Home / Fantasi / The Story of Jawata: Pusaka Ajaib / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of The Story of Jawata: Pusaka Ajaib: Chapter 11 - Chapter 20

177 Chapters

11. Dua Tapak Beradu

"Jurus apa itu?!"Pekik Taja."Tapak Sengatan Naga!" balas Raojhin menyebutkan jurus andalannya.Jurus tapak Raojhin bukan serangan mematikan tetapi cukup mengakibatkan memar di kulit dan menimbulkan rasa gatal yang menyengat. Taja kecolongan. Ia tak mau lagi mengalah."Wah, benar-benar harus bertarung?!" Taja tak menyangka, tantangan berubah perkelahian serius."Mau menjadi regu bersamaku?!" Raojhin menyeringai. Raut mukanya menunjukkan rasa puas dan sorot mata tajam."Tunjukkan dulu kemampuanmu!" rupanya Raojhin sangat selektif untuk menerima anggota regu. Terlebih-lebih Taja yang menawarkan itu.Sementara Raojhin merasa telah berhasil memberi pelajaran, Taja masih mengusap bekas pukulan tapak sengatan naga yang membuat nyeri dadanya. Tidak disangka Raojhin memiliki jurus aneh seperti itu. Sekali lagi diusapnya dada bekas pukulan itu, ditekan memutar sampai sedikit reda sakitnya."Bayangkan itu mengenai nadi lehermu, akan sangat fatal!" Raojhin menaruh empati, tapi tidak menyesal aka
Read more

12. Mengusik Kegelapan

Setelah CHAPTER DUA TAPAKMENGUSIK KEGELAPAN"Apa yang terusik di kegelapan ini? Kita membangunkan sarang ular?!"________Keheningan goa terpecah derai tawa Raojhin yang panjang. Sepertinya ia puas sekali melampiaskan kekesalannya selama ini."Tawamu jelek!"Makin kesal, Taja perlahan bangkit dari tempatnya tersungkur setelah terpental. Rasanya sekujur tubuh bergetar sampai ke tulang, ketika menghantam bebatuan dan kerikil tajam."Dasar manusia berkepribadian ganda!" gerutu Taja sembari berusaha tegak."Pendendam!" Taja mengomel sejadinya."Bicara apa kamu?" Raojhin cukup mendengarnya di sela-sela tawa yang belum usai."Senang di atas penderitaan orang lain?!" balas Taja dan sejenak menatap tajam ke arah Raojhin."Bukan begitu!" Raojhin berdiri tegak di sana, "Aku juga kesakitan kemarin gara-gara kamu. Jadi sekarang kita impas!""Kejadian kemarin bukan aku penyebabnya, tetapi dirimu sendiri!" kata Taja tegas."Menyerang lawan dalam keadaan tidak siap, itu curang!" lanjut Taja."Dalam
Read more

13. Barikade Gaib

"Sarang ular?!"Raojhin tersentak. Ada rasa takjub terhadap Taja, tidak gentar meski lebih dulu tahu bahwa tempat itu sarang ular."Kalajengking dan reptil ... ada di kegelapan ini!" lanjut Taja."Sebaiknya ... kita segera pergi!" ujar Raojhin disambut raut muka Taja berubah masam."Takut?!" sindir Taja, meledek Raojhin."Tempat ini sempurna untuk melatih keberanian," kata Taja. Raut muka Raojhin berubah masam pula. Seolah tidak ingin dianggap pengecut.Tiba-tiba letupan keras mengejutkan mereka. Percik api semakin merambat lebar, membentuk formasi membara mirip jaring laba-laba, menyerupai dinding pembatas."Apa yang kau lakukan?!" Raojhin was-was menghadapi situasi tegang."Aku?!" Taja balik heran ke arah Raojhin."Bukankah kau yang terbentur?!" Taja heran."Bukankah cahaya putih dari tanganmu itu?" Raojhin justru balik bertanya."Alhirri, cahaya putih-ku, menampakkan yang tak terlihat. Tetapi barikade dinding gaib itu patah karena benturan tubuhmu," Taja menjelaskan."Dinding gaib?!
Read more

14. Pasukan Ular 1

"Wahai pasukan ular, siapa pemimpin kalian?!" ucapnya lantang, berdiri tegap dengan waspada penuh.________Terkesiap. Awas penglihatan Taja menangkap sekilas makhluk berkelebat di depan mata. Di antara kegelapan menyelimuti lorong goa, makhluk melata besar itu mengejar jejak Raojhin kabur terlebih dahulu, meninggalkan Taja bersembunyi di celah-celah sempit rongga.Sampai situasi terlihat aman, Taja bergerak perlahan dengan hati-hati. Langkah kaki mengikuti pergerakan serangga beterbangan sepanjang lorong rongga menuju satu arah.'Kemana Raojhin berlari?'Pikir Taja. Belum sempat memikirkan nasib Raojhin, tiba-tiba angin berhembus dari arah kegelapan di belakang Taja dan mengalihkan perhatiannya.Taja ...!Seketika waktu dan ruang dalam kilas balik sejenak. Nafas Taja tertahan. Ingatannya kembali pada mimpi yang selama ini sering menghantuinya. Mimpi sesosok bayangan gelap itu, terdengar bisikan memanggil namanya. Tetapi kali ini terasa lebih nyata.Taja ...!Suara berbisik seiring uda
Read more

15. Pasukan Ular 2

"Shaa-zaaakh ...!""Shaa-khaaa ...!"Taja mengucapkan kalimat itu lagi dan lagi."Bicara apa kamu?" heran Raojhin."Entahlah ... terdengar kalimat itu di kepalaku," jawab Taja asal saja."Shaa-zaaakh ... Shaa-khaaa ...!"Raojhin menirukan kalimat yang sama, tetapi malah ular-ular jadi makin beringas, hampir mematuk tubuh Raojhin."Kenapa ucapanku tidak mempan?!" Raojhin kapok, tak mengulangi ucapan aneh itu, nyaris dipatuk ular-ular."Siapa yang menyuruhmu untuk datang ke goa ini?" tanya Raojhin di sela-sela situasi terancam. Nafasnya tersengal mengatur langkah mundur perlahan."Putri Alingga," jawab Taja."Tidak mungkin dia punya niat untuk mencelakaimu!" balas Raojhin."Ssst ... jangan berisik, Rao! Aku sedang berkomunikasi dengan ular-ular ini," Taja menyela.Ssssshaaa ...!!!Ular paling besar mendesis, menjulur lidah, mendengus pula, kepalanya berkelebat ke atas hingga kelewat batas tinggi tubuh Taja."Kami menghaturkan maaf karena datang ke tempat ini dan tidak sengaja mengusik ka
Read more

16. Aku Sudah Mati?

'Sangat gelap di sini. Tempat apa ini? Apakah aku sudah mati? Jangan-jangan ini alam baka?'________Ruang hampa, gelap dan agak panas. Pengap berbaur amis. Sebuah nafas tersengal di antara gelap gulita. Taja membuka kedua mata namun hanya kegelapan yang tampak oleh mata.'Aku ... di mana ...?' tanya heran Taja dalam benak sendiri. Desak nafasnya terasa dihimpit beban berat. Bahkan ia merasa tubuhnya dalam posisi terjungkir ke bawah, belum dapat dikira-kira dirinya berada di tempat apa. Taja pelan-pelan menggerakkan lengan dan kaki.'Aku buta ... atau ... tempat ini sangat gulita?' pikir Taja lagi, merasakan tubuhnya berada di atas sesuatu bergerak lembut. Setengah sadar, ia mencoba untuk merangkak keluar himpitan entah apa itu.'Apa ini ...?' pekik dia tertahan, merasakan tubuhnya di atas permukaan yang bergeser. Bukan tanah atau batu, tapi tekstur licin.'Kenapa agak berguncang?' Taja perlahan ikut bergeser hingga merasakan punggungnya membentur sesuatu bebatuan kasar.'Apa aku masih
Read more

17. Makhluk Kadal

"Kraaaaagh ...!!!"Tiba-tiba Taja diterkam makhluk kadal hitam bersisik, semula dikira bebatuan, ternyata makhluk itu berkamuflase. Dua tubuh terpelanting dan menabrak tebing bebatuan, lalu merosot terguling ke dasar. Kerikil-kerikil longsor dan menimpa keduanya.Dari belakang punggung Taja, sepasang cakar makhluk kadal mencengkeram kedua bahu sampai lengan. Taja melawan, jemari akar balas melilit cakar-cakar makhluk itu.Jerit kesakitan makhluk kadal dan erangan Taja berbaur jadi satu. Cakar-cakar besar retak dalam remas jemari akar Taja dan merembes cairan racun emas."Krrghhhh!"Sisik makhluk kadal tak cukup menahan kekuatan jemari akar emas, akhirnya terkoyak dan merembas darah dari lapisan sisik-sisik tebal. Cengkeraman cakar mengendur dan melepaskan Taja. Makhluk kadal sekelebat menjauh dari Taja.Bukan tak terbayar, pundak dan lengan Taja lebam membiru akibat cakar-cakar makhluk kadal. Taja mengumpulkan tenaga untuk bangkit berdiri. Lurus kedua kaki, punggung tegap. Kedua lengan
Read more

18. Dunia Bawah

"Aku sudah sangat lama menunggumu! Kamu tidak mengenaliku?"______________"Kamu?!"Taja tersentak kaget. Rasanya belum lama tenang, ia dikejutkan lagi oleh kehadiran pemuda mirip dirinya, muncul tiba-tiba di tempat itu.'Ini bukan mimpi!' pekik Taja dalam hati. Ia celingukan sekeliling tempat. Di bawah terang cahaya, sangat jelas kemiripan pemuda itu dengan Taja. Wajah, postur tubuh, juga cara berjalannya. Sangat serupa. Bahkan suaranya hampir tidak ada beda."Aku tidak bermaksud mengejutkanmu," ujar pemuda itu sembari melangkah ke arah Taja dalam raut tegang lantaran kaget.Taja berbalik badan, hendak mengambil langkah kabur. Tetapi dengan cepat, pemuda itu lebih dulu meraih lengan Taja sampai tubuhnya ikut terangkat melayang di atas belukar."Aku ... Tajura," ucap pemuda itu, terus menarik lengan Taja ikut bersamanya. Kedua pemuda melambung di hamparan panorama belukar hijau."Kamu ...?" Taja tak sempat berkata apa-apa lagi. Debar jantungnya sampai ke pergelangan pemuda itu."Tajura
Read more

19. Kecantikan Pedih 1

"Pasvaati yang melukaiku, hitam pekat berbau anyir, busuk, beracun. Dingin menyiksa. Kesunyian sepanjang nafas. Kecantikan pedih."______________Sepasang kaki kadal. Taja mengamati peralatan aneh yang ditunjukkan Tajura."Tentara kadal yang mati, meninggalkan ini," Tajura membolak-balik sepasang kaki kadal bercakar tajam."Jubah itu juga?" Taja mengingat kejadian saat pertama kali melihat sosok Tajura. Jubah berbentuk kulit kadal hitam bersisik, menyebabkan penampilan si pemakai menyerupai makhluk kadal."Ya!" Tajura mengiyakan tegas."Jubah sisik kadal!" tambah Tajura. Taja termangu setelah mengetahui semuanya."Aku hendak membantumu setelah terbangun, tetapi sepertinya kamu ketakutan saat melihatku pertama kali dengan penampilan jubah kadal," kata Tajura."Apa boleh buat, aku belum kuat untuk banyak bergerak tanpa peralatan kadal. Aku sedang masa pengobatan," ujar Tajura. Sebentar kemudian ia menunjukkan sesuatu di kaki dan lengannya. Tampak banyak luka membekas, meninggalkan kisah
Read more

20. Kecantikan Pedih 2

"Beberapa malam setiap menjelang purnama, aku merasakan sakit yang sangat menyengat!"__________"Taja, aku sekarat ...," ujar Tajura. Melihat kedua bola matanya tanpa harapan, Taja segera memapah Tajura. Mendadak kondisinya lemah.Taja menggeleng perlahan."Tidak ... kita baru saja bertemu. Aku akan mengobati lukamu. Aku tidak sengaja memukulmu berkali-kali," Taja memperhatikan sekujur tubuh Tajura. Teringat kembali sebelum Taja tahu bahwa makhluk kadal adalah saudaranya, terjadi pergulatan di antara mereka berdua. Rasa bersalah karena beradu kekuatan, akibatnya menambah beban sakit di tubuh Tajura."Luka ini tidak bisa sembuh dengan obat apapun," Tajura balas menggeleng ringan, "Hanya racun untuk melawan racun yang terlanjur menyebar di tubuhku, itu yang membuatku bertahan!" jawab Tajura.Taja mengamati luka di dada kiri Tajura."Aku yakin ada jalan," ujar Taja menguatkan."Jika benar perkiraanku malam ini bulan purnama, ini saatnya pengaruh racun bekas luka ini akan menyiksaku seper
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status