Home / Rumah Tangga / Gadis Peliharaan Sugar Daddy / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Gadis Peliharaan Sugar Daddy: Chapter 31 - Chapter 40

73 Chapters

Mulai Terbuka

Om Lian tersenyum. Dia mulai membenahi posisi duduknya menghadapku dan memulai cerita panjangnya."Nita dan Diana memang dua wanita yang sangat kucinta. Mereka segalanya bagiku hingga mataku sempat buta oleh jurang yang membentang di hadapan. Namun, harus kutekankan di sini. Mereka berdua adalah masa lalu. Cintaku pada Ibumu sudah hilang bersama dengan semua kenangannya delapan belas tahun lalu. Meskipun sempat bimbang tapi aku sudah memastikannya. Bahwa perasaanku padanya hanya sebatas prihatin dan khawatir. Lalu pada Diana. Dia memang perempuan yang sempat membuatku hampir gila, Kepergiannya sepuluh tahun lalu juga masih membekas dalam ingatan meski perasaanku padanya telah lama padam bersama dengan jasadnya yang dikebumkan.Sejak saat itu, aku takut memulai Lea. Terlepas dari neurosis-ku yang masih belum bisa dikendalikan aku takut jatuh untuk kesekian kalinya. Meskipun naluriku beberapa kali menentangkannya, tapi tubuhku tak mengizinkan. Aku bukannya nggak mau menyentuhmu, memelu
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Saling Terbuka

"Biasa aja kali, nggak usah pada salting kayak yang habis ketahuan mesum di tempat umum." Celetukan Kevin tanpa sadar membuat wajahku kembali menghangat. "Tapi kalau dipikir-pikir emang menjurus juga, sih. Udah cahayanya remeng-remeng, mana sosor-sosoran. Untung cuma aku yang mergokin. Gimana kalau satpam rumah sakit ... abis kel--""Kebiasaan kalau ngomong sembarangan." Kevin terbungkam saat Om Lian lebih dulu menoyor kepalanya, sebelum ucapan Kevin semakin ngelantur. "Lagian terserah kitalah mau ngapain juga. Udah sah ini.""Idih, idih ... mentang-mentang udah sah jadi boleh tebar kemesraan sana-sini. Mana depan jomblo lagi," balas Kevin tak kalah sengit. Sementara aku yang hanya bisa memperhatikan perdebatan Om dan keponakan ini hanya bisa terdiam sembari mengompres luka di wajah Om Lian menggunakan es batu. "Lagi pula siapa yang suruh kamu ngintilin orang tengah malam? Nggak sopan! Itu bisa kena pasal 335 ayat (1) KUHP," nasehat Om Lian semakin membuat Kevin tertekan."Iya, iya.
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Shock

"Wah, baru kali ini bangsal Bu Nita rame banget, ya. Seneng liatnya," seru Suster Yuyun, setelah selesai memberi Mama obat.Aku tersenyum kecil. "Iya, Sus. Tapi sayangnya sebentar lagi kita udah harus pulang," sahutku dengan sedikit sesal."Ah, iya, ya. Sekarang Mbak Lea statusnya udah beda. Nggak bisa pergi sembarangan lagi, karena udah ada suami." Suster Yuyun terkekeh geli. "Omong-omong Mas siapanya Mbak Lea? Baru liat saya." Suster Yuyun beralih pada Kevin yang semula asik dengan ponselnya.Lelaki itu tersenyum, lalu mengulurkan tangan. "Kenalin, Sus, Saya Kevin, keponakannya Om Lian."Mata Suster Yuyun tampak membulat takjub. "Wah ... pantes aja gantengnya sama.""Woiya jelas, ganteng boleh sama, tapi umur tetep jauh beda," timpal Kevin bangga sembari melirik Om Lian dan menyisir rambutnya ke belakang.Om Lian yang masih stay dengan sikap kalemnya hanya bisa mengedikkan bahu, lalu membalas cibiran kevin."Percuma muda, kalau cewek yang disuka malah lebih milih yang dewasa." Om Li
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Jatuh Hati

Kami tiba di hotel bintang lima yang terletak sekitar dua kilometer dari kediaman utama. Sebelumnya Om Lian mengajakku berhenti di sebuah mall pusat kota untuk membeli beberapa potong pakaian dan dalaman untuk digunakan selama menginap di hotel. Jam besar yang ada di depan lobi terlihat sudah menunjukkan pukul dua siang. Bergegas kami check in dan memesan satu kamar suit room untuk ditinggali dalam beberapa hari.Kami berjalan berdampingan menuju kamar yang dituju. Terletak di lantai lima belas dengan view yang cukup indah. Fasilitas Suit room di hotel ini bisa dibilang hampir sama dengan hotel bintang lima lainnya. Ada kamar tidur berukuran king, dapur, ruang tamu, dan kamar mandi yang terpisah. Bonusnya ada spot khusus yang bisa digunakan sebagai tempat bekerja. Terletak di dekat balkon dengan kursi putar dan sebuah meja kaca. "Mau mandi duluan?" tanya Om Lian, saat aku tengah memindai keseluruhan ruangan. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian meraih beberapa helai dalam
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Kenapa?

Suara pintu yang terbuka, diiringi derap langkah terdengar mengejutkanku dari lamunan. Refleks aku melempar ponsel Om Lian hingga terjatuh tepat di atas jaketnya. Seperti maling yang ketangkap basah, aku salah tingkah sampai berdeham beberapa kali hingga membuat Om Lian yang baru saja kembali, terlihat keheranan. Dia menatap ponsel sejenak, lalu mengernyitkan dahi. Setelah itu meletakkan lagi benda tersebut di sisi tubuhnya. "Kenapa? Makanannya pedes? Mukamu merah sekali, Lea," ujar Om Lian yang membuat perasaanku semakin tak menentu dibuatnya. "Iya, pedes dikit," dalihku dengan senyum yang kuyakin terlihat aneh. Om Lian manggut-manggut, lalu menyingkirkan piring kosong di atas meja, dan menggantinya dengan sebuah berkas tebal yang dia bawa entah dari mana."Makannya udah, kan?" Aku mengangguk setelah menenggak habis air dalam gelas ramping yang disediakan."Kalau begitu bisa kita mulai?" tanyanya lagi. "Om, nggak makan dulu? Atau mandi dulu?" Aku balik bertanya. "Nanti aja. I
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Mencoba Mengerti

Tak ada yang lebih menyakitkan daripada sebuah penolakan yang dilakukan oleh pasangan. Niat hati hanya ingin lebih merekatkan hubungan, nyatanya malah makin meregangkan. Ternyata tak semua lelaki menyukai sisi wanita yang dominan. Khususnya Om Lian.Sikapnya yang pasif memang terkadang amat menjengkelkan. Setelah kejadian di kamar mandi, aku memutuskan untuk mulai membatasi interaksi kami. Sudah cukup rasanya mempermalukan diri. Meskipun aku tahu hak dan kewajiban sebagai seorang istri.Ini tak mudah, tapi tak terlalu susah. Hanya semesta yang tahu kapan sabarku berubah menjadi lelah.Malam ini, kami tidur dengan saling memunggungi. Aku di sisi kanan sementara Om Lian di sisi kiri. Sama-sama berpura-pura lelap dalam mimpi, nyatanya terjaga semalaman dengan lamunan tak bertepi. Aku memang tak tahu apa yang dia pikirkan, tapi pergerakan di sisi lain ranjang sudah cukup membuktikan bahwa kami hanyut dengan kegelisahan yang sama.Masih dengan posisi seperti ini, kuulurkan sebelah tangan u
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

Kencan

Kami mengawali kencan pasca pernikahan ini dengan berhenti di sebuah kafe. Tempat nongkrong yang cukup hitz di kalangan anak zaman sekarang. Memesan dua cup Capuccino dengan inisal nama kami. Double L.Om Lian menuntunku untuk duduk di meja luar, menikmati satu wadah kopi kesukaan kami ditemani kepadatan Jantung Kota Metropolitan."Setiap mampir ke kafe ini dan memesan minuman, aku selalu teringat--""Pertemuan pertama kita," potongku dengan seulas senyum simpul. "Dua tahun lalu, di kafe ini. Kita pesan kopi yang sama, inisial yang sama, dan tempat favorit yang sama." "Satu hal yang tak pernah kuragukan adalah ingatanmu yang tajam." Om Lian mencubit pipiku dengan gemas, lalu menyeka busa kopi yang tanpa sadar tertinggal di bibir atasku."Makanya jangan pernah macam-macam dengan ingatan perempuan. Sekali dia tersakiti, ngungkitnya bisa sampai tahunan." Om Lian terkekeh, entah kenapa tawanya justru menular."Aku percaya. Tabiat perempuan semuanya sama.""Begitu juga dengan tabiat lelak
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

Lebih Dekat

"Ternyata Pak Wira berhasil melacak lokasi kita," ujar Om Lian, saat kami kembali ke kamar hotel dan menemukan sebuah bingkisan di depan pintu, "sebuah kiriman pakaian yang harus kamu kenakan untuk menemui Pak Hans besok siang," tambahnya."Bahkan sampai pakaian pun dia yang tentukan?" tanyaku spontan."Ya. Memang begini cara mainnya.""Sebenarnya Pak Wira itu pengusaha atau mucikari, sih? Aku bahkan nggak yakin dress yang dipilihnya bahkan sanggup menutupi seperempat pahaku." Aku mulai mondar-mandir di tempat. Antara bingung dan kesal menghadapi kenyataan yang ada."Tenang, Lea. Kamu nggak harus memakainya. Sekarang masuk duluan! Aku keluar dulu sebentar." Om Lian meletakkan sebelah tangannya di punggungku, lalu mendorongnya ke dalam setelah menggesek kartu untuk membuka pintu.Lelaki itu tersenyum kecil sebelum meraih bingkisan tersebut dan menghilang setelah pintu lift tertutup.Kuhela napas panjang, kemudian merobohkan diri ke ranjang, setelah melepas sepasang sepatu. Kuraih ponse
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more

Antara Cinta dan Dusta

Sontak aku memutar tubuh dan menatap lekat mata pekatnya untuk mencari kebohongan di sana.Namun, nihil. Yang kutemukan hanya manik mata berkaca-kaca yang memancarkan sebuah ketulusan di sana.Om Lian merendahkan tubuhnya, hingga bisa kurasakan napas hangat itu membelai permukaan wajah. dengan jarak sedekat ini aku bahkan bisa melihat bagaimana keringat sebesar biji jagung mulai berguguran dari pelipisnya.Saat hidung kami bersentuhan, bisa kurasakan kedua tangannya yang melingkar di pinggangku mulai gemetar. Tatapan kami saling mengunci untuk beberapa saat, sampai akhirnya Om Lian menarik tubuhku semakin rapat. Dia memejamkan mata, lalu melabuhkan bibirnya di tempat yang seharusnya.Sebelah tangan kekar itu mulai beralih melepas satu per satu kancing blazer yang kukenakan. Sementara aku mengulangi hal yang sama sembari sesekali menyeka keringat yang berguguran dari pelipisnya.Suhu tubuh kami meningkat drastis dengan napas yang sama-sama berembus tak karuan, saat kulit kami melekat t
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more

Mencoba Bangkit

Aku adalah satu dari sekian orang bodoh yang berharap pada sesuatu yang sudah tahu pasti akan sepahit apa akhirnya. Rasa manis yang hanya sempat sesaat dikecap, namun pil pahit kekecewaan yang justru harus kutelan. Rencana masa depan dan sebuah rumah tangga impian rupanya hanya kata-kata bualan yang dia ucapkan untuk menyenangkan hatiku yang amat haus akan kasih sayang. Bukit yang semalaman kami daki dengan keringat bercucuran dan perasaan yang sulit digambarkan akhirnya menempatkan kita berdua di atas puncak yang berbeda. Seharusnya aku sadar lebih awal, bahwa ada yang berbeda dari tatapan Om Lian, seharusnya aku bertanya tentang apa yang tengah mengusik pikirannya agar perpisahan ini tak akan terasa terlalu menyakitkan. Entah sudah berapa lama aku tenggelam dalam tangis keputusasaan. Larut dalam kesedihan yang begitu menyesakkan. Membiarkan diri diliputi kekalutan hingga mengabaikan sepasang mata yang selalu terjaga memerhatikan dengan sorot kebingungan."Vin ...." Aku menarik
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status