Share

60. Penguasa Kegelapan

Author: JWT Kingdom
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Binasa lebih baik daripada hidup terhina di bawah kakimu!"

________

Istana yang kelam.

Hawa magis terasa kental berbaur aroma darah. Suara langkah kaki terseret-seret menapaki kedalaman ruang istana yang gelap dan hening.

Sesosok gagah berpakaian lengkap Jirah Penguasa. Pada bagian wajahnya terpasang topeng baja, menyatu dengan sepasang tanduk banteng di atas kepala. Ia tak beranjak dari singgasananya.

"Ceroboh!"

"Tidak berguna!!!"

Teriaknya dengan sangat lantang. Menyeruak ke seluruh ruang istana yang kelam, menyambut hamba tua renta ambruk di bawah singgasana. Tertelungkup kesakitan. Di bawah remang-remang cahaya api obor menerangi sebagian ruangan, tampak hamba Si Tua Renta tak berdaya.

"Ampun, Tuan Paduka!!!" jerit menyayat membahana di dalam kegelapan. Pilar-pilar istana menjadi saksi bisu hamba Tua Renta itu mengemis kehidupan.

"Tak ingatkah Tuan Paduka akan pengorbanan hamba selama ini," perih suaranya terdengar berat seiring nafasnya yang sesak.

"Hamba menua demi Tuan Paduka .
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   61. Persekutuan Lima Pedang

    "Mayapadhi, Padmangulan, Wetanampel, Adhiwangsa, dan Sangkanaya. Mereka membentuk Persekutuan Lima Pedang."__________"Tuan Muda Shiji Wungsu dari Mayapadhi. Sampaikan pada Paduka Raghapati, kami telah hadir!"Seru seorang pengawal yang berada di barisan paling depan dari rombongan Sekte Mayapadhi. Mereka kebanyakan laki-laki daripada perempuan.Pakaian khas Mayapadhi yang dikenakan perempuan, hampir tidak ada beda dengan yang dikenakan lelaki. Gaun panjang dan rambut terurai panjang. Perempuannya memakai cadar dan sedikit hiasan rambut.Rombongan Mayapadhi berhenti sejenak, menghaturkan salam hormat pada barisan yang dipimpin Praja Emas di ambang gerbang Tanapura."Selamat datang, para tamu dari Mayapadhi. Paduka Raghapati sudah menunggu!" Taja, Raojhin, dan Lorr En menghaturkan salam hormat diikuti semua praja di belakang mereka, menyambut dengan sukacita.Di antara mereka, tampak seorang pemuda menunggang kuda putih perkasa. Kulit pemuda itu cerah. Badan tinggi tegap. Berpakaian ra

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   62. Tamu Agung

    "Wajahnya bercadar putih. Tampak ciri khas sulam cempaka."__________"Kalian pergi begitu saja!"Lorr En mengomel sepeninggal Taja dan Raojhin. Apa boleh buat, ia hanya membiarkan mereka berdua pergi dari tugas menyambut para tamu di gerbang Tanapura. Sepertinya kedua temannya itu menuju jalur pedesaan.Hanya Lorr En memimpin barisan praja sekarang. Ada satu rombongan lagi yang datang untuk disambut. Semuanya menunggang kuda."Kami dari Kakilangit, sampaikan pada Paduka Raghapati bahwa kami telah hadir!" suara lantang pengawal dari rombongan itu menghadap Lorr En."Selamat datang, para tamu dari Kakilangit. Paduka Raghapati sudah menunggu, silahkan masuk!" Lorr En menjawab salam mereka, diikuti semua praja di belakangnya. Tatap mata Lorr En mengarah pada seseorang yang tampaknya paling berkuasa. Dia di atas kuda hitam tunggangannya. Wajahnya mengulas senyum datar pada Lorr En dan semua praja yang menyambut.Ada seseorang lain di samping orang itu. Ia pun menunggang kuda hitam. Seorang

