Ciputra menarik napas dalam-dalam, tebersit keraguan pada tatapannya. Dia benar-benar tidak tahu makna kebahagiaan.Jika memiliki status tinggi bisa membuat orang bahagia, Ciputra seharusnya sudah bahagia sekarang. Namun, dia sama sekali tidak merasa bahagia. Bukannya dia tidak puas, tetapi hanya merasa terlalu lelah.Meskipun Ciputra selalu merasa senang setelah mencapai tujuannya, dia tetap tidak bisa menjawab pertanyaan Wira ini. Selain itu, dia tahu apa yang ingin dikatakan Wira selanjutnya."Kamu juga nggak bisa menjawabnya? Kebahagiaan memang sulit untuk didefinisikan. Tapi, bagiku, kebahagiaan itu sederhana saja. Cukup makan kenyang, nggak kedinginan, nggak perlu memikirkan pendapat orang lain, nggak diancam, punya banyak waktu untuk melakukan hal yang kusukai, juga punya banyak teman. Ini kebahagiaan yang kuinginkan," jelas Wira.Ciputra mengembuskan napas panjang setelah mendengarnya. Tidak semua orang bisa mendapatkan kebahagiaan seperti ini. Yang dikatakan Wira ini seperti k
Pada saat ini, Wira masih duduk di halaman. Makanan di meja sudah tidak terlihat dan digantikan dengan teh. Dia bahkan sudah mendidihkan air dan menunggu kedatangan Sigra. Farrel atau Ciputra pun tidak bisa melawan Sigra, semua ini adalah ide Sigra.Wira tahu Sigra takut pada kekuatannya dan juga ingin mengendalikan kekuatannya. Sigra bukan hanya takut padanya yang sekarang, bahkan dirinya yang kelak. Dia tentu saja mengerti mengapa Sigra bisa berpikir seperti ini, sehingga dia ingin berdiskusi apakah Sigra akan menyerah. Bagaimanapun juga, dia juga tidak ingin benar-benar bermusuhan dengan Keluarga Barus.Pada saat ini, Sigra mendekat dan melihat Wira sedang duduk di sana menunggunya sambil menyeruput teh. Dia menyipitkan matanya."Wira, sepertinya kamu tahu aku akan datang," kata Sigra sambil tersenyum dan masuk, lalu duduk di depan Wira."Tentu saja. Yang Mulia, silakan coba teh yang baru kuseduh ini." Wira menuangkan secangkir penuh teh dan meletakkannya di depan Sigra.Tanpa ragu-
Setelah Wira mengatakan perkataan itu, ekspresi Sigra berubah. Sebenarnya, meskipun Wira benar-benar menjadi pelindung agung, hatinya juga merasa tidak tenang. Ketakutannya kepada Wira benar-benar dari hatinya yang paling dalam. Karena itulah, jika ada kesempatan, dia pasti akan mencoba untuk mengendalikan kekuatan Wira. Pada saat ini, ekspresinya menjadi makin muram.Wira menatap Sigra sambil tersenyum. Dia tahu apa yang sedang dipikirkan Sigra dan berkata, "Yang Mulia, aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu merasa khawatir membiarkanku, tapi kamu juga merasa ragu untuk bermusuhan denganku. Kamu takut aku kelak akan merebut kekuasaan dan meskipun aku nggak melakukannya, apa keturunanku akan melakukannya. Jadi ... nggak peduli apa pun yang kulakukan, kalian tetap khawatir terhadapku. Kecuali, kalian bisa mengendalikan kekuatanku, kamu baru bisa tenang, 'kan?"Setelah Wira selesai mengatakan itu, Sigra menarik napas dalam-dalam. Dia berpikir Wira pun sudah berkata seperti itu, dia juga t
Setelah Sigra mengatakan itu, tiba-tiba puluhan pasukan yang memiliki kemampuan bela diri yang kuat masuk ke dalam halaman. "Wira, sekarang hanya dengan satu perintahku, kepalamu akan berpisah dari tubuhmu! Aku tanya sekali lagi, kamu mau tunduk atau ... mati?"Sigra tidak ingin menunggu lebih lama lagi, karena dia juga bisa memahami pemikiran Wira yang tidak akan berdamai. Tindakannya sekarang mungkin tidak adil, tetapi sebagai seorang raja, dia terpaksa melakukannya.Wira juga bisa memahami Sigra, sehingga dia tidak marah. Seseorang melakukan apa pun demi kepentingan pribadi adalah hal yang wajar. Namun, Wira tetap bertanya, "Raja, kamu tahu aku nggak akan menyetujuinya.""Tapi ... kamu benar-benar ingin melawanku?" Wira bertanya hal itu sekali lagi.Sigra menghelakan napas, lalu berkata, "Wira, aku nggak ingin melawanmu, tapi ... kamu juga paham, kita sangat sulit untuk hidup berdampingan. Demi Kerajaan Beluana, aku juga nggak ada pilihan lain, jadi ... jangan salahkan aku. Tangkap
Setelah meninggalkan tempat itu, Wira segera memerintahkan untuk mewaspadai seluruh Keluarga Barus. Dia ingin mengawasi setiap gerak-gerik Keluarga Barus. Dia tentu saja juga tahu Keluarga Barus tidak akan berani dengan mudah bertindak kepadanya. Bagaimanapun juga, dengan kekuatan Keluarga Barus saat ini, menghadapi Keluarga Juwanto dan Kerajaan Agrel saja sudah sangat sulit, sungguh mustahil untuk menghadapi mereka lagi.Sigra tidak memberi tahu hal ini kepada Ciputra dan Farrel, tetapi memberi tahu keduanya bahwa Wira sudah pergi. Meskipun mereka tidak bertanya, mereka juga tahu perdamaian antara ayahnya dan Wira tidak berhasil."Ayah, apa yang harus kita lakukan sekarang? Keluarga Juwanto dan Kerajaan Agrel mungkin akan segera menyerang!" tanya Ciputra dengan ekspresi yang agak panik."Lawan saja, mereka nggak akan bisa menyerang masuk. Tenang saja," kata Sigra dengan ekspresi yang terlihat sama sekali tidak memedulikannya.Sigra berpikir tanpa kekuatan Wira, musuh hanya memiliki pe
Namun, Ciputra masih ingin mencobanya. Setelah menstabilkan pasukannya, dia segera meninggalkan ibu kota dan menuju Dusun Darmadi.Kepulangan Wira membuat Wulan dan yang lainnya merasa lega. Semuanya berjalan dengan lancar, tetapi dia juga tahu ada beberapa hal yang mungkin harus segera dipersiapkan. Hubungannya dengan Keluarga Barus selamanya ada sebuah jarak. Dia harus segera membuat rencana untuk hal ini, tidak boleh ditunda lagi.Wira berpikir Keluarga Barus memang tidak melawannya sekarang, tetapi kelak mereka juga akan melakukannya. Dari tindakan Sigra, dia sudah bisa melihat tekad Sigra untuk bisa mengendalikannya sepenuhnya. Hanya dengan begitu, Sigra baru bisa merasa tenang tentang keselamatan Kerajaan Beluana. Jika begitu, dia tentu saja harus bersiap-siap untuk menghadapi masalah ini.Saat Ciputra datang ke tempat Wira dengan ekspresi yang segan, Wira masih bersedia memberi mereka saran dan rencana. Namun, sekarang situasinya sudah berubah menjadi seperti ini, sejujurnya dia
Ciputra merasa kesulitan untuk membuat keputusan. Dia tidak berani berjanji kepada Wira. Bagaimana kalau hal ini memengaruhi rencana ayahnya? Ciputra benar-benar kebingungan."Keputusan ini nggak bisa ditetapkan sekarang. Kamu diskusikan dulu dengan ayahmu. Aku jamin Kerajaan Agrel pasti akan mendukungku," ucap Wira sembari tersenyum. Dia sangat yakin dengan ucapannya karena Kerajaan Agrel tidak bodoh. Mereka pasti akan membantu Wira, mana mungkin mereka membantu Keluarga Juwanto?"Oke," sahut Ciputra. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu kembali ke istana untuk memberi tahu masalah ini kepada Sigra.Sigra mendengus dan menimpali, "Apa? Wira mau menguasai Provinsi Lowala? Ternyata ... dia berniat merebut kekuasaan juga."Ciputra menjelaskan, "Ayah, kita nggak akan bisa mengendalikan Wira dalam situasi sekarang ini. Ada Kerajaan Agrel dan Keluarga Juwanto yang mengancam keselamatan kita. Kalau kita nggak menyetujui Wira, dia akan bekerja sama dengan Keluarga Juwanto dan Kerajaan Agrel. S
Kemudian, Senia tiba-tiba tertawa dan berujar, "Benar juga. Menahan Wira bukan hal yang gampang. Kalau Wira datang ke Kerajaan Agrel pada saat-saat seperti ini, pasti ada masalah."Setelah Senia selesai bicara, Raja Kresna menimpali, "Ibu Suri, kemungkinan ada 2 alasan Wira datang. Membujuk kita untuk mundur atau mengajak kita bekerja sama."Senia tersenyum dan menyahut, "Aku rasa Wira datang karena alasan kedua. Wira nggak mungkin berani membujuk kita mundur pada saat-saat seperti ini. Hanya saja ... Wira mau mengajak kita bekerja sama untuk hal apa?"Senia agak kebingungan karena dia memikirkan 2 kemungkinan. Yang pertama adalah Wira bekerja sama dengan Keluarga Juwanto. Keluarga Barus berselisih dengan Wira, jadi mungkin saja Wira ingin menghabisi Keluarga Barus. Kemungkinan kedua adalah Keluarga Barus bekerja sama dengan Wira untuk melawan Keluarga Juwanto. Menurut Senia, 2 kemungkinan ini bisa saja terjadi."Ibu Suri, Wira sudah diam-diam masuk ke ibu kota. Seharusnya, sebentar la
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I
"Rencanamu sebenarnya cukup bagus, setidaknya memberi kita jalan untuk menyelamatkan diri. Hanya saja ....""Dahlan sudah mulai memberi tekanan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kita nggak mungkin membawa keluarga besar ikut berperang, 'kan?" tanya Kresna dengan alis berkerut.Karena Dahlan sudah mencari mereka, kemungkinan besar dia juga telah menugaskan orang-orang untuk diam-diam mengawasi mereka. Setiap gerakan kecil pasti akan segera sampai ke telinganya.Jika mereka benar-benar membawa keluarga mereka pergi, hal itu pasti akan segera terungkap dan mereka mungkin tidak akan bisa melarikan diri terlalu jauh. Hasil akhirnya dapat ditebak dengan mudah. Inilah situasi yang paling tidak ingin dilihat oleh Kresna."Siapa yang bilang kita harus membawa keluarga besar?" balas Ararya. "Yang perlu kita lakukan sekarang cuma mengikuti instruksinya, membawa beberapa orang, dan pergi ke lokasi yang telah diberikan untuk mengejar Wira.""Begitu bertemu dengan Wira, kita bisa
"Kalaupun Wira menolak kita, dengan begitu banyak kekayaan yang kita miliki, kita bisa pergi ke mana saja dan tetap akan hidup dalam kemewahan, 'kan?"Uang bisa menggerakkan segalanya. Tidak peduli di mana pun, itu adalah aturan yang berlaku!Semua ini terdengar masuk akal. Namun, Kresna tetap menghela napas dan berkata, "Membawa keluarga besar meninggalkan Kerajaan Agrel ya? Menurutmu ini realistis?""Jangan lupa, Ratu punya puluhan ribu pasukan, sementara kita cuma punya 10.000 tentara kalau digabungkan. Kalau benar-benar terjadi perang, siapa yang akan rugi kalau bukan kita?""Lagi pula, kalau orang sebanyak itu mencoba meninggalkan Kerajaan Agrel, informasi itu pasti akan sampai ke telinga Kaisar. Begitu dia tahu, mungkin kita akan mati di perjalanan sebelum sempat kabur."Kresna tampaknya semakin pengecut. Ini karena dia telah mengalami terlalu banyak hal menyakitkan dalam hidupnya.Bertahun-tahun lalu, anaknya mati di tangan Senia. Terakhir kali, dia hampir kehilangan keluarganya
"Baik." Kresna segera menyetujui dengan tegas, lalu mengantar Dahlan keluar. Jika Dahlan terus berada di sini, takutnya umurnya akan menjadi pendek.Namun, setelah Dahlan pergi, kondisi Kresna tetap terlihat buruk. Wajahnya masih suram. Saat ini, dia duduk di aula besar dan terus menghela napas. Dia benar-benar berada dalam dilema. Lantas, apa yang harus dilakukan selanjutnya?Dari luar, terdengar suara langkah kaki mendekat. Tidak lama kemudian, Ararya muncul, diikuti oleh Dwipangga di belakangnya.Kini, Dwipangga telah memegang kekuasaan penuh atas pasukan Kerajaan Agrel dan memiliki posisi yang sangat tinggi. Selain itu, di wilayah timur, dia memiliki status absolut. Semua orang telah menganggapnya sebagai pewaris. Kelak, posisi Ararya akan diwariskan kepada Dwipangga.Melihat orang yang dikenalnya datang, Kresna segera berdiri dan berjalan mendekat sambil berkata, "Akhirnya kamu tiba! Aku baru saja mengantar Dahlan pergi. Tujuan kedatangannya ke sini benar-benar buat aku bingung da
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar
"Pergilah," ujar Senia sambil memijat pelipisnya dengan lembut. "Aku tunggu kabar darimu."Pada sore harinya, Dahlan tiba di kediaman Kresna. Saat ini, dia sedang duduk di aula utama kediaman Kresna.Meskipun Dahlan selalu terlihat tunduk dan penuh hormat karena takut pada ibunya, di sini dia justru menunjukkan sikap yang sangat berbeda, penuh wibawa dan angkuh.Dahlan duduk di kursi utama sambil meminum teh dengan tenang, menunggu Kresna yang tak kunjung datang."Raja Kresna, kamu membuatku menunggu begitu lama. Sepertinya kamu nggak menghormatiku," sindir Dahlan.Kresna buru-buru mengangkat tangannya sebagai tanda memohon maaf. "Pangeran, kenapa bicara begitu? Aku baru saja dapat kabar tentang kedatanganmu dan langsung datang secepat mungkin. Kalau kamu tersinggung, mohon maafkan aku."Dahlan mendengus dingin, lalu meletakkan cangkir tehnya. Tatapannya langsung beralih ke orang-orang yang berada di aula.Kresna segera mengerti maksudnya dan memerintahkan semua orang untuk pergi. Tida
Menangkap pemimpin untuk menghancurkan pasukan! Ini adalah cara terbaik!Sebenarnya mereka sudah mencoba membunuh Wira beberapa kali sebelumnya, tetapi hasilnya selalu mengecewakan. Namun, kali ini berbeda.Senia telah memutuskan untuk tidak menyembunyikan niatnya lagi. Dengan demikian, dia bisa bertindak lebih bebas tanpa ragu.Ini adalah kesempatan sempurna untuk menyerang Wira secara langsung dan terbuka. Jika berhasil menyingkirkan Wira, itu akan menjadi hasil terbaik. Namun, jika tidak, paling-paling mereka akan memutuskan hubungan mereka. Hasil ini tidak akan berdampak pada apa pun.Dahlan tiba-tiba berkata, "Tapi, saat ini kita nggak punya orang yang cukup kuat untuk melakukannya. Bahkan, kita hampir kehabisan ahli di pihak kita. Setahuku, Wira membawa beberapa ahli di sisinya.""Kalau kita mengirim orang sekarang, bukankah hanya akan mengorbankan mereka tanpa hasil?"Bahkan, Panji tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dan akhirnya kehilangan nyawanya. Dahlan tidak kepikiran si
"Benar!"Di hadapan ibunya, Dahlan tidak perlu menyembunyikan apa pun. Dia langsung mengangguk dengan tegas. Kekhawatirannya memang terletak pada Kresna dan Ararya.Kedua orang ini memegang kekuasaan militer. Meskipun kekuatan mereka telah dibatasi oleh Senia selama bertahun-tahun, mereka tetap tak terkalahkan hingga sekarang.Di wilayah mereka, mereka seperti raja kecil, memerintah wilayah sendiri. Hal ini jelas adalah ancaman bagi kekuasaan Senia.Dulu, Senia tidak terlalu memedulikan mereka karena dia memiliki Panji di sisinya. Panji bahkan mampu menciptakan makhluk beracun yang menakutkan. Sekalipun di medan perang, makhluk beracun tetap bisa membuat posisi mereka unggul.Namun, dengan kematian Panji, Senia kehilangan sosok yang bisa diandalkan. Inilah yang paling dikhawatirkan Dahlan.Jika mereka memutuskan untuk memulai perang dengan Wira saat ini, lalu Raja Kresna serta Raja Ararya menyerang dari belakang, itu akan menjadi krisis besar. Hasil akhirnya bisa dipastikan akan sangat
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad