Home / Romansa / Daster Buat Istriku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Daster Buat Istriku: Chapter 81 - Chapter 90

95 Chapters

Bab 81. Bah! Ninda Minta Rujuk

****POV Bara“Sayang, kita ke Joulery Tergintar bentar, boleh? Tadi mereka nelpon, katanya pesanan cincin kawin kita udah kelar. Tapi mereka minta dicocokkan sekali lagi. Bila masih kurang sreg, boleh di sempurnakan lagi. Abang ada waktu?” tanya Asya melalui panggilan telepon.“Waduh, sepertinya aku tidak bisa, Sayang. Jadwalku padat hari ini. Ada pula masalah sedikit di proyek pembangunan pabrik baru itu. Ini aku sudah dalam perjalanan ke sana. Bagaimana kalau kamu pergi sendiri saja, Sayang?” jawabku merasa sangat bersalah.“Ya, sudah. Aku akan pergi ke sana bersama Bima, boleh?” usulnya kemudian.“Bima?” tanyaku masih belum paham.“Hum, biar nanti pegawainya cocokkan ukuran jari Abang pakai jari Bima aja. Gak apa-apa, kan?” katanya membuatku semakin merasa bersalah.“Sayang, jangan merajuk, gitu, dong ….” pintaku memelas.“Aku enggak merajuk, kok. Beneran. Aku cuma seloro, ihk ….” tuturnya tetap saja aku merasa tak enak hati.“Ok, aku salah. Harusnya aku menyediakan waktu buat
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Bab 82.  Kepergok Asya Saat Ninda Memelukku

****“Tolong kau dengar dan penuhi saranku ini, ya, Bara! Seperti dulu, kau selalu mengikuti saran dan nasehatku, kan? Lagian si Ninda sudah pisah sama si Reno itu. Rujuklah kalian, demi si Bima anak kalian. Kasihan dia tak punya ibu, mau, ya, Bara?” Bang Ramli membujukku.“Rujuk?” sergahku menyipitkan kedua mataku. Rasanya masih tak percaya kalau si Ninda sudah berhasil mempengaruhi Bang Ramli untuk melancarkan niatnya. Kemarin dia menggunakan si Risma, Sektertaris kantor. Kukirim perempuan itu ke dalam penjara menyusul si Reno selingkuhannya. Lalu terakhir dari hasil penyelidikan anak buahku, Ninda juga memperalat si Syahrul. OB licik itu juga akan menyusul ke dalam penjara. Tinggal menunggu waktu saja.Sekarang Ninda sudah sukses mempengaruhi Bang Ramli pula. Dasar perempuan sakit. Sepertinya Tuhan perlu memberinya balasan yang setimpal atas semua perbuatannya. Biar dia sadar dan tak lagi mengulang semua kelicikannya.“Iya, Bara! Maafkanlah kekhilapan istrimu di masa lalu. Toh,
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Bab 83. Kucumbu Wanitaku di Depan Mata Mantan Istriku

**** “Hey! Kamu siapa berani mengatur atur saya, ha! Bima, tunggu, Nak! Ini Mama!” Ninda memanggil Bima, namun sama sekali tak dihiraukan oleh anakku itu. “Bima tak mengenal Anda, sudahlah, percuma memanggilnya,” ejek Asya tetap dengan senyum di bibirnya. “Itu karena hasutanmu! Dasar perempuan murahan! Segala ngomong cincin kawin pula kau kutengok sama Bang Bara! Dengar, Bu Guru Perawan Tua … Bu Guru yang gak laku-laku, dengar ya! Aku ini istri pertama Bang Bara. Kami akan segera rujuk kembali! Dengar kau ..?! Jadi, berhenti kau mengejar ngejar suamiku ini! Gak usah kau cari simpatinya lewat anakku si Bima, ya! Paham kau!” bentak Ninda sambil mendelik tajam. Kukira Asya akan mengamuk, tetapi aku salah duga. Senyum malah terukir di bibir indahnya. “Maaf, ya! Anda sepertinya sedang sakaw, ya? Ini kekasih saya, calon suami saya. Maaf, tangan Anda saya lepas, ya! Dan tolong, dong, jangan keganjenan sama calon suami orang! Lepas, ya!” ujarnya seraya tersenyum kepada Ninda. Aku terpa
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

Bab 84. Ada Apa Dengan Anakku?

