Home / Fantasi / The Story of Jawata: Pusaka Ajaib / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of The Story of Jawata: Pusaka Ajaib: Chapter 51 - Chapter 60

177 Chapters

51. Pusaka Bersatu

Dua pusaka bersatu. Mengeluarkan sayap pelangi. Tujuh warna dalam lingkaran cahaya. Sekejap saja menampakkan wujud lain.__________Seorang pemuda keluar dari balik pintu utama Istana Emas. Wujudnya terselimuti cahaya biru berpendar lembut dari kulit dan pakaian putih yang dikenakan. Ia melangkah tegap menuju halaman istana, mendekati Taja bersama Raojhin dan Lorr En berkumpul. Suasana fajar menambah nuansa rona biru di tubuh pemuda itu makin berpendar cerah."Dia datang!"Teriak Taja menunjukkan bahwa ucapannya terwujud. Seseorang muncul dengan wajah yang dikenalnya, telah datang sesuai perkiraan. Taja berbinar. Rasa syukur dan lega sangat mendalam, sebanding dengan rasa lelah dan letih sakitnya."Dia. Radhittama!"Taja meneriakkan nama seseorang yang muncul. Saat itulah Raojhin terbelalak. Terkejut ia sehingga tak mampu mengucap sepatah kata pun. Sesosok pemuda bercahaya biru yang dilihatnya, sangat mencengangkan.Taja menyongsong ke arah Radhit berjalan menuju padanya. Radhittama, s
Read more

52. Senjata Pamungkas

"Tidak ada daya dan upaya dari senjata apapun, kecuali dengan ijin Yang Maha Kuasa!"__________Taja tersadar dalam lingkaran cahaya formasi Pusaka Bersatu. Bersama Raojhin, Lorr En dan Radhit."Tidak ada daya dan upaya dari senjata apapun.""Kecuali dengan ijin Yang Maha Kuasa!"Mantera diucapkan Radhit ternyata sama persis seperti yang diucapkan Tuan Pasvaati. Seolah suara Tuan Pasvaati menjelma suara Radhit dalam waktu bersamaan."Sha ....""Ha ....""Da ...!"Kata terakhir terucap dari bibir Radhit. Refleks, Pasvaati melesat dari Sang Gendewa. Berikut ribuan panah dari busur Pemanah Gaib meluncur ke angkasa. Langit Tanapura bertaburan cahaya.Pasukan Hijau tengah sibuk menghadapi Serdadu Bidadari, seketika terhenti aksi mereka. Terpaku di tempat masing-masing. Masih dalam suasana fajar yang terang benderang di bawah gemerlap cahaya kubah di langit-langit Tanapura. Bersamaan dengan itu, Serdadu Bidadari menghilang ditelan cahaya-cahaya lebih terang.Pasvaati dan ribuan panah mencapa
Read more

53. Kesurupan

"Padukaaa ...!!!"Teriak semua orang dengan histeris. Ruangan utama Istana Elang dipenuhi kepanikan."Padukaaa, sadarlah!!!" penjaga-penjaga menjerit. Namun tak sedikitpun Paduka Raghapati tergugah dari kesurupan yang tengah mengekang jiwanya."Heaaaargh ...!!!"Alih-alih Paduka Raghapati tersadar, justru semakin brutal. Tidak cukup puluhan penjaga mengendalikannya. Tubuhnya kaku tegang menghempas penjaga-penjaga yang memegangi tubuh Paduka dari berbagai sisi. Mereka terlempar ke segala arah. Ruangan Istana Elang berantakan."Paduka!" Ketua Sujinsha menyebut Paduka agar tersadar. Sejak awal mengetahui keadaan Paduka, dialah orang yang pertama menjaga Paduka sejak semalam.Situasi tidak terkendali lagi. Paduka beralih pada Ketua Sujinsha yang sekarang berada persis di hadapannya setelah penjaga-penjaga itu bergelimpangan tak berdaya."Paduka, sadarlah!" panggil Ketua. Namun Paduka dengan wajah pucat pasi, menarik leher Ketua Sujinsha dengan gerakan yang begitu cepat. Tenaga Paduka dalam
Read more

54. Kejahatan Tersingkap

"Kembalilah ke cahaya, jiwa yang tenang! Sirnalah kejahatan dari dalam!"________Sing ...!Suara pedang terhunus di tangan Ketua Sujinsha. Pedang tipis itu terayun berkali-kali. Sementara nafasnya terengah-engah belum sempurna.Tak mampu berpikir banyak. Ketua Sujinsha melancarkan jurus pedang ke arah Paduka. Ujung pedangnya menusuk di satu titik terbuka di tengah dada."Heaaagh ...!" Lagi-lagi Paduka meraung lantang. Alih-alih pedang di tangan Ketua menembus kulit, justru tangan Paduka mencengkeram erat ujung pedang di depan dadanya. Dengan sekali hentakan, tubuh Ketua terpental. Pedangnya berpindah ke tangan Paduka. Sementara Ketua Sujinsha terlempar di sisi pilar ruangan. Belum sempat ia bangkit, Paduka berbalik melancarkan pedang ke arah Ketua Sujinsha."Aagh ...!!!"Pedang di tangan Paduka menembus jirah Ketua Sujinsha tepat di bagian dada."Ketua!!!"Orang-orang berteriak histeris. Tubuh Ketua Sujinsha ambruk seketika. Darah segar dari lukanya bersimbah ke lantai."Aaaagh ...!"
Read more

55. Pengkhianat

"Abdi-abdi terpercayaku ..., ternyata mata-mata dan pengkhianat!"__________Langit Tanapura dalam naungan kubah cahaya biru cerah, seperti terbit Sang Surya lebih awal dari waktunya.Paduka di ambang pintu Istana Elang, menatap ke arah langit, terpukau pandangannya selama menyadari hal itu."Jangan bangunkan aku jika ini hanya mimpi," Tanpa terasa terucap dari mulut Paduka Raghapati. Sementara Putri Alingga memeluk sebelah lengan kanan Paduka ayahandanya, sembari terisak haru setelah sekian lama merindukan kehangatan kasih sayang Sang Ayah.Ini pertama kali Paduka Raghapati tersadar setelah sekian lama di bawah pengaruh sakit yang membuatnya gila dan lupa semua orang serta keadaan."Pemuda, siapakah engkau?" Paduka melihat punggung seorang pemuda berpendar cahaya biru yang lembut. Pemuda itu hanya beberapa langkah di depan Paduka, menghadap langit yang sama dari tempatnya berada di tepi teras Istana Elang."Selamat menghirup udara bebas, Paduka," jawab pemuda itu tegas, belum usai pan
Read more

56. Praja Emas 1

"Lencana Emas, identitas praja dengan hak istimewa. Juga mewakili mandat untuk pembuka jalur gaib Tanapura."__________Balairung Elang dalam keadaan khidmat. Hanya beberapa orang tertentu yang hadir. Hari ini, Paduka Raghapati memimpin ritual penobatan yang langka terjadi di Tanapura. Sebuah penobatan Praja Emas. Belum tentu dalam satu sampai dua tahun sekali, terjadi acara bermartabat luhur setingkat ini.Seseorang di sisi Paduka Raghapati sebagai pengganti abdi terdahulu. Dia, Ki Ageng Mukti. Mempersiapkan sebuah nampan tertutup kain sutra. Di baliknya, pasti sesuatu yang berharga untuk dipersembahkan kepada calon Praja Emas.Putri Alingga ikut hadir dalam acara penobatan di Balairung Elang. Sedangkan Ketua Sujinsha, keadaannya tampak lebih membaik semenjak kejadian kesurupan Paduka Raghapati yang menyebabkan Ketua Sujinsha tertusuk pedang.Sembilan anggota Dewan Petinggi Tanapura turut diundang hadir untuk menyaksikan ritual penobatan Praja Emas. Sebagian senang, sebagian masih mer
Read more

57. Praja Emas 2

"Sejak hari ini, aku menobatkan kalian bertiga sebagai Praja Emas!" __________"Apa ...?!"Sangat mengejutkan Paduka Raghapati. Demikian juga semua orang dari jajaran Dewan Petinggi, Ketua Sujinsha, Putri Alingga, sampai Ki Ageng Mukti pun terkejut mendengar hal itu.Antara rumor dan mitos turun temurun di Tanapura, mereka sendiri bahkan tidak meyakini perihal Roh Biru ada di Tanapura."Maksudmu ... Tuan Guru Radhit?!" Paduka Raghapati menyebut sebuah nama yang dipertuan."Apakah aku orang terakhir yang tahu tentang hal ini?!" Paduka Raghapati menoleh ke sekitar orang-orang yang hadir. Wajah-wajah para petinggi sama heran seperti Paduka Raghapati. Mereka saling melempar pandang satu sama lain.Melihat Ketua Sujinsha seperti hendak mengatakan sesuatu, pandangan Paduka Raghapati terhenti padanya."Hamba juga baru saja mengetahui tentang Roh Biru," kata Ketua Sujinsha di posisi duduk bersila, melipat telapak tangannya di depan dada sambil mengatakan hal itu."Praja-praja seusia mereka, m
Read more

58. Seraut Wajah

"Dia gadis Surimukhti. Sebagian besar dari kaum mereka berwajah mirip hewan!"__________"Shan ...."Taja memanggil lirih.Wajah gadis Graha Tabib tertutup cadar. Diperhatikannya baik-baik. Hanya tampak sepasang kelopak mata terpejam rapat. Tubuh terbujur lemah, tak bergeming di atas pembaringan.Taja hampir setiap hari menjenguk Shaninka di Graha Tabib untuk sekedar mencari tahu perkembangan Shaninka. Sejak kejadian kesurupan Paduka, ia belum siuman."Ini sudah lewat hari ke-tujuh. Dia belum siuman," kata seorang perawat yang bertugas jaga pada hari itu.Taja mulai khawatir, "Apakah parah?"Perawat itu menjawab, "Setiap saat, darah keluar dari hidung dan telinga."Menandakan sesuatu yang serius. Taja menyentuh telapak tangan Shaninka. Aliran hangat dari tangan Taja mengalir perlahan.Nadinya sangat lemah. Taja merasakan itu sangat dalam. Terpejam kedua matanya cukup lama. Sampai seorang perawat lain datang tanpa disadari."Apa yang kamu lakukan?" tanya perawat itu. Di tangannya mangku
Read more

59. Gadis Surimukhti

"Dia itu ... gadis Surimukhti."Kata Raojhin, dirasa Taja belum mengetahui siapa Shaninka."Surimukhti?" Taja heran."Sebagian besar dari mereka, para gadisnya berwajah mirip hewan!" lanjut Raojhin serius."Benarkah?!" Taja tercengang. Pandangan matanya terlena sesaat lalu ketika cadar Shaninka terbuka. Sama sekali tidak seperti kera putih. Taja mengira bahwa ucapan Raojhin sekedar bergurau saja.Tak disangka, tampak seseorang datang dari arah belakang Taja. Malam seperti ini, masih ada yang hendak berkunjung untuk menjenguk Shaninka di bangsal pengobatan."Tanyakan pada Putri Alingga. Dia yang paling dekat dengan Shaninka. Dia juga pernah melihat wajah Shaninka di bawah purnama," kata Raojhin ketika Putri Alingga menghampiri pintu utama menuju bangsal dan melintas di dekat Raojhin bersama Taja."Ada apa?" tanya Putri Alingga. Melihat Taja terlihat gusar, seperti ingin berbalik tanya."Benarkah Tuan Putri pernah melihat wajah Shaninka?" Taja ingin memastikan perihal yang dikatakan Raoj
Read more

60. Penguasa Kegelapan

"Binasa lebih baik daripada hidup terhina di bawah kakimu!"________Istana yang kelam.Hawa magis terasa kental berbaur aroma darah. Suara langkah kaki terseret-seret menapaki kedalaman ruang istana yang gelap dan hening.Sesosok gagah berpakaian lengkap Jirah Penguasa. Pada bagian wajahnya terpasang topeng baja, menyatu dengan sepasang tanduk banteng di atas kepala. Ia tak beranjak dari singgasananya."Ceroboh!""Tidak berguna!!!"Teriaknya dengan sangat lantang. Menyeruak ke seluruh ruang istana yang kelam, menyambut hamba tua renta ambruk di bawah singgasana. Tertelungkup kesakitan. Di bawah remang-remang cahaya api obor menerangi sebagian ruangan, tampak hamba Si Tua Renta tak berdaya."Ampun, Tuan Paduka!!!" jerit menyayat membahana di dalam kegelapan. Pilar-pilar istana menjadi saksi bisu hamba Tua Renta itu mengemis kehidupan."Tak ingatkah Tuan Paduka akan pengorbanan hamba selama ini," perih suaranya terdengar berat seiring nafasnya yang sesak."Hamba menua demi Tuan Paduka .
Read more
PREV
1
...
45678
...
18
DMCA.com Protection Status