"Jika seratus kali kamu 'mencuri waktu', maka aku pun akan melakukan hal yang sama."__________"Kakanda Nivan!"Suara lembut seorang wanita. Wajahnya ayu, meredam kegundahan seorang lelaki di sisinya."Tunggulah sampai matahari terbit!" kata wanita yang tiada lain adalah istri dari si lelaki.Lelaki yang dipanggilnya Kakanda, tidak segera mengambil keputusan. Raut muka serius, mencari jalan keluar dari masalah yang membuat mereka bimbang dan cemas."Tidak ada yang membuat Adinda merasa berat di sini, bukan?" sebuah pertanyaan namun tidak membutuhkan jawaban kecuali wajah istrinya yang semakin bingung."Tidak mungkin aku meninggalkan Ayahanda Paduka," begitu jawabnya. Sang Suami merasa diduakan oleh istrinya. Namun pria lain saingannya adalah ayah kandung dari wanita yang menjadi istrinya itu. Seseorang pria lain dalam hati istrinya adalah orang yang paling berkuasa di Kakilangit."Sekar Harum ...," lelaki itu memanggil istrinya dengan lembut."Apakah Kakanda sedang memberi perintah un
"Jika bukan karena ambisimu terhadap Pasvaati, maka kita tidak akan ditahan seperti sekarang!"__________"Kamu mengigau?!"Raojhin tak percaya semua yang dikatakan Taja. Sebaliknya, Taja melempar senyum."Kamu yang mengigau!" balas Taja."Mana mungkin ular-ular besar itu mengantar kita keluar goa!" Raojhin sama sekali tidak percaya. Ia hanya merasa terbangun dari tidur yang nyenyak. Badannya lebih bugar dan ringan."Apa menurutmu, kita bisa selamat begitu saja?" Taja melirik Raojhin sedang sibuk menggerakkan pinggang, serong ke kanan ke kiri diiringi gemeletuk."Lebih tidak masuk akal jika ular-ular itu yang mengantar kita ke permukaan!" Raojhin jadi sewot."Terserah ...," Taja enggan menjelaskan panjang lebar. Lalu beranjak dari hadapan Raojhin."Hei, mau kemana?" Raojhin ditinggal begitu saja, segera menyusul. Sepintas diperhatikan sekeliling tempat mereka berada saat itu."Sebaiknya kita segera kembali ke istana!" Taja menyahut."Kita di kawasan air terjun belakang istana?!" tak ha
Punggung bertekstur menyerupai kulit katak, kasar, licin, bersemu hijau kecoklatan dan menonjol permukaan tulang-tulang aneh.________Nafas Lorr En terdengar tenang walaupun tubuhnya mengalami kelelahan luar biasa. Gelung rambut acak-acakan. Baju terkoyak hingga tampak kulit punggungnya membekas siksaan benda berat."Lorr!" Taja memanggil Lorr En di sudut ruang jeruji tahanan sebelah.Sejenak Taja mengumpulkan tenaga, membentuk bola energi dan dihantamkan ke jeruji pembatas. Suara besi patah terdengar keras ke seluruh lorong penjara bawah tanah.Taja tersadar aksinya menimbulkan bising. Tapi terpaksa dilakukan. Sementara Raojhin ternganga menyaksikan itu. Kiranya tenaga sekuat itu, bisa saja membunuh prajurit-prajurit yang menangkapnya. Taja menyelinap masuk melalui jeruji besi yang patah, menghampiri Lorr En terduduk lemas."Lorr!" penuh prihatin, Taja menyentuh punggung Lorr En penuh memar dan bekas pecutan."Kemana saja kamu beberapa hari ini?" tanya Lorr En, sementara Taja membuka
"Manusia Katak. Laskar Pengendali Tawon. Jangan membuat dia tersinggung!"__________"Tajura?!""Saudara kembar?!" Raojhin mengelus dagu. Kedua mata menyipit, "Jadi, Goa Bawah Sungai ternyata jalur masuk menuju Dunia Bawah ...?" bertubi-tubi Raojhin sulit mempercayai itu.Taja mengangguk tegas."Tajura, kembaranmu, tinggal di Dunia Bawah?" tanya Raojhin bertambah heran jika ada seseorang hidup di kedalaman bumi hanya berteman dengan ular-ular dan kegelapan mencekam. Sangat tidak masuk akal."Bagaimana aku bisa percaya? Aku tidak sadarkan diri, sama sekali tidak merasakan keberadaan Dunia Bawah?" Raojhin menekan keningnya sendiri, berupaya mengingat-ingat. Pada akhirnya ia tetap tak percaya."Sejujurnya, aku pun sangat terkejut ketika mengetahui semua ini. Dia mengaku sebagai saudara kembarku.""Tajura .... Bocah Malapetaka," tak sengaja Taja mengucapkan seseorang dengan julukan yang selama ini diburu seantero Jawata."Apa?! Tidak mungkin!" terbelalak mata Raojhin bukan hanya sulit perc
