"Kraaaaagh ...!!!"Tiba-tiba Taja diterkam makhluk kadal hitam bersisik, semula dikira bebatuan, ternyata makhluk itu berkamuflase. Dua tubuh terpelanting dan menabrak tebing bebatuan, lalu merosot terguling ke dasar. Kerikil-kerikil longsor dan menimpa keduanya.Dari belakang punggung Taja, sepasang cakar makhluk kadal mencengkeram kedua bahu sampai lengan. Taja melawan, jemari akar balas melilit cakar-cakar makhluk itu.Jerit kesakitan makhluk kadal dan erangan Taja berbaur jadi satu. Cakar-cakar besar retak dalam remas jemari akar Taja dan merembes cairan racun emas."Krrghhhh!"Sisik makhluk kadal tak cukup menahan kekuatan jemari akar emas, akhirnya terkoyak dan merembas darah dari lapisan sisik-sisik tebal. Cengkeraman cakar mengendur dan melepaskan Taja. Makhluk kadal sekelebat menjauh dari Taja.Bukan tak terbayar, pundak dan lengan Taja lebam membiru akibat cakar-cakar makhluk kadal. Taja mengumpulkan tenaga untuk bangkit berdiri. Lurus kedua kaki, punggung tegap. Kedua lengan
"Aku sudah sangat lama menunggumu! Kamu tidak mengenaliku?"______________"Kamu?!"Taja tersentak kaget. Rasanya belum lama tenang, ia dikejutkan lagi oleh kehadiran pemuda mirip dirinya, muncul tiba-tiba di tempat itu.'Ini bukan mimpi!' pekik Taja dalam hati. Ia celingukan sekeliling tempat. Di bawah terang cahaya, sangat jelas kemiripan pemuda itu dengan Taja. Wajah, postur tubuh, juga cara berjalannya. Sangat serupa. Bahkan suaranya hampir tidak ada beda."Aku tidak bermaksud mengejutkanmu," ujar pemuda itu sembari melangkah ke arah Taja dalam raut tegang lantaran kaget.Taja berbalik badan, hendak mengambil langkah kabur. Tetapi dengan cepat, pemuda itu lebih dulu meraih lengan Taja sampai tubuhnya ikut terangkat melayang di atas belukar."Aku ... Tajura," ucap pemuda itu, terus menarik lengan Taja ikut bersamanya. Kedua pemuda melambung di hamparan panorama belukar hijau."Kamu ...?" Taja tak sempat berkata apa-apa lagi. Debar jantungnya sampai ke pergelangan pemuda itu."Tajura
"Pasvaati yang melukaiku, hitam pekat berbau anyir, busuk, beracun. Dingin menyiksa. Kesunyian sepanjang nafas. Kecantikan pedih."______________Sepasang kaki kadal. Taja mengamati peralatan aneh yang ditunjukkan Tajura."Tentara kadal yang mati, meninggalkan ini," Tajura membolak-balik sepasang kaki kadal bercakar tajam."Jubah itu juga?" Taja mengingat kejadian saat pertama kali melihat sosok Tajura. Jubah berbentuk kulit kadal hitam bersisik, menyebabkan penampilan si pemakai menyerupai makhluk kadal."Ya!" Tajura mengiyakan tegas."Jubah sisik kadal!" tambah Tajura. Taja termangu setelah mengetahui semuanya."Aku hendak membantumu setelah terbangun, tetapi sepertinya kamu ketakutan saat melihatku pertama kali dengan penampilan jubah kadal," kata Tajura."Apa boleh buat, aku belum kuat untuk banyak bergerak tanpa peralatan kadal. Aku sedang masa pengobatan," ujar Tajura. Sebentar kemudian ia menunjukkan sesuatu di kaki dan lengannya. Tampak banyak luka membekas, meninggalkan kisah
"Beberapa malam setiap menjelang purnama, aku merasakan sakit yang sangat menyengat!"__________"Taja, aku sekarat ...," ujar Tajura. Melihat kedua bola matanya tanpa harapan, Taja segera memapah Tajura. Mendadak kondisinya lemah.Taja menggeleng perlahan."Tidak ... kita baru saja bertemu. Aku akan mengobati lukamu. Aku tidak sengaja memukulmu berkali-kali," Taja memperhatikan sekujur tubuh Tajura. Teringat kembali sebelum Taja tahu bahwa makhluk kadal adalah saudaranya, terjadi pergulatan di antara mereka berdua. Rasa bersalah karena beradu kekuatan, akibatnya menambah beban sakit di tubuh Tajura."Luka ini tidak bisa sembuh dengan obat apapun," Tajura balas menggeleng ringan, "Hanya racun untuk melawan racun yang terlanjur menyebar di tubuhku, itu yang membuatku bertahan!" jawab Tajura.Taja mengamati luka di dada kiri Tajura."Aku yakin ada jalan," ujar Taja menguatkan."Jika benar perkiraanku malam ini bulan purnama, ini saatnya pengaruh racun bekas luka ini akan menyiksaku seper
