Setelah meninggalkan tempat itu, Wira segera memerintahkan untuk mewaspadai seluruh Keluarga Barus. Dia ingin mengawasi setiap gerak-gerik Keluarga Barus. Dia tentu saja juga tahu Keluarga Barus tidak akan berani dengan mudah bertindak kepadanya. Bagaimanapun juga, dengan kekuatan Keluarga Barus saat ini, menghadapi Keluarga Juwanto dan Kerajaan Agrel saja sudah sangat sulit, sungguh mustahil untuk menghadapi mereka lagi.Sigra tidak memberi tahu hal ini kepada Ciputra dan Farrel, tetapi memberi tahu keduanya bahwa Wira sudah pergi. Meskipun mereka tidak bertanya, mereka juga tahu perdamaian antara ayahnya dan Wira tidak berhasil."Ayah, apa yang harus kita lakukan sekarang? Keluarga Juwanto dan Kerajaan Agrel mungkin akan segera menyerang!" tanya Ciputra dengan ekspresi yang agak panik."Lawan saja, mereka nggak akan bisa menyerang masuk. Tenang saja," kata Sigra dengan ekspresi yang terlihat sama sekali tidak memedulikannya.Sigra berpikir tanpa kekuatan Wira, musuh hanya memiliki pe
Namun, Ciputra masih ingin mencobanya. Setelah menstabilkan pasukannya, dia segera meninggalkan ibu kota dan menuju Dusun Darmadi.Kepulangan Wira membuat Wulan dan yang lainnya merasa lega. Semuanya berjalan dengan lancar, tetapi dia juga tahu ada beberapa hal yang mungkin harus segera dipersiapkan. Hubungannya dengan Keluarga Barus selamanya ada sebuah jarak. Dia harus segera membuat rencana untuk hal ini, tidak boleh ditunda lagi.Wira berpikir Keluarga Barus memang tidak melawannya sekarang, tetapi kelak mereka juga akan melakukannya. Dari tindakan Sigra, dia sudah bisa melihat tekad Sigra untuk bisa mengendalikannya sepenuhnya. Hanya dengan begitu, Sigra baru bisa merasa tenang tentang keselamatan Kerajaan Beluana. Jika begitu, dia tentu saja harus bersiap-siap untuk menghadapi masalah ini.Saat Ciputra datang ke tempat Wira dengan ekspresi yang segan, Wira masih bersedia memberi mereka saran dan rencana. Namun, sekarang situasinya sudah berubah menjadi seperti ini, sejujurnya dia
Ciputra merasa kesulitan untuk membuat keputusan. Dia tidak berani berjanji kepada Wira. Bagaimana kalau hal ini memengaruhi rencana ayahnya? Ciputra benar-benar kebingungan."Keputusan ini nggak bisa ditetapkan sekarang. Kamu diskusikan dulu dengan ayahmu. Aku jamin Kerajaan Agrel pasti akan mendukungku," ucap Wira sembari tersenyum. Dia sangat yakin dengan ucapannya karena Kerajaan Agrel tidak bodoh. Mereka pasti akan membantu Wira, mana mungkin mereka membantu Keluarga Juwanto?"Oke," sahut Ciputra. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu kembali ke istana untuk memberi tahu masalah ini kepada Sigra.Sigra mendengus dan menimpali, "Apa? Wira mau menguasai Provinsi Lowala? Ternyata ... dia berniat merebut kekuasaan juga."Ciputra menjelaskan, "Ayah, kita nggak akan bisa mengendalikan Wira dalam situasi sekarang ini. Ada Kerajaan Agrel dan Keluarga Juwanto yang mengancam keselamatan kita. Kalau kita nggak menyetujui Wira, dia akan bekerja sama dengan Keluarga Juwanto dan Kerajaan Agrel. S
