"Sebanyak itu untuk Taja?"Paduka Raghapati terpesona dengan jumlah lontar tak terduga banyaknya. Belum lagi di meja milik Taja, sudah ada tumpukan gulungan lontar.Pada hari itu, semua lontar sudah dihitung. Pengawal-pengawal itu membawa gulungan lontar yang ditujukan untuk Taja."Jumlah keseluruhan, 7000 Lontar Cinta untuk Praja Taja," kata kepala pengawal menyampaikan hasil penghitungan."Kami semalaman menghitung dengan sangat teliti," tambah pengawal itu tegas."7000 Lontar Cinta?!" tak percaya, Paduka Raghapati tergeleng kepala. Raojhin dan Lorr En sampai ternganga dibuatnya."Tujuh ribu?!" semua orang terheran, berdecak kagum."Tanpa nama pengirim," kata pengawal yang menyatakan hitungan Lontar Cinta untuk Taja."Dari jenis lontar dan gaya tulisan yang sama di dalamnya, sangat jelas dikirim oleh satu gadis," kata pengawal itu menjelaskan."Hanya dalam dua hari dua malam, ada satu gadis yang mengukir tulisan sebanyak 7000 bilah lontar?!" rasa terkejut Paduka Raghapati diselingi r
"Siapa kira-kira gadis Tanapura yang pandai berbagai bahasa, menulis aksara, secara tersembunyi, mampu melakukannya?"________"Sudah aku katakan sebelumnya. Pemenangnya adalah orang yang mendapatkan jumlah lontar terbanyak," jawab Paduka Raghapati, melihat ke arah Taja."Tetapi pengirimnya dari satu wanita," sanggah Karitta seolah tak terima akan penilaian tersebut."Sebanyak apapun, tetap saja dari satu orang wanita. Terlebih-lebih, siapa dia pengirimnya?" tambah Brajasetta, juga merasa tak puas dengan penilaian Paduka Raghapati."Kenapa Paduka menilai dari jumlah lontar? Bukan dari seberapa banyak pengirimnya?" orang-orang Adhiwangsa giliran bersuara."Usaha keras menulis Lontar Cinta sebanyak 7000, dilakukan oleh satu orang gadis," jawab Paduka Raghapati membuat semua berpikir."Itu sebuah keajaiban!" ucapan Paduka Raghapati mengheningkan suasana."Jadi, pemenangnya adalah Taja?" Paduka Jayasinggih ingin memastikan lagi."Benar. Taja pemenang Lontar Cinta!" tegas dan lantang, Paduk
'Siapa dia?''Pelaku yang membuat Lontar Cinta?'Merasa kemenangannya sedang dipertaruhkan, Taja terus menerus memikirkan itu."Aww ...!" teriak Taja dan terkejut. Merasa ada seseorang tiba-tiba muncul dari belakang dan menggigit tangannya."Sakit!" Taja mengusap tangannya. Seseorang yang menggigitnya, ternyata Raojhin dengan menampilkan senyum nakal."Apa yang sedang kau pikirkan? Sendirian pula, jangan melamun," Raojhin menangkap kebingungan di raut wajah Taja."Siapa melamun? Kenapa kau menggigitku?" Taja malah sewot dibuatnya."Aku ingin tahu rasa dagingmu! Ha ha ha...!" Raojhin tergelak tawa nakal."Hah?!" Taja terbelalak.Raojhin terhenti tawanya karena muka Taja yang masam akibat gigitannya, "Aku heran, kenapa banyak orang tertarik padamu?""Ah!" Taja meringis. Bekas merah akibat gigitan Raojhin."Ternyata, rasa badanmu asam! Cuih ...!" Raojhin meludah, "Aku kira gurih.""Rasakan keringatku!" Taja giliran tertawa melihat tingkah Raojhin."Kamu ingin tahu rasanya dibenci banyak o
"Aku pun penasaran. Coba pikirkan, siapa kira-kira gadis Tanapura yang pandai berbagai bahasa, pandai menulis aksara, diam-diam secara tersembunyi, mampu melakukannya?" tanya Putri Alingga, membuat Taja dan Raojhin ikut berpikir sebentar."Ya, ampun!" Terkesiap. Putri Alingga menepuk dahi sendiri. Kedua matanya terbelalak sendiri selama mengingat sesuatu."Jangan-jangan ... dia pelakunya?!" Putri Alingga terkejut. Seseorang terlintas tiba-tiba di pikirannya, muncul sebagai jawaban dan hanya dia yang tahu."Siapakah dia, Putri?" Raojhin menunggu Putri Alingga menyebutkan sebuah nama."Siapakah dia?" Taja pun penasaran seserius itu."Tidak akan aku beritahu pada kalian," jawab Putri Alingga menolak untuk memberitahu."Kenapa?" heran Taja dan Raojhin hampir bersamaan. Kecewa lantaran Putri merahasiakan orang tersebut."Aku khawatir ... dia akan malu, jadi lebih baik aku tidak memberitahu pada kalian," jawab Putri Alingga lantas berbalik."Putri!" Taja tak bisa menghentikan langkah putri b
"Ilmu yang 'kaumiliki, suatu saat akan membahayakan dirimu sendiri."__________Lorr En terhenti langkahnya di pelataran Istana Putri. Bangunan megah tiga tingkat di depannya, tempat tujuan untuk menemui seseorang.Pandangan mata Lorr En mengarah pada sebuah pemandangan bangunan istana bagian atas. Seseorang gadis bergaun putih tengah bersandar di sisi serambi Istana Putri tingkat tiga. Ia tidak sadar jika ada seseorang memperhatikan dirinya dari bawah.Selama memandangi satu wajah tersingkap tanpa cadar. Wajah Sekar Wening dengan sepasang matanya yang jelita. Tampaknya ia tengah melihat cuaca sore yang cerah. Angkasa di atas sana, beradu kecantikan dengan wajahnya.Merasa ada seseorang di bawah sedang memperhatikan dirinya, Sekar Wening melihat ke satu arah di bawah pelataran Istana Putri. Sepasang matanya berubah menjadi tegang ketika tahu siapa yang sedang memandang dari bawah."Sedang apa, Tuan Muda?" seorang gadis pelayan Istana Putri, muncul tidak jauh dari Lorr En mematung di pe
Sementara itu, Brajasetta dan Karitta memperhatikan Shiji Wungsu dan Putri Kakilangit dari kejauhan pagar istana."Mereka sebenarnya sedang membicarakan apa?" Brajasetta menggumam heran."Entahlah. Tuan Muda Shiji tidak pernah seperti ini sebelumnya," jawab Karitta di sebelahnya. Membalas arti tatapan mata Brajasetta yang mencurigai sesuatu."Ini pertama kali Tuan Muda ingin bertemu seorang gadis," kata Karitta heran."Mungkin ada urusan mendesak dengan Kakilangit," jawab Brajasetta tanpa menebak lebih jauh lagi."Mengapa tidak langsung saja dia menemui Paduka Jayasinggih?" rasa heran Karitta sama besar seperti Brajasetta.Sesaat kemudian, tampak oleh mereka, Shiji Wungsu dan Sekar Wening berjalan menuju taman Istana Putri."Mau kemana mereka?" Brajasetta semakin heran ketika melihat Tuan Muda mereka bersama Sekar Wening."Apa aku tidak salah lihat?!" Karitta mengusap kedua matanya.Dua orang berhadapan di satu persinggahan duduk di taman Istana Putri."Seorang gadis bermartabat, tidak
Gurat otot di wajahnya, menyingkirkan gambaran Lelaki Salih yang selama ini menyandang dirinya.________Sebuah langkah dalam kesunyian dan remang-remang Balairung Emas. Suasana sepi malam itu, tampak seorang lelaki yang tertinggal di dalam ruangan yang megah.Laki-laki Mayapadhi berpakaian jubah putih sutra sampai batas mata kaki. Rambutnya tergerai panjang, terikat pula gulungan rambut di atas kepala. Seikat pita perak dengan simbol berlian, mengikat dahinya.Ia bergerak perlahan, melewati lontar-lontar berjatuhan di sekitar lantai, kemudian memungut seikat lontar tergeletak di lantai.Lontar Cinta bertuliskan ungkapan singkat.'Wahai, Macanku yang Nakal.Bersiap-siaplah!Aku akan menangkapmu'- Sekar Wening -Cukup lama ia mengamati lontar di tangannya dan membaca berulangkali dalam benaknya. Mengingat kembali bagaimana ungkapan itu dibacakan di depan semua orang saat siang tadi."Itu milik Raojhin," sebuah suara mengalihkan perhatian laki-laki itu. Ternyata, suara itu berasal dari
"Menyembunyikan pohon Berri Ranum seolah-olah tak tampak oleh lawan, cara curang tapi bisa saja itu sah."________"Taja ...!"Lorr En memanggil.Ia habis kesabarannya. Sejak kemarin, Taja tak mau mengatakan apapun."Apa yang sudah dia lakukan terhadapmu semalam?" desak Lorr En, bukan pertama kali menanyakan itu. Namun sekian kalinya, Taja tak menjelaskan apa-apa perihal kejadian semalam ketika bersama Shiji Wungsu."Apa dia melukaimu?" Raojhin ganti bertanya."Sudahlah, aku tidak ingin memperpanjang masalah ini," Taja enggan menjawab. Wajahnya pucat menandakan bekas kesakitan."Jika kamu tetap bungkam, aku akan menanyakan langsung padanya," sedikit menggertak, Lorr En hampir beranjak."Tunggu!" ujar Taja menahannya.Kali ini tak ada pilihan lain. Taja duduk di sebuah batu besar. Jalur menuju Hutan Buah terbuka lebar. Ke arah sana, orang-orang Perjamuan Besar sudah lebih dulu pergi.Tertinggal mereka bertiga yang paling terakhir menuju ke sana."Dia hanya menunjukkan Pedang Jantung Hat
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta