Share

19. Kecantikan Pedih 1

Penulis: JWT Kingdom
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Pasvaati yang melukaiku, hitam pekat berbau anyir, busuk, beracun. Dingin menyiksa. Kesunyian sepanjang nafas. Kecantikan pedih."

______________

Sepasang kaki kadal. Taja mengamati peralatan aneh yang ditunjukkan Tajura.

"Tentara kadal yang mati, meninggalkan ini," Tajura membolak-balik sepasang kaki kadal bercakar tajam.

"Jubah itu juga?" Taja mengingat kejadian saat pertama kali melihat sosok Tajura. Jubah berbentuk kulit kadal hitam bersisik, menyebabkan penampilan si pemakai menyerupai makhluk kadal.

"Ya!" Tajura mengiyakan tegas.

"Jubah sisik kadal!" tambah Tajura. Taja termangu setelah mengetahui semuanya.

"Aku hendak membantumu setelah terbangun, tetapi sepertinya kamu ketakutan saat melihatku pertama kali dengan penampilan jubah kadal," kata Tajura.

"Apa boleh buat, aku belum kuat untuk banyak bergerak tanpa peralatan kadal. Aku sedang masa pengobatan," ujar Tajura. Sebentar kemudian ia menunjukkan sesuatu di kaki dan lengannya. Tampak banyak luka membekas, meninggalkan kisah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   20. Kecantikan Pedih 2

    "Beberapa malam setiap menjelang purnama, aku merasakan sakit yang sangat menyengat!"__________"Taja, aku sekarat ...," ujar Tajura. Melihat kedua bola matanya tanpa harapan, Taja segera memapah Tajura. Mendadak kondisinya lemah.Taja menggeleng perlahan."Tidak ... kita baru saja bertemu. Aku akan mengobati lukamu. Aku tidak sengaja memukulmu berkali-kali," Taja memperhatikan sekujur tubuh Tajura. Teringat kembali sebelum Taja tahu bahwa makhluk kadal adalah saudaranya, terjadi pergulatan di antara mereka berdua. Rasa bersalah karena beradu kekuatan, akibatnya menambah beban sakit di tubuh Tajura."Luka ini tidak bisa sembuh dengan obat apapun," Tajura balas menggeleng ringan, "Hanya racun untuk melawan racun yang terlanjur menyebar di tubuhku, itu yang membuatku bertahan!" jawab Tajura.Taja mengamati luka di dada kiri Tajura."Aku yakin ada jalan," ujar Taja menguatkan."Jika benar perkiraanku malam ini bulan purnama, ini saatnya pengaruh racun bekas luka ini akan menyiksaku seper

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   21. Sukma Bunga Emas 1

    Menyebut mantera pemanggil sukma dari kedalaman inti batin. Hawa lembut tipis mulai keluar dari mulut ke udara. Sukma Bunga Emas.__________"Sukma Bunga Emas."Sesuatu istimewa terbesit dari pikiran Taja. Sekaligus mengingatkan Taja ke masa lalu."Tajura ...."Suara lirih, Taja memanggil nama saudaranya berulang kali. Terpejam berlinang air mata."Tajura ..., jangan khawatir. Aku memiliki sesuatu, 'kuharap dapat menolongmu," parau suara Taja.Disentuhnya pipi pucat saudaranya itu. Hawa dingin menjalar ke pergelangan tangan Taja. Bersumber dari luka di dada Tajura. Namun Taja tidak ingin melepas pelukan. Mempererat kedua tangannya, memeluk tubuh Tajura dari belakang. Punggungnya pun tertular dingin, perlahan kulit mengeras dan beku."Luka ini pernah terjadi pada Ratu ...," Taja teringat suatu peristiwa masa lalu yang pernah terjadi.Beberapa tahun silam. Peristiwa tragis yang telah membantai Gunggali, hutan tempat tinggal Taja dan seluruh kaumnya. Air, tanah, udara, serangga, daun, poh

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   22. Sukma Bunga Emas 2

    "Sukma Bunga Emas mengobati diriku dari racun Pasvaati yang mematikan!"__________"Apa yang terjadi?" Tajura tampak keheranan. Wajah Taja tampak sedikit letih menanggapi pertanyaan itu disertai senyuman tipis.Tajura meraba dada kiri."Luka di dadaku nyaris hilang sama sekali," belum usai Tajura meraba-raba dada kirinya. Terasa mulus dan sehat. Hanya sedikit saja bekas warna gelap di kulit, jejak goresan akibat luka tersayat."Apa yang telah 'kaulakukan padaku, Taja?" Tajura semakin heran. Berganti ia memperhatikan kedua tangan dan kaki sendiri. Sekujur tubuhnya semula banyak luka, sekarang berubah semua tanpa bekas pula."Apakah aku sedang bermimpi?!" Tajura makin heran. Sentuhan tangan Taja di pundaknya, meyakinkan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Tidak disangka luka begitu menganga di dada, telah raib dalam semalam."Bagaimana rasanya menghirup udara segar tanpa rasa sakit lagi?" Taja berbalik tanya."Apa kamu yang mengobati aku?" Tajura terbelalak. Senyum Taja menjawab penuh lega.

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   23. Legenda Sembilan Guru

    Tajura bertolak dari hamparan belukar, melompati bebatuan kemudian melayang tubuhnya seringan kapas di udara, serta merta menggendong adiknya. Mereka meninggalkan kawasan hutan belukar, lalu berpindah ke rongga-rongga raksasa Dunia Bawah."Kamu lupa teman yang bersamamu?" sedikit menyindir, Tajura menggendong erat Taja, berkeliling Dunia Bawah lebih dalam lagi."Teman? Siapa?" malah balik tanya, Taja benar-benar tak ingat siapa yang dimaksud."Ha ha ha!" Tajura tertawa lantang, "Kamu melupakannya!""Siapa?" Taja benar-benar tak merasa ada seorang teman yang hilang, semenjak menginjak Dunia Bawah dan bertemu Tajura."Gattorian yang tertangkap ularku!" Tajura tak henti tertawa."Gattorian? Siapa?" Taja tetap tak ingat juga."Ha ha ha!" makin panjang tawa Tajura mengisi kebersamaan mereka.Dua manusia melintasi rongga-rongga kedalaman bumi. Derai tawa membunuh kesunyian. Merasuki kegelapan demi kegelapan Dunia Bawah.Taja memeluk punggung Tajura erat-erat. Antara takut dan sukacita. Takut

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   24. Kisah Lampau

    "Kakilangit?"Taja tak asing dengan kawasan itu."Benar. Penguasa Kakilangit dan antek-anteknya dengan segala cara, berusaha merebut Dunia Bawah dari tanganku. Itu sebabnya, aku dan Kakek Guru dalam pelarian menghindari orang-orang Kakilangit," jelas Tajura. Ia melangkah Taja mengikuti di sebelahnya, menelusuri hutan jamur di lembah lembab yang luasnya tak bisa ditebak. Setapak kanan kiri, berjejer jamur-jamur raksasa setinggi ukuran tubuh manusia."Kami mengalami kekalahan dalam pertempuran Lembah Arwah setahun silam," Tajura berhenti tepat di sisi jamur hijau empuk. Aroma wangi semerbak di bawah kepala jamur merekah, memancarkan spora bercahaya hijau emas. Tajura memetik sesuatu di sela-sela lipatan jamur itu."Lembah Arwah?" Taja ingat betul kawasan angker itu."Minumlah ini," kata Tajura sambil menyodorkan segenggam bonggol putih barusan dipetiknya dari sela-sela batang jamur. Tanpa basa basi lagi, Taja menghisap buah aneh isinya cairan kental. Rasanya sangat mirip madu. Taja sanga

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   25. Darah Biru

    Dua pemuda. Kembar. Dalam diri mereka, mengalir darah bangsawan. Sama-sama mewarisi kekuasaan yang sewajarnya menjadi hak mereka.__________"Antek?" Taja penasaran.Tajura melanjutkan bicaranya, perihal paling penting."Benar. Dua abdi di kanan kiri Paduka Raghapati, adalah mata-mata. Mereka yang menaruh Teluh Petaka, mengendap sekian lama di tubuh Paduka!" tegasnya lagi."Tanapura dalam bahaya!" kata Tajura. Taja tercengang mendengarnya."Tajura, seandainya kamu berada di permukaan dan mengatakan semua itu pada mereka," Taja berharap saudaranya mampu melakukan sesuatu. Namun Tajura menggeleng saja."Aku diburu antek-antek Kakilangit, penciuman musuh-musuhku sangat tajam, mampu mengendus keberadaanku layaknya hidung serigala terhadap mangsa!"Taja kembali teringat saat pertama kali menginjakkan kaki di Tanapura. Kedua abdi Paduka Raghapati, orang-orang yang sangat mempengaruhi Paduka dan jajaran petinggi. Kedua abdi Paduka tampaknya sangat mencurigai Taja. Bahkan raut muka kedua abdi

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   26. Ksatria Sejuta Luka

    "Gattorian, Ksatria Sejuta Luka. Kekuatan mereka tumbuh seiring banyak luka dalam jiwa dan raga."__________"Dia Gattorian, 'kan?" Tajura menebak tepat."Dari mana 'kautahu?" Taja balik tanya, beralih pandang pada Tajura."Aku bisa melihat mata ketiga di dahinya," jawab Tajura. Sementara Taja tidak melihat ada tanda-tanda itu di dahi Raojhin."Aku pernah beberapa kali bertarung dengan Gattorian!" Tajura mulai mengisahkan pengalaman dirinya yang lain, "Mereka, petarung sampai mati!"Perhatian Taja kembali ke arah Raojhin tertidur pulas dalam posisi duduk bersila."Petarung bayaran?" gumam Taja penuh heran. Semakin tahu tentang bagaimana gambaran Gattorian."Kekuatan Gattorian tumbuh seiring banyak luka dalam jiwa dan raga," Tajura melangkah lebih dekat menuju Raojhin. Ia mengenal betul sosok Gattorian seperti apa."Apakah dia akan menjadi orang yang berbahaya kelak?" Taja mengkhawatirkan Raojhin."Tergantung pilihan hidupnya sendiri. Gattorian bisa menjadi petarung bayaran, atau ksatri

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   27. Pencuri Waktu

    "Jika seratus kali kamu 'mencuri waktu', maka aku pun akan melakukan hal yang sama."__________"Kakanda Nivan!"Suara lembut seorang wanita. Wajahnya ayu, meredam kegundahan seorang lelaki di sisinya."Tunggulah sampai matahari terbit!" kata wanita yang tiada lain adalah istri dari si lelaki.Lelaki yang dipanggilnya Kakanda, tidak segera mengambil keputusan. Raut muka serius, mencari jalan keluar dari masalah yang membuat mereka bimbang dan cemas."Tidak ada yang membuat Adinda merasa berat di sini, bukan?" sebuah pertanyaan namun tidak membutuhkan jawaban kecuali wajah istrinya yang semakin bingung."Tidak mungkin aku meninggalkan Ayahanda Paduka," begitu jawabnya. Sang Suami merasa diduakan oleh istrinya. Namun pria lain saingannya adalah ayah kandung dari wanita yang menjadi istrinya itu. Seseorang pria lain dalam hati istrinya adalah orang yang paling berkuasa di Kakilangit."Sekar Harum ...," lelaki itu memanggil istrinya dengan lembut."Apakah Kakanda sedang memberi perintah un

Bab terbaru

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   177. Sandera

    Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   176. Kembali Ke Dunia Fana

    Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   175. Satu Kembali. Satu Hilang.

    Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   174. Hantu Pasir

    Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   173. Strategi Darurat

    Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   172. Perisai Magis

    "Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   171. Pertolongan Tak Terduga

    Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   170. Badai Angin Malam

    Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   169. Elang Pembantai

    Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta

DMCA.com Protection Status