Kemudian, Senia tiba-tiba tertawa dan berujar, "Benar juga. Menahan Wira bukan hal yang gampang. Kalau Wira datang ke Kerajaan Agrel pada saat-saat seperti ini, pasti ada masalah."Setelah Senia selesai bicara, Raja Kresna menimpali, "Ibu Suri, kemungkinan ada 2 alasan Wira datang. Membujuk kita untuk mundur atau mengajak kita bekerja sama."Senia tersenyum dan menyahut, "Aku rasa Wira datang karena alasan kedua. Wira nggak mungkin berani membujuk kita mundur pada saat-saat seperti ini. Hanya saja ... Wira mau mengajak kita bekerja sama untuk hal apa?"Senia agak kebingungan karena dia memikirkan 2 kemungkinan. Yang pertama adalah Wira bekerja sama dengan Keluarga Juwanto. Keluarga Barus berselisih dengan Wira, jadi mungkin saja Wira ingin menghabisi Keluarga Barus. Kemungkinan kedua adalah Keluarga Barus bekerja sama dengan Wira untuk melawan Keluarga Juwanto. Menurut Senia, 2 kemungkinan ini bisa saja terjadi."Ibu Suri, Wira sudah diam-diam masuk ke ibu kota. Seharusnya, sebentar la
Senia mengerjap setelah mendengar perkataan Wira. Kemudian, dia tersenyum dan berujar, "Keluarga Juwanto? Menurutmu, kenapa aku mau membantu kalian? Lagi pula, kami sudah beraliansi dengan Keluarga Juwanto."Setelah Senia selesai bicara, Wira menggeleng dan menimpali, "Ibu Suri, kita itu teman. Kalau kamu bilang begitu, bukannya kamu terkesan nggak tulus?"Senia tertawa dan menyahut, "Kalau begitu, kamu mau menunjukkan ketulusanmu dengan apa?"Wira menjulurkan 1 jarinya, lalu menceletuk, "Satu provinsi, yaitu Provinsi Ladu."Raja Kresna dan lainnya tertegun sesudah mendengar ucapan Wira, lalu mereka bertanya secara bersamaan, "Satu provinsi?" Mereka menebak maksud Wira adalah membagi 3 provinsi. Sebenarnya, pembagian seperti ini sangat normal. Masalahnya, Wira ada di sini.Awalnya, Wira tidak ingin merebut wilayah kekuasaan. Namun, kenapa sekarang dia mau menguasai 1 provinsi? Senia menyipitkan matanya dan bertanya, "Wira, sekarang kamu sudah berniat merebut kekuasaan?"Sesungguhnya, W
Seperti Kerajaan Nuala yang makmur dan dihormati oleh negara lain dulu. Paling-paling Senia hanya perlu mempertahankan negara dalam kondisi seperti ini. Jadi, Kerajaan Agrel tidak akan begitu terpengaruh. Namun, Keluarga Barus berbeda.Wira menjelaskan, "Tebakan Ibu Suri memang benar. Keluarga Barus memang punya maksud seperti ini. Aku ... juga merasa nggak berdaya. Tapi, setidaknya niat Keluarga Barus sudah terlihat sekarang. Kalau Keluarga Barus sudah menguasai 9 provinsi dan pasukan di seluruh negara, keselamatanku pasti terancam. Jadi, aku harus membuat rencana untuk diri sendiri dan aku memutuskan untuk bertindak sendirian."Dunia ini sangat rumit, begitu pula dengan hati manusia. Awalnya, Wira tidak ingin bertindak sendirian. Dia hanya ingin menjalani hidupnya dengan tenang. Siapa sangka, Keluarga Barus malah berniat jahat sehingga membuat Wira merasa tidak berdaya.Senia berkata, "Aku tahu, jadi aku akan menyetujui permintaanmu. Tapi, bagaimana caranya melenyapkan Keluarga Juwan
Hari ini, perang besar dimulai di 6 provinsi. Seratus ribu pasukan yang dipimpin Prabu sudah sampai di perbatasan Kerajaan Beluana. Sementara itu, Ciputra sudah bersiap-siap sejak awal. Lima puluh ribu pasukan berada di dalam kota, sedangkan 50 ribu pasukan lainnya sudah bersembunyi. Kala ini, Prabu memandang ke arah Kerajaan Beluana dengan ekspresi dingin.Di sisi lain, pasukan Kerajaan Agrel yang dipimpin Giandra sudah sampai di perbatasan Provinsi Ladu. Namun, mereka hanya bersandiwara. Pengawal pribadi Giandra tersenyum dan bertanya, "Yang Mulia, apa kita perlu bertindak?"Giandra hanya tertawa setelah mendengar pertanyaan pengawal pribadinya, lalu berujar, "Tentu saja kita akan bertindak. Tapi, kita hanya bersandiwara. Perintahkan 10 ribu pasukan untuk berteriak di luar supaya sandiwaranya lebih meyakinkan."Giandra sudah menerima perintah dari Senia. Dia tentu tahu bahwa hari ini mereka tidak benar-benar berperang, melainkan hanya untuk melakukan tipu muslihat. Giandra berkata, "
Saat memikirkan hal itu, ekspresi Prabu langsung berubah."Serang mereka!" Ekspresi Prabu terlihat sangat ketakutan.Namun, Ciputra langsung berkata, "Prabu, sudah terlambat. Sekarang kuberi tahu kamu, aku yakin Wira juga sudah mulai menyerang Kerajaan Ahola! Kamu juga nggak bisa melarikan diri lagi, pasukan dari Raja Tanuwi sudah dalam perjalanan ke sini! Saat 200 ribu pasukan berkumpul, itu akan menjadi saatnya Keluarga Juwanto hancur!"Mendengar perkataan Ciputra, ekspresi Prabu menjadi sangat muram. "Berengsek! Kerajaan Agrel malah berani melanggar janji!"Seketika, Prabu hilang kendali. Dia tidak pernah membayangkan situasinya akan seperti ini."Soal persahabatan dengan Kerajaan Agrel, bagaimana mungkin kamu bisa menandingi Wira? Lagi pula, Kerajaan Agrel dan kamu memang akan sangat sulit untuk menang melawanku dan Wira, jadi untuk apa dia harus membantumu? Prabu, tindakanmu ini sama saja dengan mencari mati!" kata Ciputra sambil tersenyum dan tatapan yang sinis.Seratus ribu pasu
Selain itu, Pasukan Harimau yang melakukan perjalanan jauh dengan kecepatan tinggi tetap menjaga formasi tanpa ada tanda-tanda kekacauan.Hayam,yang sudah lebih dulu menerima kabar pun tersenyum tipis. Dia langsung berdiri di depan dan menangkupkan tangan, lalu berkata, "Jenderal Arhan, akhirnya kalian sampai. Nggak ada kendala selama perjalanan, 'kan?"Arhan juga menangkupkan tangan, lalu tersenyum dan menyahut, "Tentu saja nggak ada. Tuan Wira ada di belakang, sepertinya juga akan segera tiba."Sejujurnya, Arhan cukup mengagumi Hayam. Bukan hanya karena orang ini berani dan teliti, tetapi juga karena dia mengendalikan pusat Paviliun Langit dan sangat dipercaya oleh Wira.Biasanya, orang yang sudah berada di posisi tinggi akan lebih berhati-hati dalam membuat kontribusi. Namun, Hayam bukan tipe orang seperti itu. Meskipun sudah memiliki kedudukan tinggi, dia masih ingin terus maju.Beberapa saat kemudian, seolah-olah teringat sesuatu, Hayam terkekeh-kekeh dan berujar, "Tadi aku sempat
Mendengar perkataan itu, mata-mata itu tertegun sejenak. Dia memang meragukan identitas Adjie karena pria ini terlihat begitu berwibawa dan sama sekali tidak seperti seorang perampok.Melihat mata-mata itu ragu, anak buah Adjie langsung menendang mata-mata itu dan berkata dengan dingin, "Kenapa masih bengong? Cepat keluarkan suratnya."Setelah tertegun sejenak, mata-mata itu akhirnya mengeluarkan suratnya.Setelah membaca isi surat itu, Adjie berkata dengan pelan, "Habisi dia, jangan tinggalkan jejak."Ekspresi mata-mata itu langsung berubah karena dia benar-benar tidak menyangka Adjie ternyata begitu kejam. Dia langsung berlutut dan memohon ampun.Namun, anak buah Adjie tidak peduli dan langsung menyeret mata-mata itu pergi.Beberapa saat kemudian, Adjie pun menghela napas. Dia tidak menyangka pasukan utara ternyata berniat untuk bersekutu dengan Desa Riwut. Namun, setelah berpikir sejenak, dia langsung memahami tujuan mereka yang hanya ingin memanfaatkan perampok Desa Riwut untuk men
Tepat saat Adjie hendak pergi melihat keadaannya, salah satu anak buahnya yang bertugas berjaga di luar tiba-tiba berlari mendekat dan berkata, "Bos, kami menemukan ada mata-mata dari pasukan utara di depan, haruskah kita menangkapnya?"Adjie tertegun sejenak saat mendengar ada mata-mata, lalu bertanya-tanya apakah pasukan utara berniat mengirim mata-mata untuk menyelidiki keadaan di sini. Dia bertanya dengan pelan, "Mereka mengirim berapa banyak mata-mata?"Saat sedang berperang, jumlah mata-mata yang dikirim selalu berbeda. Jika untuk membawa laporan militer yang sangat mendesak, biasanya mata-mata yang dikirim akan beberapa orang sekaligus untuk memastikan pesannya bisa sampai ke tangan pemimpin tepat waktu.Anak buah itu tertegun sejenak, lalu berkata, "Hanya satu orang."Adjie tersenyum, tetapi dia juga merasa bingung saat mendengar mata-matanya hanya satu. Jangan-jangan ini hanya mata-mata biasa? Memikirkan hal itu, dia berkata dengan pelan, "Bawa dia ke hadapanku, cepat!""Siap!
Melihat Zaki yang kembali tenang, Darsa langsung menghela napas lega. Situasi seperti ini memang cukup merepotkan, tetapi dia juga tidak menyangka kekuatan lawan benar-benar begitu hebat. Mereka bahkan berhasil mengalahkan pasukan besar Zaki dan juga mencuri kuda yang ditinggalkan. Memikirkan hal ini, dia kembali menghela napas karena malu.Setelah kembali ke tenda, Zaki yang kehilangan selera makannya langsung mengernyitkan alis dan berkata dengan pelan, "Tuan Darsa, cepat katakan, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Joko yang berdiri di samping tetap tidak berbicara, tetapi ekspresinya terlihat penuh dengan harapan. Menurutnya, jika Darsa sudah berani berkata seperti ini, berarti Darsa pasti sudah memiliki solusinya.Melihat kedua orang ini menaruh harapan besar padanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Sebenarnya masalah ini mudah saja, hanya saja agak merepotkan. Seperti yang aku katakan sebelumnya, kita harus mengirim orang bernegosiasi dengan para perampok di Desa Riwut dulu. Kal
Prajurit itu memberi hormat dan berkata dengan pelan, "Saat kami tiba di tempat itu, semua kudanya sudah hilang. Kami juga sudah mencari di segala arah, kami curiga semua kuda itu sudah dibawa pergi orang-orang Wira."Mendengar laporan itu, Zaki marah sampai hampir memuntahkan darah. Dia akhirnya yakin serangan mendadak sebelumnya pasti ulah dari Wira, sekarang orang-orang Wira bahkan mencuri kuda mereka. Ini benar-benar keterlaluan. Kekuatan utama dari pasukan utara adalah kavaleri. Jika tidak ada kuda, mereka tidak bisa dibilang sebagai kavaleri lagi.Sementara itu, Darsa dan Joko yang berada di dalam tenda juga mendengar Zaki yang sedang memaki prajurit di luar.Darsa pun tersenyum dan berkata, "Zaki ini memang begini, kamu juga tahu temperamennya itu buruk. Ayo kita keluar dan lihat apa yang sudah terjadi."Joko hanya tersenyum, lalu berjalan keluar bersama Darsa. Namun, begitu mereka melihat wajah Zaki yang memerah karena marah, mereka sangat terkejut.Darsa segera maju dan bertan
Semua orang sangat mengagumi Adjie.Namun, di mata Adjie, semua orang memiliki niat mereka masing-masing. Dia sendiri menyusun rencana ini juga untuk mengalihkan perhatian mereka saja. Dia tahu mereka ini adalah mata-mata yang dikirim Guntur, sehingga cara terbaik untuk menangani masalah ini adalah menjauhkan mereka.Melihat semua orang tidak keberatan dengan rencananya, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau nggak ada yang keberatan, kita langsung jalankan rencana ini sekarang juga. Makin cepat, makin baik. Lagi pula, saluran air itu juga membutuhkan banyak tenaga kerja. Makin banyak yang bekerja, makin cepat selesai. Kita harus cepat."Orang-orang itu tidak menyangka situasinya akan berubah menjadi seperti ini, tetapi mereka tetap menganggukkan kepala.Namun, orang-orang ini tidak menyadari Adjie sebenarnya memiliki maksud tersembunyi. Setelah mereka pergi, dia tersenyum dan berkata, "Mereka pikir mereka ini cerdas, sekarang kelihatannya mereka ternyata hanya begitu."Adjie berbicara den
Adjie tersenyum, lalu perlahan-lahan berkata, "Hehe. Hal ini sebenarnya mudah saja, selama kita bisa menyelesaikannya dengan baik. Pulau Hulu ini memang punya banyak jalan keluar, tapi kalian nggak menyadari ada sebuah sungai di sebelah timur, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang langsung tertegun sejenak. Mereka sebenarnya sudah menyadari keberadaan sungai ini sejak tadi, tetapi mereka mengira sungai ini tidak berguna sebelum mendengar perkataan Adjie.Beberapa saat kemudian, ekspresi anak buah itu tiba-tiba terlihat gembira. Seolah-olah teringat sesuatu, dia menatap Adjie dan berkata, "Jangan-jangan maksud Bos adalah mengalirkan semua air sungai ini ke Pulau Hulu?"Adjie tersenyum dan berpikir orang-orang ini memang sangat cerdas. Pulau Hulu ini memiliki banyak jalur keluar, tetapi letak pulau ini sangat rendah. Jika mereka berhasil, air sungai ini pasti akan membanjiri seluruh pulau ini. Pada saat itu, mereka bisa menenggelamkan seluruh pasukan musuh di dalam pulau itu, tidak
Sebelumnya, Adjie bisa meminta anak buah itu untuk mengumpulkan beberapa orang karena dia merasa pasti ada mata-mata yang ditempatkan Guntur di kelompoknya. Sekarang, sepertinya dugaannya memang benar.Setelah terdiam sejenak, anak buah yang tadinya pergi mengumpulkan orang-orang langsung tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru perlahan-lahan berkata, "Menurutku, sebaiknya kita menyusun ulang rencana kita. Kita setidaknya harus memastikan semuanya beres terlebih dahulu."Adjie menganggukkan kepala, lalu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, coba katakan kita harus bagaimana menyelesaikan masalah ini?"Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, anak buah itu mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau begitu, kami menyarankan untuk langsung membakar kemah musuh malam ini. Dengan begitu, kita bisa langsung menghancurkan mereka dengan satu serangan."Yang lainnya juga menganggukkan kepala, jelas mereka sangat setuju dengan usulan anak buah itu
Melihat Adjie yang masih bisa tersenyum, Hayam tertegun dan bertanya dengan sangat penasaran, "Kenapa kamu tertawa? Apa informasi ini keliru?"Adjie berkata, "Hehe. Aku juga nggak yakin apa informasi ini keliru, tapi yang pastinya semua akan baik-baik saja kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi, kita harus memastikan hal ini terlebih dahulu baru bisa menyusun rencana selanjutnya. Sekarang yang paling mendesak adalah mencari solusi untuk masalah utama kita."Hayam tertegun sejenak, lalu mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya memang sulit untuk memahami situasi ini, tapi sekarang yang paling penting adalah mencari solusi untuk menyelesaikannya."Adjie menganggukkan kepala, setuju dengan pendapat Hayam. Melihat waktunya sudah tidak banyak lagi, dia berkata, "Baiklah, hari ini waktunya sudah hampir habis. Kalau Tuan sudah tiba, pastikan untuk segera laporkan pada Tuan bahwa malam ini mereka akan langsung menyerang dari selatan dan utara. Ingat, kita harus bersiap-siap."Hayam