"Mari kita guncang Balairung Perak!"________Balairung Perak.Suasana tegang menyelimuti persidangan berlangsung atas dua terdakwa. Praja Taja dan Praja Raojhin. Dihadiri Sembilan Dewan Petinggi, beberapa saksi dari segenap prajurit istana, serta dua orang abdi. Persidangan dipimpin langsung oleh Paduka Raghapati."Kalian pencuri pusaka Pasvaati milik Tanapura!" suara lantang menyeluruh Balairung Perak. Berasal dari lelaki tua bernama Ki Sanca, dikenal sebagai Abdi Kiri, sikapnya kelewat berani seolah-olah dirinya berkuasa atas Tanapura. Telunjuk mengarah pada Raojhin dan Taja duduk bersimpuh di lantai, berhadapan dengan Paduka Raghapati di atas Singgasana Perak.Raojhin menghela nafas kesal, merasa tertuduh. Tudingan Ki Sanca dengan raut muka renta, terlihat sangar di balik usia yang sudah tidak muda lagi. Tubuh Ki Sanca bongkok, sulit berdiri tegak sampai harus ditopang tongkat panjang dengan ukiran kepala ular di ujung tongkatnya.Raojhin menggeleng tegas tanda tak terima akan tudu
"Jika benar dicuri, apakah benar-benar Pasvaati hilang dari tempatnya?!"__________"Sssh, sekarang saatnya."Raojhin berbisik, memberi kode kepada Taja berada di sebelahnya. Taja pun menyambut dengan mengangguk. Kedua tapak akar hendak dikerahkan. Raojhin pun bersiap-siap untuk mengeluarkan segenap kekuatan Tapak Naga yang sudah terkumpul di ujung kepal kedua tangan walaupun dalam kondisi terikat rantai.Namun tiba-tiba dari ambang pintu Balairung Perak, seseorang datang dengan langkah cepat, kedatangannya diiringi seruan penjaga di pintu Istana Perak."Ketua Sujinsha hadir!" seru penjaga pintu Istana Perak.Seketika Taja dan Raojhin mengurungkan aksi hendak membuat kekacauan dengan serangan tapak masing-masing. Spontan semua orang di dalam ruangan Balairung Perak, menyambut kaget sesosok yang datang dengan derap langkah cepat dan gegap gempita. Ketua Sujinsha dengan mengenakan seragam kesatuan praja, memasuki Balairung Perak tanpa gentar. Langkahnya berhenti di depan Singgasana Perak
"Kesunyian adalah ketenangan yang hakiki."__________Menara Tua.Bangunan menjulang tinggi dengan sepuluh tingkat. Apa yang tersimpan di dalamnya, tidak banyak yang tahu dengan pasti. Menara itu sudah seumur Tanapura. Sejak berdiri, bangunan semula diciptakan sebagai benteng pemantau pusat, sudah berubah fungsi dan jjarang digunakan.Menara Tua sangat sakral untuk menyimpan benda kuno yang sudah lama tidak digunakan tetapi masih dianggap keramat. Kabarnya, orang-orang terdahulu yang diasingkan ke Menara Tua, diabaikan sampai kematian menjemput. Sampai saat ini, Menara Tua tak ubahnya 'penjara sunyi' sebagai tempat pengasingan. Tempat itu menyimpan banyak misteri dan gaib.Dua sosok pemuda, tidak lain adalah Taja dan Raojhin, malam itu diasingkan di tingkat paling atas Menara Tua."Sangat sunyi. Suara apapun lebih terdengar dari ketinggian ini," Raojhin mengintai suasana di luar, dari balik celah jendela tertutup rapat. Bingkai jendela kayu cukup kokoh tetapi engsel penyangga mulai rap
"Ah ...!"Taja tiba-tiba terbersit ide. Raojhin melirik."Kenapa? Ada ide melarikan diri?" Raojhin menerka."Sangat mudah untuk melarikan diri. Tapi jika kita melakukan itu, berarti tuduhan mereka benar!" kata Taja."Huh, aku tidak peduli akan ditandai sebagai apa di dunia ini. Petarung liar. Pengecut. Aku tidak peduli! Aku yang tahu siapa diriku!" Raojhin membuang muka. Acuh tak acuh terhadap semua anggapan orang-orang terhadapnya."Sepi sekali hidupmu, Rao!" sindir Taja tetapi kali ini Raojhin tidak tersinggung seperti biasanya."Sebenarnya aku datang ke Tanapura, untuk mencari Roh Biru ...," ujar Raojhin ketika Taja tak peduli akan pertanyaannya dijawab atau tidak."Roh Biru?!" Taja mengernyitkan dahi."Pusaka apa itu?" tanya Taja heran sambil memperhatikan Raojhin."Roh Biru bukan pusaka," Raojhin menjawab agak kikuk, "Sejujurnya aku juga belum banyak tahu seperti apa wujud Roh Biru. Mereka mengatakan bahwa Roh Biru adalah sukma kitab kuno berkekuatan magis tak terbayangkan," jelas
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta