"Firasatku mengatakan, Taja sangat mirip dengan seseorang, tampak tidak asing bagiku.""Namun aku belum tahu pasti. Identitas diri Taja juga memperkuat, walaupun aku masih ragu," kata Paduka Raghapati, berpikir serius."Taja memiliki identitas Liontin Cakra Lintarwangi dan Kasta Sakabhumi. Bukan sembarang orang memiliki identitas itu. Pemiliknya, sudah pasti keturunan penguasa sekte berpengaruh di Jawata," lanjut Paduka Raghapati."Lintarwangi hanya dimiliki segelintir orang saja. Jika tidak salah, berasal dari keturunan bangsawan Kakilangit," kata Paduka Raghapati. Semakin dipikirkan, semakin menyita penasaran."Hamba pun merasakan hal yang sama seperti Paduka," kata Ketua Sujinsha sependapat."Firasatku mengatakan juga, Taja sangat mirip dengan seorang putra dari karibku bernama Sasenka," Paduka Raghapati menyebut sebuah nama. Membuat Ketua Sujinsha berpikir serius tentang nama itu."Sasenka?" Ketua Sujinsha mencoba mengenali nama yang disebut Paduka. Namun, sungguh dia tak mengenal
"Himpunan Pasvaati untuk Lima Bersaudara, kelak yang akan menjawab tantangan Persekutuan Lima Pedang."________"Aku akan tunjukkan pada seluruh dunia, kekuatan sejati Tanapura, warisan Sembilan Guru. Tidak seorangpun dapat menentangnya," lanjutnya.Kemudian Paduka Raghapati sedikit membisikkan sesuatu lebih mencengangkan di dekat telinga Ketua Sujinsha."Himpunan Pasvaati," sesuatu dibisikkan Paduka Raghapati lirih tegas. Mendengar itu, Ketua Sujinsha mengernyitkan dahi. Kiranya apa, baru sekali ini didengar istilah Himpunan Pasvaati. Sama sekali Ketua Sujinsha belum pernah mendengar sebelumnya."Himpunan Pasvaati?" Ketua Sujinsha heran, terkejut bercampur baur rasa penasaran. Paduka Raghapati mengangguk."Pusaka paling berharga, sangat tersembunyi di Tanapura," kata Paduka Raghapati semakin membuat Ketua Sujinsha terasa bodoh, selama tinggal di Tanapura, ada benda sangat rahasia dan berkekuatan tak terbayangkan, namun tidak pernah tahu."Himpunan Pasvaati berwujud Pedang, Panah, Tomb
"Aksara yang terukir, tampak berkilat-kilat, pertanda keaslian Wasiat Babad Jawata dibuat oleh Sembilan Guru."________"Selamat atas kesembuhan Paduka Raghapati! Kami semua hadir di sini untuk memenuhi undangan!" seseorang mewakili Persekutuan Lima Pedang, angkat bicara."Panjang umur untuk Paduka Raghapati!" serentak semua orang hadir mengucapkan itu. Tak terkecuali orang-orang Persekutuan Lima Pedang.Paduka Raghapati mengangguk penuh rasa syukur dan terimakasih. Senyumnya untuk semua orang yang hadir."Hari ini, kita bertemu lagi di Balairung Emas. Terakhir kali, sepuluh tahun lalu terjadi pertemuan seperti ini!" kata Paduka Raghapati kepada para undangan."Perihal apa yang hendak Paduka sampaikan kepada kami?" tanya orang dari perwakilan Persekutuan Lima Pedang.Paduka Raghapati memberi isyarat pada Ki Ageng Mukti untuk bergerak ke depan singgasana, di hadapan banyak orang. Mereka singgah di barisan kursi keemasan, menghadap meja makan masing-masing."Paduka menghimbau kepada semu
Paduka Raghapati lebih senior, menanggapi Shiji Wungsu dengan senyum hormat pula. Salih dan terhormat seperti apapun dia, tetap saja masih kalah usia dan pengalaman dalam dunia Jawata yang sesungguhnya."Tuan Muda Shiji Wungsu. Apakah benar yang dikatakan orang, bahwa orang-orang Mayapadhi akan selalu patuh pada leluhurnya, yakni Guru Besar Rhuttasomma?" tanya Paduka Raghapati kepada Shiji Wungsu sekaligus orang-orang Mayapadhi yang hadir."Sampai saat ini, ajaran dan budi pekerti serta amanah beliau, aku dan semua pengikut-ku selalu mentaati dan mengikuti petuah beliau," jawab Shiji Wungsu tanpa ragu menjawab."Itukah yang menjadikan dirimu memiliki predikat Orang Salih?" lanjut Paduka Raghapati bertanya."Tuan Muda yang Mulia dan Salih!" begitu orang-orang mengucapkan secara bersamaan walaupun tanpa aba-aba. Seolah menjawab pertanyaan Paduka Raghapati. Kalimat itu sudah terbiasa menjadi budaya dan kebiasaan mereka keseharian."Benarkan, Orang Salih dan Taat ...?!" pandangan Paduka Ra
