**** “Bentar lagi, aku masih ingin menikmati suara kamu, aku kangen banget, Sayang!” tolakku memang masih betul betul malas bergerak. Rasanya aku ingin memeluknya saja saat ini, tuntaskan kerinduan yang kian mencekik jiwa. “Cepat, lho, masuk kamar mandi! Hari ini Abang bisa kan, pilih sendiri pakaiannya ke kantor? Atau aku suruh Mbak Asri yang pilihkan, mau?” Wanita pujaan hatiku itu mulai mengancam. “Jangan-jangan! Biar aku pilih sendiri.” Buru-buru aku melompat turun dari ranjang. “Nah, gitu, dong! Ya, udah buruan! Udah, ya, aku tutup telponnya.” “Bentar, Sayang!” “Hem, apa lagi, Abang?” “Video Call, dong, bentar saja! Aku kangen, Sayang!” “Udahlah, Abang! Ini udah siang banget lho! Nanti telat lagi nganter Bima ke sekolah.” “Sepertinya, rasa kangen ini cuma aku yang punya, ya? Kulihat kamu santai saja. Seolah tak ada beban sama sekali.” “Hey, Abang bicara apa? Abang pikir aku enggak kangen juga?” “Nyatanya, kamu santai saja.” “Ok, kalau begitu, aku minta Abang lamar ak
Last Updated : 2023-05-08 Read more