All Chapters of Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir: Chapter 121 - Chapter 130

161 Chapters

74b. Menemukanmu

Tubuh Eshan berputar dan sepenuhnya menghadap wanita itu. Matanya mulai menyorotkan kecemasan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Anne. “Kau tak akan melakukannya, Anne.” Kepalanya menggeleng, mencoba membujuk dengan sia. Seringai Anne sebagai jawabannya. Bau gas mulai menyelimuti seluruh ruangan, Anne melangkah ke samping. Memegang kuat-kuat flame gun di tangannya ke depan. Tak perlu mengatakan apa pun untuk menunjukkan keseriusan dalam ancamannya. “Anne?” Kedua tangan Eshan terangkat, suaranya melunak dengan senyum membujuk meski kedua matanya menyiratkan kepanikan yang semakin jelas. “Itu berbahaya, Anne. Berikan padaku.” “Satu langkah dan kita akan mati bersama, Eshan.” Eshan menggelengkan kepalanya akan ide di kepala mungil Anne. “Itu tindakan yang berbahaya dan gila, Anne. Pikirkan baik-baik. Aku tak ingin menyakitimu." “Kau tak hanya akan menyakitiku! Kau sudah menghancurkanku saat berpikir melenyapkan kedua orang tuaku. Kebahagiaanku? Kau pikir itu sepadan dengan k
last updateLast Updated : 2023-05-22
Read more

74c. Menemukanmu

“Kau membakarnya, Anne.” Suara Eshan begitu lirih dan ada kepedihan yang teramat dalam. “Kau menghancurkan impian kita.” “Impianmu,” koreksi Anne dalam desisan. “Impian kita berdua.” Anne hanya menggeleng. Tak ada gunanya ia menanggapi kata-kata gila Eshan. Eshan benar-benar berubah. Ia tak lagi mengenal Eshan yang pernah dicintainya. Eshan melangkah mendekat, tetapi gerakannya segera terhenti ketika Anne tiba-tiba mengeluarkan sebuah pisau yang ternyata masih dipegang oleh wanita itu. “Jangan mendekat, Eshan!” peringat Anne menggenggam pisau tersebut kuat-kuat dengan ujung yang lancip menghadap Eshan. Langkah Eshan terhenti dan terbatuk. Matanya perih, begitu pun dengan tenggorokannya yang sakit karena terlalu sering batuk. Keduanya berdiri dengan penuh ketegangan. Anne dengan sikap siaga serta kemarahannya dan Eshan dengan raut yang dipenuhi derita. Sampai kemudian suara baling-baling terdengar dari kejauhan, bercampur dengan api yang berderak. Keduanya menoleh bersamaan, ke
last updateLast Updated : 2023-05-22
Read more

75a. Menepati Janji

Luciano belum pernah terkejut melihat darah, tetapi melihat tubuh Anne yang dilumuri darah, napasnya terasa tercekik bersama kelegaan yang menerjang dadanya akhirnya ia menemukan wanita itu. Dalam pelukannya, tiba-tiba kepala Anne jatuh terlunglai dan kedua matanya terpejam. Dengan kepanikan yang berusaha dikendalikannya, ia memeriksa tubuh Anne dengan teliti. Darah yang melumuri pakaian Anne bukan darah wanita itu, melainkan darah Lionel yang sudah terbaring pucat di tanah berumput. Faraz mengulurkan tangan dan memeriksa nadi di leher pria itu. Kemudian pandangannya bertemu dengan Luciano yang kemudian mengangguk singkat. Dengan bantuan salah satu anak buahnya, ia mengangkat tubuh Lionel ke helikopter dan pergi lebih dulu. Ibra datang dan dengan seorang perawat medis yang segera mengurus Anne. Selain terlalu banyak menghirup asap, tak ada yang serius. Detak jantung anak dalam kandungan Anne pun baik-baik saja meski lemah. Begitu pun dengan keadaan Anne. Setelah menyuruh seseorang
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