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   63. Anjing Lusuh

    "Ah, aku melihat dia sangat tampan!" suara-suara para gadis berkumpul di kedai desa, menarik perhatian Raojhin."Jika bidadari adalah laki-laki, pasti itu jelmaan Shiji Wungsu!" teriak suara gadis sampai terdengar dari tempat Raojhin berdiri di ujung jalan desa. Kedengarannya, suara riuh itu berasal dari sebuah kedai."Tuan Muda dari Mayapadhi, benar-benar luar biasa!" derai manja tawa mereka meramaikan kedai yang penuh orang."Dasar wanita! Ada yang lebih tampan dan berwibawa, pindah pula mereka ke lain hati!" Raojhin mengomel sendiri."Eh, Tuan Muda! Ingin memesan apa?" seorang gadis pelayan menghampiri Raojhin yang baru duduk di bangku yang tersisa.Raojhin sebenarnya tidak sedang ingin makan atau minum. Ia hanya ingin santai sejenak sambil berpikir. Tetapi kedai itu benar-benar nyaman."Apakah kamu melihat seekor anjing sekitar sini?" tanya Raojhin pada gadis pelayan."Anjing?" gadis pelayan heran. Sebentar dia tolah-toleh ke sekeliling."Tidak, Tuan!" jawabnya singkat. Dirasa gela

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   64. Lelaki Salih

    "Jangan membuat Lelaki Salih itu tersinggung. Jangan sampai ia mengumbar pedang tersembunyi dari wujud gaib kesaktiannya. Aku sangat tidak menginginkan hal itu."________"Dia, Shiji Wungsu Sabha."Paduka Raghapati mengucap sebuah nama tersohor. Di kalangan mereka, sudah tidak asing nama itu. Seorang lelaki pemilik nama tersebut, menjadi salah satu Tamu Agung pada Perjamuan Besar besok. Kedatangannya dianggap sesuatu luar biasa.Malam itu, terjadi perbincangan perihal Tamu Agung dari Mayapadhi."Sabha. Marga ternama dengan makna terpuji dan sakral," begitu lanjut Paduka Raghapati.Taja, Raojhin, dan Lorr En, duduk bersila sebaris, mendengarkan dengan seksama. Paduka Raghapati duduk berhadapan dengan ketiga Praja Emas itu. Mereka berbincang santai namun serius.Tidak jauh di sebelah Taja, Ketua Sujinsha turut mengisi ruangan. Tidak ketinggalan, Ki Ageng Mukti, juga berada di tempat itu. Berenam di dalam ruangan serambi khusus, mereka berkumpul dan membahas sesuatu bersinggungan dengan M

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   65. Lembah Arwah

    Jinsha ....Jinsha ....Seorang pemuda jatuh bangun menelusuri kegelapan. Bebatuan terjal dan kabut gelap menyelimuti. Seakan tidak akan pernah terlihat pagi lagi.Jinsha ....Suara-suara mendesis, berebut mengejarnya dari belakang.Jinsha ....Lari kemana kamu ...?!Sesosok gelap makin mendekat, jerit lengking mengejar pemuda itu ketakutan."Tidak ...!" teriak pemuda itu, tersandung dan terjatuh berkali-kali.Sesosok bayangan makhluk gelap, menyerupai segunduk bongkah bulat raksasa dengan sulur-sulur belalainya mencuat. Tiba-tiba muncul dari balik kabut."Kemarilah ...!!!" suara mendesis makhluk itu. Sulur belalainya yang berduri mencengkeram erat pemuda itu tergeletak di tanah."Tidaaak ...!!!" teriakan berubah jerit, pemuda itu terseret-seret sampai mendekati tubuh makhluk itu."Tidaaak ...!!!" dalam ketakutan dan suaranya gemetar lemah, sangat menyakitkan terhisap oleh makhluk itu."Ti ... tidaaak ...!"Nafas tersengal-sengal. Ketua Sujinsha terjaga dari mimpi buruk. Ia tersedak. K