Menyebut mantera pemanggil sukma dari kedalaman inti batin. Hawa lembut tipis mulai keluar dari mulut ke udara. Sukma Bunga Emas.__________"Sukma Bunga Emas."Sesuatu istimewa terbesit dari pikiran Taja. Sekaligus mengingatkan Taja ke masa lalu."Tajura ...."Suara lirih, Taja memanggil nama saudaranya berulang kali. Terpejam berlinang air mata."Tajura ..., jangan khawatir. Aku memiliki sesuatu, 'kuharap dapat menolongmu," parau suara Taja.Disentuhnya pipi pucat saudaranya itu. Hawa dingin menjalar ke pergelangan tangan Taja. Bersumber dari luka di dada Tajura. Namun Taja tidak ingin melepas pelukan. Mempererat kedua tangannya, memeluk tubuh Tajura dari belakang. Punggungnya pun tertular dingin, perlahan kulit mengeras dan beku."Luka ini pernah terjadi pada Ratu ...," Taja teringat suatu peristiwa masa lalu yang pernah terjadi.Beberapa tahun silam. Peristiwa tragis yang telah membantai Gunggali, hutan tempat tinggal Taja dan seluruh kaumnya. Air, tanah, udara, serangga, daun, poh
"Sukma Bunga Emas mengobati diriku dari racun Pasvaati yang mematikan!"__________"Apa yang terjadi?" Tajura tampak keheranan. Wajah Taja tampak sedikit letih menanggapi pertanyaan itu disertai senyuman tipis.Tajura meraba dada kiri."Luka di dadaku nyaris hilang sama sekali," belum usai Tajura meraba-raba dada kirinya. Terasa mulus dan sehat. Hanya sedikit saja bekas warna gelap di kulit, jejak goresan akibat luka tersayat."Apa yang telah 'kaulakukan padaku, Taja?" Tajura semakin heran. Berganti ia memperhatikan kedua tangan dan kaki sendiri. Sekujur tubuhnya semula banyak luka, sekarang berubah semua tanpa bekas pula."Apakah aku sedang bermimpi?!" Tajura makin heran. Sentuhan tangan Taja di pundaknya, meyakinkan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Tidak disangka luka begitu menganga di dada, telah raib dalam semalam."Bagaimana rasanya menghirup udara segar tanpa rasa sakit lagi?" Taja berbalik tanya."Apa kamu yang mengobati aku?" Tajura terbelalak. Senyum Taja menjawab penuh lega.
Tajura bertolak dari hamparan belukar, melompati bebatuan kemudian melayang tubuhnya seringan kapas di udara, serta merta menggendong adiknya. Mereka meninggalkan kawasan hutan belukar, lalu berpindah ke rongga-rongga raksasa Dunia Bawah."Kamu lupa teman yang bersamamu?" sedikit menyindir, Tajura menggendong erat Taja, berkeliling Dunia Bawah lebih dalam lagi."Teman? Siapa?" malah balik tanya, Taja benar-benar tak ingat siapa yang dimaksud."Ha ha ha!" Tajura tertawa lantang, "Kamu melupakannya!""Siapa?" Taja benar-benar tak merasa ada seorang teman yang hilang, semenjak menginjak Dunia Bawah dan bertemu Tajura."Gattorian yang tertangkap ularku!" Tajura tak henti tertawa."Gattorian? Siapa?" Taja tetap tak ingat juga."Ha ha ha!" makin panjang tawa Tajura mengisi kebersamaan mereka.Dua manusia melintasi rongga-rongga kedalaman bumi. Derai tawa membunuh kesunyian. Merasuki kegelapan demi kegelapan Dunia Bawah.Taja memeluk punggung Tajura erat-erat. Antara takut dan sukacita. Takut
"Kakilangit?"Taja tak asing dengan kawasan itu."Benar. Penguasa Kakilangit dan antek-anteknya dengan segala cara, berusaha merebut Dunia Bawah dari tanganku. Itu sebabnya, aku dan Kakek Guru dalam pelarian menghindari orang-orang Kakilangit," jelas Tajura. Ia melangkah Taja mengikuti di sebelahnya, menelusuri hutan jamur di lembah lembab yang luasnya tak bisa ditebak. Setapak kanan kiri, berjejer jamur-jamur raksasa setinggi ukuran tubuh manusia."Kami mengalami kekalahan dalam pertempuran Lembah Arwah setahun silam," Tajura berhenti tepat di sisi jamur hijau empuk. Aroma wangi semerbak di bawah kepala jamur merekah, memancarkan spora bercahaya hijau emas. Tajura memetik sesuatu di sela-sela lipatan jamur itu."Lembah Arwah?" Taja ingat betul kawasan angker itu."Minumlah ini," kata Tajura sambil menyodorkan segenggam bonggol putih barusan dipetiknya dari sela-sela batang jamur. Tanpa basa basi lagi, Taja menghisap buah aneh isinya cairan kental. Rasanya sangat mirip madu. Taja sanga
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta