas. Kini, dia tidak bisa menemui Wira sehingga terpaksa menulis surat untuknya dan memberi tahu semua ini.Setelah 30 menit berlalu, Farrel baru selesai menulis. Kemudian, dia menyerahkan surat tersebut kepada orang kepercayaannya untuk diserahkan kepada Wira.Saat ini, Wira yang berada di kamar tengah bersiap-siap untuk tidur. Tiba-tiba, dia mendengar suara angin berembus dan sebuah anak panah yang diikat surat memelesat masuk.Wira mengejapkan mata seraya tersenyum getir. Sepertinya, situasi tidak terlalu baik saat ini. Dia pun menghela napas, lalu maju untuk mengambil surat tersebut. Ternyata, sesuai dengan dugaannya.[ Wira, jika kamu membaca surat ini, tolon

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1175

    Ini bukan sekadar sanjungan. Dapur istana mereka memang tidak bisa memasak makanan selezat ini.Wira tersenyum tanpa berbicara. Dia tahu Ciputra datang karena ingin membahas sesuatu sehingga sengaja menunggu di sini.Keduanya menyantap makanan sambil mengobrol banyak hal. Akan tetapi, obrolan mereka terdengar tidak beraturan. Jelas, ada yang ingin dikatakan Ciputra, tetapi tidak tahu cara mengungkapkannya.Ketika melihat Ciputra yang seperti ini, Wira merasa sangat tidak berdaya. Namun, dari sini dia tahu bahwa Ciputra memang kebingungan.Pada akhirnya, Ciputra tidak tahan lagi. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Wira sembari berucap, "Wira, sebenarnya ada hal penting yang ingin kubahas denganmu hari ini.""Ya, katakan saja. Aku akan mendengarkanmu," ujar Wira sembari mengangguk. Dia pun meletakkan peralatan makannya, lalu menatap Ciputra sambil tersenyum.Setelah berpikir sejenak, Ciputra memberanikan diri untuk bertanya, "Wira, apa kamu berkeinginan untuk menjabat di Kerajaa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1176

    Ciputra menarik napas dalam-dalam, tebersit keraguan pada tatapannya. Dia benar-benar tidak tahu makna kebahagiaan.Jika memiliki status tinggi bisa membuat orang bahagia, Ciputra seharusnya sudah bahagia sekarang. Namun, dia sama sekali tidak merasa bahagia. Bukannya dia tidak puas, tetapi hanya merasa terlalu lelah.Meskipun Ciputra selalu merasa senang setelah mencapai tujuannya, dia tetap tidak bisa menjawab pertanyaan Wira ini. Selain itu, dia tahu apa yang ingin dikatakan Wira selanjutnya."Kamu juga nggak bisa menjawabnya? Kebahagiaan memang sulit untuk didefinisikan. Tapi, bagiku, kebahagiaan itu sederhana saja. Cukup makan kenyang, nggak kedinginan, nggak perlu memikirkan pendapat orang lain, nggak diancam, punya banyak waktu untuk melakukan hal yang kusukai, juga punya banyak teman. Ini kebahagiaan yang kuinginkan," jelas Wira.Ciputra mengembuskan napas panjang setelah mendengarnya. Tidak semua orang bisa mendapatkan kebahagiaan seperti ini. Yang dikatakan Wira ini seperti k

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1177

    Pada saat ini, Wira masih duduk di halaman. Makanan di meja sudah tidak terlihat dan digantikan dengan teh. Dia bahkan sudah mendidihkan air dan menunggu kedatangan Sigra. Farrel atau Ciputra pun tidak bisa melawan Sigra, semua ini adalah ide Sigra.Wira tahu Sigra takut pada kekuatannya dan juga ingin mengendalikan kekuatannya. Sigra bukan hanya takut padanya yang sekarang, bahkan dirinya yang kelak. Dia tentu saja mengerti mengapa Sigra bisa berpikir seperti ini, sehingga dia ingin berdiskusi apakah Sigra akan menyerah. Bagaimanapun juga, dia juga tidak ingin benar-benar bermusuhan dengan Keluarga Barus.Pada saat ini, Sigra mendekat dan melihat Wira sedang duduk di sana menunggunya sambil menyeruput teh. Dia menyipitkan matanya."Wira, sepertinya kamu tahu aku akan datang," kata Sigra sambil tersenyum dan masuk, lalu duduk di depan Wira."Tentu saja. Yang Mulia, silakan coba teh yang baru kuseduh ini." Wira menuangkan secangkir penuh teh dan meletakkannya di depan Sigra.Tanpa ragu-

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1178

    Setelah Wira mengatakan perkataan itu, ekspresi Sigra berubah. Sebenarnya, meskipun Wira benar-benar menjadi pelindung agung, hatinya juga merasa tidak tenang. Ketakutannya kepada Wira benar-benar dari hatinya yang paling dalam. Karena itulah, jika ada kesempatan, dia pasti akan mencoba untuk mengendalikan kekuatan Wira. Pada saat ini, ekspresinya menjadi makin muram.Wira menatap Sigra sambil tersenyum. Dia tahu apa yang sedang dipikirkan Sigra dan berkata, "Yang Mulia, aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu merasa khawatir membiarkanku, tapi kamu juga merasa ragu untuk bermusuhan denganku. Kamu takut aku kelak akan merebut kekuasaan dan meskipun aku nggak melakukannya, apa keturunanku akan melakukannya. Jadi ... nggak peduli apa pun yang kulakukan, kalian tetap khawatir terhadapku. Kecuali, kalian bisa mengendalikan kekuatanku, kamu baru bisa tenang, 'kan?"Setelah Wira selesai mengatakan itu, Sigra menarik napas dalam-dalam. Dia berpikir Wira pun sudah berkata seperti itu, dia juga t

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3176

    Selain itu, Pasukan Harimau yang melakukan perjalanan jauh dengan kecepatan tinggi tetap menjaga formasi tanpa ada tanda-tanda kekacauan.Hayam,yang sudah lebih dulu menerima kabar pun tersenyum tipis. Dia langsung berdiri di depan dan menangkupkan tangan, lalu berkata, "Jenderal Arhan, akhirnya kalian sampai. Nggak ada kendala selama perjalanan, 'kan?"Arhan juga menangkupkan tangan, lalu tersenyum dan menyahut, "Tentu saja nggak ada. Tuan Wira ada di belakang, sepertinya juga akan segera tiba."Sejujurnya, Arhan cukup mengagumi Hayam. Bukan hanya karena orang ini berani dan teliti, tetapi juga karena dia mengendalikan pusat Paviliun Langit dan sangat dipercaya oleh Wira.Biasanya, orang yang sudah berada di posisi tinggi akan lebih berhati-hati dalam membuat kontribusi. Namun, Hayam bukan tipe orang seperti itu. Meskipun sudah memiliki kedudukan tinggi, dia masih ingin terus maju.Beberapa saat kemudian, seolah-olah teringat sesuatu, Hayam terkekeh-kekeh dan berujar, "Tadi aku sempat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3175

    Mendengar perkataan itu, mata-mata itu tertegun sejenak. Dia memang meragukan identitas Adjie karena pria ini terlihat begitu berwibawa dan sama sekali tidak seperti seorang perampok.Melihat mata-mata itu ragu, anak buah Adjie langsung menendang mata-mata itu dan berkata dengan dingin, "Kenapa masih bengong? Cepat keluarkan suratnya."Setelah tertegun sejenak, mata-mata itu akhirnya mengeluarkan suratnya.Setelah membaca isi surat itu, Adjie berkata dengan pelan, "Habisi dia, jangan tinggalkan jejak."Ekspresi mata-mata itu langsung berubah karena dia benar-benar tidak menyangka Adjie ternyata begitu kejam. Dia langsung berlutut dan memohon ampun.Namun, anak buah Adjie tidak peduli dan langsung menyeret mata-mata itu pergi.Beberapa saat kemudian, Adjie pun menghela napas. Dia tidak menyangka pasukan utara ternyata berniat untuk bersekutu dengan Desa Riwut. Namun, setelah berpikir sejenak, dia langsung memahami tujuan mereka yang hanya ingin memanfaatkan perampok Desa Riwut untuk men

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3174

    Tepat saat Adjie hendak pergi melihat keadaannya, salah satu anak buahnya yang bertugas berjaga di luar tiba-tiba berlari mendekat dan berkata, "Bos, kami menemukan ada mata-mata dari pasukan utara di depan, haruskah kita menangkapnya?"Adjie tertegun sejenak saat mendengar ada mata-mata, lalu bertanya-tanya apakah pasukan utara berniat mengirim mata-mata untuk menyelidiki keadaan di sini. Dia bertanya dengan pelan, "Mereka mengirim berapa banyak mata-mata?"Saat sedang berperang, jumlah mata-mata yang dikirim selalu berbeda. Jika untuk membawa laporan militer yang sangat mendesak, biasanya mata-mata yang dikirim akan beberapa orang sekaligus untuk memastikan pesannya bisa sampai ke tangan pemimpin tepat waktu.Anak buah itu tertegun sejenak, lalu berkata, "Hanya satu orang."Adjie tersenyum, tetapi dia juga merasa bingung saat mendengar mata-matanya hanya satu. Jangan-jangan ini hanya mata-mata biasa? Memikirkan hal itu, dia berkata dengan pelan, "Bawa dia ke hadapanku, cepat!""Siap!

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3173

    Melihat Zaki yang kembali tenang, Darsa langsung menghela napas lega. Situasi seperti ini memang cukup merepotkan, tetapi dia juga tidak menyangka kekuatan lawan benar-benar begitu hebat. Mereka bahkan berhasil mengalahkan pasukan besar Zaki dan juga mencuri kuda yang ditinggalkan. Memikirkan hal ini, dia kembali menghela napas karena malu.Setelah kembali ke tenda, Zaki yang kehilangan selera makannya langsung mengernyitkan alis dan berkata dengan pelan, "Tuan Darsa, cepat katakan, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Joko yang berdiri di samping tetap tidak berbicara, tetapi ekspresinya terlihat penuh dengan harapan. Menurutnya, jika Darsa sudah berani berkata seperti ini, berarti Darsa pasti sudah memiliki solusinya.Melihat kedua orang ini menaruh harapan besar padanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Sebenarnya masalah ini mudah saja, hanya saja agak merepotkan. Seperti yang aku katakan sebelumnya, kita harus mengirim orang bernegosiasi dengan para perampok di Desa Riwut dulu. Kal

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3172

    Prajurit itu memberi hormat dan berkata dengan pelan, "Saat kami tiba di tempat itu, semua kudanya sudah hilang. Kami juga sudah mencari di segala arah, kami curiga semua kuda itu sudah dibawa pergi orang-orang Wira."Mendengar laporan itu, Zaki marah sampai hampir memuntahkan darah. Dia akhirnya yakin serangan mendadak sebelumnya pasti ulah dari Wira, sekarang orang-orang Wira bahkan mencuri kuda mereka. Ini benar-benar keterlaluan. Kekuatan utama dari pasukan utara adalah kavaleri. Jika tidak ada kuda, mereka tidak bisa dibilang sebagai kavaleri lagi.Sementara itu, Darsa dan Joko yang berada di dalam tenda juga mendengar Zaki yang sedang memaki prajurit di luar.Darsa pun tersenyum dan berkata, "Zaki ini memang begini, kamu juga tahu temperamennya itu buruk. Ayo kita keluar dan lihat apa yang sudah terjadi."Joko hanya tersenyum, lalu berjalan keluar bersama Darsa. Namun, begitu mereka melihat wajah Zaki yang memerah karena marah, mereka sangat terkejut.Darsa segera maju dan bertan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3171

    Semua orang sangat mengagumi Adjie.Namun, di mata Adjie, semua orang memiliki niat mereka masing-masing. Dia sendiri menyusun rencana ini juga untuk mengalihkan perhatian mereka saja. Dia tahu mereka ini adalah mata-mata yang dikirim Guntur, sehingga cara terbaik untuk menangani masalah ini adalah menjauhkan mereka.Melihat semua orang tidak keberatan dengan rencananya, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau nggak ada yang keberatan, kita langsung jalankan rencana ini sekarang juga. Makin cepat, makin baik. Lagi pula, saluran air itu juga membutuhkan banyak tenaga kerja. Makin banyak yang bekerja, makin cepat selesai. Kita harus cepat."Orang-orang itu tidak menyangka situasinya akan berubah menjadi seperti ini, tetapi mereka tetap menganggukkan kepala.Namun, orang-orang ini tidak menyadari Adjie sebenarnya memiliki maksud tersembunyi. Setelah mereka pergi, dia tersenyum dan berkata, "Mereka pikir mereka ini cerdas, sekarang kelihatannya mereka ternyata hanya begitu."Adjie berbicara den

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3170

    Adjie tersenyum, lalu perlahan-lahan berkata, "Hehe. Hal ini sebenarnya mudah saja, selama kita bisa menyelesaikannya dengan baik. Pulau Hulu ini memang punya banyak jalan keluar, tapi kalian nggak menyadari ada sebuah sungai di sebelah timur, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang langsung tertegun sejenak. Mereka sebenarnya sudah menyadari keberadaan sungai ini sejak tadi, tetapi mereka mengira sungai ini tidak berguna sebelum mendengar perkataan Adjie.Beberapa saat kemudian, ekspresi anak buah itu tiba-tiba terlihat gembira. Seolah-olah teringat sesuatu, dia menatap Adjie dan berkata, "Jangan-jangan maksud Bos adalah mengalirkan semua air sungai ini ke Pulau Hulu?"Adjie tersenyum dan berpikir orang-orang ini memang sangat cerdas. Pulau Hulu ini memiliki banyak jalur keluar, tetapi letak pulau ini sangat rendah. Jika mereka berhasil, air sungai ini pasti akan membanjiri seluruh pulau ini. Pada saat itu, mereka bisa menenggelamkan seluruh pasukan musuh di dalam pulau itu, tidak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3169

    Sebelumnya, Adjie bisa meminta anak buah itu untuk mengumpulkan beberapa orang karena dia merasa pasti ada mata-mata yang ditempatkan Guntur di kelompoknya. Sekarang, sepertinya dugaannya memang benar.Setelah terdiam sejenak, anak buah yang tadinya pergi mengumpulkan orang-orang langsung tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru perlahan-lahan berkata, "Menurutku, sebaiknya kita menyusun ulang rencana kita. Kita setidaknya harus memastikan semuanya beres terlebih dahulu."Adjie menganggukkan kepala, lalu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, coba katakan kita harus bagaimana menyelesaikan masalah ini?"Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, anak buah itu mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau begitu, kami menyarankan untuk langsung membakar kemah musuh malam ini. Dengan begitu, kita bisa langsung menghancurkan mereka dengan satu serangan."Yang lainnya juga menganggukkan kepala, jelas mereka sangat setuju dengan usulan anak buah itu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3168

    Melihat Adjie yang masih bisa tersenyum, Hayam tertegun dan bertanya dengan sangat penasaran, "Kenapa kamu tertawa? Apa informasi ini keliru?"Adjie berkata, "Hehe. Aku juga nggak yakin apa informasi ini keliru, tapi yang pastinya semua akan baik-baik saja kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi, kita harus memastikan hal ini terlebih dahulu baru bisa menyusun rencana selanjutnya. Sekarang yang paling mendesak adalah mencari solusi untuk masalah utama kita."Hayam tertegun sejenak, lalu mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya memang sulit untuk memahami situasi ini, tapi sekarang yang paling penting adalah mencari solusi untuk menyelesaikannya."Adjie menganggukkan kepala, setuju dengan pendapat Hayam. Melihat waktunya sudah tidak banyak lagi, dia berkata, "Baiklah, hari ini waktunya sudah hampir habis. Kalau Tuan sudah tiba, pastikan untuk segera laporkan pada Tuan bahwa malam ini mereka akan langsung menyerang dari selatan dan utara. Ingat, kita harus bersiap-siap."Hayam

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status