**** “Hey! Kamu siapa berani mengatur atur saya, ha! Bima, tunggu, Nak! Ini Mama!” Ninda memanggil Bima, namun sama sekali tak dihiraukan oleh anakku itu. “Bima tak mengenal Anda, sudahlah, percuma memanggilnya,” ejek Asya tetap dengan senyum di bibirnya. “Itu karena hasutanmu! Dasar perempuan murahan! Segala ngomong cincin kawin pula kau kutengok sama Bang Bara! Dengar, Bu Guru Perawan Tua … Bu Guru yang gak laku-laku, dengar ya! Aku ini istri pertama Bang Bara. Kami akan segera rujuk kembali! Dengar kau ..?! Jadi, berhenti kau mengejar ngejar suamiku ini! Gak usah kau cari simpatinya lewat anakku si Bima, ya! Paham kau!” bentak Ninda sambil mendelik tajam. Kukira Asya akan mengamuk, tetapi aku salah duga. Senyum malah terukir di bibir indahnya. “Maaf, ya! Anda sepertinya sedang sakaw, ya? Ini kekasih saya, calon suami saya. Maaf, tangan Anda saya lepas, ya! Dan tolong, dong, jangan keganjenan sama calon suami orang! Lepas, ya!” ujarnya seraya tersenyum kepada Ninda. Aku terpa
Last Updated : 2023-05-10 Read more