75b. Menepati Janji

Setelah dokter pergi, Anne kembali berbaring. Pengaruh obat mulai membuatnya mengantuk dan di antara kantuknya yang mulai semakin memekat, dalam hati ia begitu merindukan Anne. Apakah pria itu tidak menjenguknya? Setidaknya untuk melihat keadaannya? Air mata menetes membasahi bantal, merasakan kerinduan yang teramat dalam pada Luciano, yang belum pernah ia rasakan pada siapa pun. Belum pernah ia menahan kerinduan yang begitu kuat sebelum ini. Matanya terpejam, memutar kenangan indahnya ketika hubungannya dan Luciano masih baik-baik saja. Mengingat bagaimana perhatiannya pria itu kepadanya.Kelembutan, kehangatan, dan kenyamanan pria itu. Apakah sekarang semua itu tidak akan ia dapatkan lagi? Apakah semua itu akan menjadi milik wanita lain? Anne menahan isak tangisnya, hingga tertidur karena terlalu lelah. Luciano tidak datang malam itu, esoknya juga tiga hari kemudian. Saat dokter mengatakan Anne sudah boleh melakukan rawat jalan. Anne terduduk di pinggiran tempat tidur, pandangan
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

76a. Akhir Bahagia?

Pikiran Luciano sedang tenggelam dalam tumpukan berkas di meja ketika tiba-tiba suara ribut dari arah pintu membuatnya menggeram kesal. Ini adalah lantai khusus untuk ruangannya. Bagaimana mungkin ada gangguan tak penting seperti ini. Dan ia juga sudah memperingatkan dengan tegas dan sangat jelas sedang tak ingin diganggu. Oleh siapa pun. Akhir-akhir ini perasaanya begitu sensitif. Memarahi dan memecat siapa pun hanya karena ingin. Seolah semua tidak ada yang benar di matanya. Apalagi di hatinya. Dan ia sudah memukulkan kepalan tangannya di meja ketika pintu ruangannya didorong terbuka. Membatin dalam hati siapa yang dengan lancang membuka pintu ruangannya. Bahkan tanpa mengetuk pintu. Wajahnya sudah menegang, siap menyemburkan amarah. Tetapi kemarahannya seolah membeku di ujung lidahnya. Ketika menemukan sosok yang berdiri di ambang pintu tersebut adalah Anne. Untuk sesaat yang singkat, pandangan keduanya saling bertemu dan mengunci. Bahkan napasnya tertahan melihat wajah yang ras
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

76b. Akhir Bahagia?

Kening Luciano mengernyit, seolah kembali ke dalam kenyataan. Mengingat pertengkaran terakhir mereka sebelum Anne diculik, wanita itu tak ingin melihat wajahnya. Dan pembicaraan yang akan mereka lakukan sudah jelas mengarah ke mana. Ya, ada banyak hal yang mereka perlu bicarakan. Yang ia sendiri tak tahu harus dimulai dari mana. "Kenapa kau tidak mengatakan padaku kalau bukan kau yang membunuh kedua orang tuaku?" "Aku sudah mengatakannya," koreksi Luciano. Wajah Anne memerah, teringat sikap keras kepala yang membuatnya begitu emosi hingga nyaris membuat Luciano kehilangan nyawa. Tangannya bergerak ke lengan Luciano, berhenti dan menyentuh dengan hati-hati di tempat tembakannya bersarang. "Maafkan aku." Kepala Luciano tertunduk, menatap lengannya dan mengangguk. "Bukan apa-apa." "Aku berhutang nyawa padamu tiga kali dan aku malah ingin membunuhmu." Anne merasakan suaranya tercekat dengan keras. Kening Luciano berkerut. Ya, ia ingat telah menyelamatkan nyawa Anne dalam kecelakaan
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Extra 1a

"Di mana suamiku?" Anne sengaja membuat suaranya setajam mungkin pada pengawak dengan inisial SC di kerah kemeja hitamnya itu. Sudah setengah jam lebih ia duduk menunggu kedatangan pria itu yang tak muncul batang hidungnya hingga detik ini juga, dan malah mengutus anak buah untuk menjemputnya pulang. "Beliau sedang …" "Kau pikir aku bertanya karena aku tak tahu kalau dia terjebak macet?" Suara Anne lebih keras dari sebelumnya. "Bersama wanita itu?" SC menelan ludah. Merasakan aura tak mengenakkan yang membuat mulutnya terkatup rapat. Anne mendesah dengan gusar. Air matanya mulai menggenang di kedua matanya dengan kedua tangan memegang perut yang sudah penuh dalam pelukannya. Terisak pelan. "Ini sudah hampir tengah malam, Nyonya. Anda harus segera kembali pulang dan beristirahat." "Kau pikir aku bisa tidur sementara suamiku terjebak dengan wanita lain?" "Matie hanyalah asisten pribadi tuan, Nyonya." Wajah Anne terangkat, tatapan tajamnya menusuk begitu dalam pada kedua mata SC.
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Extra 1b