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   66. Ingatan Terdalam

    Jerit melengking. Ingatan terdalam yang terkenang dalam dirinya.________"1000 Keping Emas!"Seru seseorang berpawakan besar dan perut gendut. Tawa menyeringai dan tampak sederet giginya yang berantakan."Serakah!" Ketua Sujinsha memaki. Kesal namun ditahannya.Terjadi perniagaan yang sebenarnya lebih mudah diselesaikan dengan menghunus pedang atau bahkan menumpahkan darah si Gendut itu. Tetapi Ketua lebih pandai menahan diri untuk tidak melakukannya."Kakilangit bisa memberiku lebih mahal!" kata si Gendut itu.Setelah tersesat di Lembah Arwah, keadaan memaksa Ketua Sujinsha dan sekawanannya mendatangi segerombolan pedagang yang kebetulan singgah dan bertemu mereka. Sampai akhirnya terjadilah aksi jual beli ini. Sesuatu menarik dirinya untuk membeli para budak yang terlantar oleh pedagang-pedagang manusia ini.Ketua Sujinsha melemparkan sesuatu. Seikat pundi penuh berisi kepingan emas. Ditambah sebilah belati miliknya diserahkan pula."Ini cukup!" tawa pemimpin gerombolan itu tertawa

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   67. Bocah Malapetaka

    "Sangat ditakuti, mimpi buruk bagi setiap orang memburunya. Tetapi sangat lekat denganku!"________"Ketua ...."Terdengar sayup-sayup kian jelas, seseorang memanggil lirih."Ketua Sujinsha ...," sekali lagi terdengar namanya dipanggil. Terasa seseorang menggugah pundaknya. Kedua mata terbuka perlahan, Ketua Sujinsha akhirnya tersadar dalam keadaan dirinya banyak balutan.Sebuah wajah bersih dan rupawan berada di depan matanya ketika terbuka lebar. Wajah itu sempurna dengan sebuah ulas senyum.Ketua Sujinsha terbelalak. Seorang anak muda dengan wajah itu, berbalik kaget. Ia menarik diri seketika dari hadapan Ketua Sujinsha, lari bersembunyi ke semak-semak."Aku ... di mana ...?" Ketua Sujinsha menyadari dirinya sedang berada di suatu tempat yang rindang. Terdengar gemercik suara air tidak jauh dari tempatnya.Semakin tersadar Ketua Sujinsha, anak buahnya yang berjumlah enam orang, tampak sudah terjaga dalam keadaan segar bugar. Barulah dia tahu jika dirinya yang paling terakhir siuman.

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   68. Kepingan Jawata

    "Himpunan Pasvaati, Roh Biru dan Lima Bersaudara. Kepingan Jawata yang terpisah selama ini, akhirnya disatukan."__________"Hmm ....""Jadi seperti itu, kamu menemukan Taja?" Paduka Raghapati sangat menyelami kisah yang dituturkan Ketua Sujinsha."Aku iri, kenapa bukan aku yang menemukan dia?" tambah Paduka Raghapati sembari menghela nafas. Sedikit berandai-andai, "Sekarang, pemimpin dari berbagai sekte hadir di Tanapura. Menurutmu, apakah mereka akan mendengarkan aku jika menyinggung tentang Wasiat Babad Jawata?"Ketua Sujinsha menggeleng ringan, "Persekutuan Lima Pedang tidak akan mudah mempercayai Wasiat Babad Jawata," jawabnya."Sejak dulu, mereka orang-orang yang teguh hati. Terlebih-lebih penguasa Mayapadhi, pewarisnya pun sama teguh hati dengan pendahulunya. Wajah Salih itu tidak mudah lunak hatinya," lanjut Ketua, menyindir seseorang."Shiji Wungsu ...," kata Paduka menyebutkan sosok itu lagi. Lelaki tersohor dengan julukan Wajah Salih, tidak salah lagi, sudah pasti Penguasa M

Latest chapter

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   177. Sandera

    Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   176. Kembali Ke Dunia Fana

    Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   175. Satu Kembali. Satu Hilang.

    Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   174. Hantu Pasir

    Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   173. Strategi Darurat

    Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   172. Perisai Magis

    "Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   171. Pertolongan Tak Terduga

    Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   170. Badai Angin Malam

    Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   169. Elang Pembantai

    Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta

DMCA.com Protection Status