****“Kita jalan saja, Sayang!” titahku kepada Asya.“Tapi, Bang …. Gimana dengan Kak Ninda?” Gadis itu terlihat ragu.“Biarkan saja.”“Enggak tega. Abang keluar dulu, bicara baik-baik dengan dia!”“Percuma, Sya. Dia enggak bisa diajak ngomong baik-baik. Yang ada dia akan buat ulah lagi kalau aku turun. Dia licik.”“Ya, udah, deh. Kita jalan.”Asya mulai melajukan mobil dengan pelan. Ninda langsung berpegangan pada tangkai spion kiri mobil. Itu membuat Asya tak jadi melanjutkan laju mobil. “Dia nekat banget, Bang. Takutnya dia terseret. Abang keluar, aja! ” titahnya penuh khawatir. Terpaksa aku mengalah. Kubuka pintu mobil dengan kesal.“Maaf, Ninda! Kamu mau apa, sih, sebenarnya?” geramku seraya mencengkram tangannya yang berpegangan pada tangkai spion mobil. Kulepas dengan hentakan kasar.“Sakit, Bang!” lirihnya diiringi tangis. “Aku mau ikut sama Abang! Aku enggak tahu harus ke mana lagi sekarang. Aku enggak punya siapa-siapa di kota ini, aku enggak punya tempat tinggal. Aku cuma
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

Bab 85. Sepasang Insan Di Atas Sofa

***** “Sejak kapan kau panggil dia ‘Mama’? Sejak kapan kau berpikir kalau dia itu adalah mamamu! Siapa yang bilang kalau dia itu adalah mamamu, hah? Jawab!” teriakku mengguncang bahu Bima. Tangis bocah itu pecah seketika. Kejadian ini sangat mengagetkan bagiku. Selama ini aku selalu menjaga jarak antara Bima dengan Ninda. Tak pernah kuijinkan mereka dekat. Tak pernah kuceritakan pada anakku kalau Ninda adalah ibunya. Kuhindari membahas hal itu dengannya. Saat Ninda berusaha mendekati Bima, segera kujauhkan anakku darinya. Kujelaskan pada Bima kalau Ninda adalah ibu Steve, musuh Bima di sekolahnya. Bukan ibu kandung Bima. Lalu, kenapa sekarang Bima mengatakan kalau Ninda adalah mamanya? Bahkan dia menangis tersedu-sedu karena tak tega melihat perempuan bejat ini didorong Asya hingga masuk ke dalam selokan tadi? Kenapa dia terlihat begitu terluka karena ibunya dikasari? Kenapa dan sejak kapan? “Berhenti nangisnya …!” teriakku kembali mengguncang tubuh putraku. “Sabar, Bang!” As
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

Bab 86. Tertidur Di Malam Pertama

**** Kudapati Viona dan Bang Karmin tengah tenggelam di dalam pagutan asmara. Tangan kanan Bang Karmin melingkar di pinggang Viona, sementara tangan kirinya merangkul di leher gadis itu. Begitu juga Viona. Kedua tangannya dalam posisi mengalung di leher Bang Karmin. Mulut mereka menyatu. Tak ada satu inchi pun jarak yang mereka cipta. Bahkan aku bisa pastikan kalau mereka sedang berbagi air liur. Tubuh Viona terlihat begitu agresif merespon setiap sentuhan Bang Karmin. Kubalikkan badanku, ingin segera keluar dari ruangan panas itu. Padahal AC menyala dengan sempurna di ruangan itu. Namun, baru saja kakiku bergerak, Viona kembali menghentikan langkahku. “Ke mana lagi, Pak Bara?” tanyanya. Mungkin ciuman panas mereka sudah berakhir. “Silahkan duduk, Pak!” katanya lagi. Ya, akhir-akhir ini Viona merubah panggilannya padaku, Tak pernah lagi dia memanggilku ‘Mas’. Entah kenapa. Mungkin karena ini ruangan kantor. Baiklah, aku lebih senang memang dipanggil seperti itu saja. “I-iya, Mba
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

Bab 87. Malam Pertama Gagal Total

****“Sya …!” panggilku dengan suara serak. Aku berusaha menghalau rasa kantuk ini. Kepala ini rasanya berat sekali. Kedua kelopak mata seolah direkatkan dengan lem. Ini aneh sekali. Baru saja kami baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba diserang kantuk berat? “Sayang?” gumamku lagi membelai pipi wanita yang tadi pagi sudah sah sebagai istriku itu. Aku sudah berhak menyentuhnya, harusnya. Mestinya malam ini kami bisa melewati malam ini dengan penuh cinta. Tetapi, tak bisa. Kami tergelatak diserang rasa kantuk yang luar biasa.“Sya ….” gumamku lirih. Tak ada sahutan. Asya seperti sudah benar-benar tertidur. Suara dengkurnya bahkan sudah terdengar halus. Kupikir itu karena kami begitu kelelahan menjani resepsi pernikahan seharian tadi.“Sayang? Kita bobok dulu, nih, ceritanya?” tanyaku melepas pelan gelas dari tangannya. Kuletakkan di atas nakas dengan cara memanjangkan jangkauan tanganku. Hampir saja gelas itu terlepas, karena tenagaku juga benar-benar sudah lenyap. Aku juga sudah diland
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

Bab 88. Kujerat Sang  Pengantin Pria

*****“Selamat menikmati malam pertamanya, ya! Semoga suka kamarnya!” ucapku menyalam dan memeluk Kak Asya. Aku yang memilih hotel ini untuk tempat ijab kabul dan resepsi pernikahan istimewanya. Aku juga yang memilihkan kamar ini untuk tempat mereka melewati malam pertama. Usai resepsi, mereka akan melangsungkan bulan madu. Kupersiapkan semaksimal mungkin. Termasuk rencana cantik di balik semuanya.Kulihat kedua matanya berkaca-kaca. Bibirnya mengucapkan kalimat terima kasih yang tiada terkira. Kakakku yang sangat baik. Kakakku yang selalu beruntung dalam hidupnya. Tidak tahukah kau aku sangat iri padamu?“Terima kasih, Vi! Kamu baik banget. Kakak janji, nanti, kalau kamu nikah, kakak akan melakukan hal yang sama buat kamu! Cepat nyusul, ya!” Dia mengucap doa.Doamu akan segera terkabul, Kak Asya. Kau lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya. Obat penenang yang kau suruh aku konsumsi setiap hari itu memang sangat berguna. Obat itu mampu menenangkan emosiku. Aku tak lagi meledak
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

Bab 89. Tolong Keluar, Mbak Vi!

****“Mbak Viona?” Pak Bara tergagap, dia kucek berulang-ulang kedua netranya. Terlihat jelas kalau dia masih dilanda kantuk yang teramat berat. Astaga, pria ini tetap saja terlihat sangat tampan meski dia baru bangun tidur. Bahkan kelopak matanya belum terbuka sempurna. Dia tampak masih begitu lesu karena nyawanya belum berkumpul sepenuhnya. Tetapi pesonanya …. Aaaahk, Pak Bara … kau membuatku semakin mabuk kepayang saja.“Mbak Vi!” panggilnya lagi menyebut namaku.“I-iya, saya, Pak.” Tersadar aku dari lamunanku. Namun hanya sesaat. Selanjutnya aku sudah bisa menguasai diri kembali. Akting hebatku akan segera kumulai lagi.“Baru bangun, nih, ceritanya? Tadi malam pasti melelahkan sekali, ya, sampai sampai gak bisa bangun padahal udah lewat subuh,” godaku membuat pria itu salah tingkah.“Ti-tidak juga. Ini, udah pagi, ya? Mbak Vi, ngapain ke sini?” tanyanya keheranan.“Ssst! Jangan berisik, nanti Kak Asya terbangun, kasihan dia, sepertinya capek banget ngikutin resepsi semalam, di
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more

Bab 90. Kupinjam Suamimu, Kak Asya

****“Jangan takut, Pak Bara …,” bisikku pelan. Kurasakan hentakan nafasnya semakin tak normal. Kadang memburu kadang lemas seolah tak berdaya. Kuintenskan sentuhan jemariku di titik kelemahannya. Wajahnya kian memarah, mata sayunya mulai terpejam. Dia mulai terhanyut, dan hilang dalam gelisah yang kian menyiksa.Pak Baraku mulai dicekik hasrat, aku tau pasti bagaimana sistem kerja pil yang telah dia teguk melalui kopi susu hangat itu. Saat ini, yang dibutuhkan olehnya hanyalah pelampiasan. Sama seperti yang dialami oleh Bang Karmin dulu, saat pertama kali aku harus memaksanya melakukan itu. Jika aku tidak nekat menjeratnya dengan pil itu, tentu hingga detik ini dia tak akan pernah menyentuhku.Dan kali ini adalah giliran Pak Baraku. Pria tampan super dingin yang selalu menolakku. Pria miskin tapi begitu sombong, yang tega menyakiti hatiku lalu menikahi kakakku! Tapi, maaf, pak Bara. Aku Viona, aku tak akan pernah mau kalah. Aku punya seribu cara untuk menaklukkanmu!“Sya … As
last updateLast Updated : 2023-05-14
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status