Hantaran hidangan dan minuman, memasuki Balairung Emas. Lengkap dengan pelayan-pelayan muda nan cantik.________"Praja Emas hadir ...!"Suara penjaga pintu berseru lantang, menandakan kehadiran tiga praja, yaitu Taja, Raojhin dan Lorr En. Berpakaian lengkap Praja Emas. Semua mata memperhatikan ke arah mereka datang."Kami menghaturkan maaf atas keterlambatan hadir," ketiganya berdiri menghaturkan sikap hormat kepada semua tamu.Seketika itu juga, perhatian Paduka Jayasinggih dan pengikutnya tertuju pada mereka. Wajah berseri-seri dengan mahkota pita emas di kepala Taja. Tetapi ekspresi dingin Paduka Jayasinggih menyambut Taja, menyiratkan tanda tanya mendalam."Praja muda itu ...," terkesiap penuh heran, Paduka Jayasinggih diselimuti rasa tak percaya akan penglihatannya sendiri selama memperhatikan Taja untuk pertama kali."Bocah Malapetaka, bukankah kamu ... sudah mati?!" tak terasa Paduka Jayasinggih berucap itu dan terdengar oleh hampir semua orang di dalam Balairung Emas. Apa yang
"Tali Merah Bayi. Sebuah tradisi perjodohan di antara kaum kami."________Sempoyongan. Seperti mabuk berjalan, sesekali Taja meraba-raba dinding. Pandangannya tiba-tiba kabur, tanpa sengaja menubruk seseorang."Maaf ...," di sela-sela ingatan mengerikan itu, Taja ambruk di tempat. Seseorang membantunya berdiri."Tuan Muda, kenapa?" sebuah wajah tampak kabur seiring seseorang bertanya.Dalam pandangan semakin kabur, Taja menyibak-nyibakkan mata dengan kedua tangannya. Seperti ada kabut menyelimuti pandangannya saat itu. Hanya dia yang bisa merasakan."Wajahmu tertutup kabut kejahatan!" pemuda itu meniup wajah Taja untuk sesaat. Sembari merapal sesuatu yang tak jelas kedengarannya. Lalu gerakan tangannya seperti sedang menyibak kening Taja dari pengaruh gaib.Samar-samar, Taja mulai melihat jelas seseorang yang sudah menolongnya itu. Di depannya sekarang, wajah asing seorang pemuda. Matanya bulat, coklat terang. Rambutnya berombak dengan warna sama seperti rona matanya. Ia mengenakan pa
"Aku mengira, akan ada pertandingan sejenis adu jurus atau adu pedang. Ternyata hanya permainan konyol."________"Pandai. Cerdik."Kata-kata singkat terucap dari orang-orang sedang membicarakan seseorang.Perjamuan Besar hari ke-dua. Lebih banyak dihadiri orang-orang daripada hari sebelumnya."Pandai berdalih," tutur Raojhin. Hanya Taja dan Lorr En yang mendengar itu."Rendahkan suaramu, Rao!" Taja segera mengingatkan Raojhin yang suka asal bicara."Pandai memutar balik logika!" lanjut Raojhin lagi. Taja mendelik tajam padanya sembari melihat sekeliling kalau-kalau ada yang mendengar."Cerdik dalam berkata-kata!" seseorang tiba-tiba menghampiri mereka bertiga. Seseorang itu dari Persekutuan Lima Pedang. Rupanya orang itu adalah Braja Setta."Kalian tidak sebanding dengan Tuan Muda Shiji Wungsu," kata dia lagi.Seorang lagi datang. Dia, Karitta Satvya. Bersilang lengan sedekap di depan dada. Kecuali terhadap Radhit, sebenarnya Taja tidak suka sikap berjalan seperti itu."Dia susah dita
'Wahai, Macanku yang nakal. Bersiap-siaplah! Aku akan menangkapmu.'________Sejak hari ke-tiga Perjamuan Besar. Kabar tentang permainan Lontar Cinta disebarkan. Hanya dalam dua hari, Lontar Cinta menjadi sayembara hangat di kalangan wanita lajang di Tanapura. Bukan hanya di kalangan istana, tetapi seluruh pelosok kawasan tanah Tanapura.Mereka, dari kalangan gadis terpelajar sampai warga biasa, sangat antusias mengikuti sayembara Lontar Cinta. Tidak peduli kelak apa yang akan didapatkan oleh mereka, namun sekedar menyampaikan rasa suka dan mengungkapkan cinta kepada pria pujaan hati, adalah kesempatan yang sangat langka.Lontar Cinta. Sebuah komunikasi berupa tulisan yang terukir pada bilah daun pelepah, nyiur kering dan diawetkan, hingga lontar yang paling mahal dari bahan yang sulit dicari yang terbuat dari bilah pohon jati. Juga lontar dari kulit rotan. Selain itu, lontar kulit hewan menjadi pilihan langka. Mereka semua sibuk mengukir kalimat-kalimat indah kepada seseorang yang dit
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta