**** Sungguh aku tak merasa lapar sedikitpun. Semua rasa hilang ditimpa rasa maluku. Tetapi, perasaanku akan tambah runyam bila mengecewakan Bu Asya lagi. “Baik, saya menunggu di mobil! Bapak sarapan saja dulu!” Karmin memutuskan. Aku melangkah menuju ruang makan. “Papa, lihat ini, wadah bekal makan siang Bima!” Bima menyambutku dengan sebuah wadah bekal di tangannya. “Keren, kan? Ini sudah sama dengan punya teman-teman. Steven tidak akan menghina Bima lagi! Bu Guru yang membelikannya untuk Bima, Pa!” lanjutnya begitu gembira. Sontak kulirik gadis itu, tatapan kami beradu. Tapi hanya sesaat. Detik berikutnya dia sudah menunduk. “Iya, bagus! Belajar yang baik, ya! Jangan kecewakan Bu Guru!” ucapku mengusap kepalanya. Kutarik sebuah kursi, lalu kuhenyakkan tubuhku di sana. Bu Asya mengisi sebuah piring dengan nasi goreng buatannya, sepertinya itu untukku. “Bima tunggu di mobil, ya, Bu Guru!” ucap Bima menyadang tas sekolahnya. “Papa, Bima berangkat sekolah, ya!” pamitnya pad
Terakhir Diperbarui : 2023-04-25 Baca selengkapnya