"Nyonya?" Suara memanggil SC mengalihkan lamunan Anne dan kepalanya bergerak menoleh. Saat itu juga ia melihat Luciano yang melangkah memasuki restoran dan langsung berjalan ke arahnya. Bibirnya semakin bersungut-sungut dengan tatapan kesal yang tak lepas dari langkah pria itu. Hingga pria itu berhenti dan berdiri tepat di depannya. "Kenapa kau begitu keras kepala, Anne," desah Luciano yang diselimuti keputus asaan. "Kau menyalahkanku?" sengit Anne. "Kau yang membuat istrimu menunggu di sini. Lebih dari satu jam." 'Kau yang membuat dirimu sendiri menungguku,' jawaban itu sudah di ujung lidahnya. Tetapi hanya akan memperburuk suasana hati Anne. Sudah cukup wanita itu membuat janji makan malam yang mustahil ia tepati karena tengah berada di luar kota. Dan semakin memperburuk situasinya karena tiba-tiba ban mobilnya bocor. Membuatnya harus terjebak di tengah jalan. Satu-satunya hal yang ia butuhkan untuk sedikit memperbaiki situasi ini hanyalah … tangannya yang tadi berada di belakan
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Extra 1c

Cukup lama keduanya berada dalam keheningan, menikmati momen tersebut. Tangan Luciano bergerak mengelus perut Anne, yang kemudian disambut tendangan dari dalam. Lalu keduanya terkikik bersama. "Dia belum tidur," gumam Luciano dengan senyum lebarnya. "Kami memang tak bisa tidur jika tidak ada kau, Luciano." Luciano tersenyum. Mendaratkan kecupan yang dalam di kening Anne. "Maaf. Aku berjanji ini terakhir kalinya perjalanan keluar kota tanpamu." "Hmmm, maafkan aku juga membuatmu repot sepanjang malam ini." "Tidak, Anne. Kau sama sekali tak merepotkanmu. Aku memaklumi kegugupanmu." Anne terdiam. Ya, sepanjang hari ini hatinya memang tak berhenti merasa gelisah. Karena hari persalinan yang semakin dekat. "Empat hari lagi. Apakah semuanya akan baik-baik saja?" "Ya. Aku janji akan baik-baik saja. Ada aku di sisimu, kan?" Anne mengangguk. Ketenangan yang diberikan Luciano perlahan menyerap di dadanya dan perlahan kantuk mulai menenangkannya. *** Esok siang, Anne hendak makan siang
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Extra 2a

“Seharusnya masih tiga hari lagi.” Anne setengah menjerit di antara rasa sakit yang berpusat di perutnya. Sedangkan tangannya yang lain berusaha memukul kepala Ibra. Tak hanya itu, bahkan dalam perjalanan ke lantai bawah, jemari Anne tak lepas dari helaian rambut di kepala Ibra. “Semua gara-gara kau!” Wajah Ibra memerah, menahan rasa sakit yang teramat dan Faraz sama sekali tak membantu. Membiarkan penderitaan ini untuk dirinya sendiri. Tidakkah mereka baru saja bersenang-senang? Dan Faraz yang memulai semuanya lebih dulu. Pria itu yang menggodanya dan membuatnya tak tahan untuk menceburkan diri. “Ke mana suamimu?” ringis Ibra. “Kau yang membuatku seperti ini.” “Bukan aku yang membuatmu hamil.” Plakkk … satu kali lagi tamparan mendarat di kepala Ibra. Pria itu mengerang oleh rasa pusing yang datang. Faraz ikut meringis seolah menahan rasa sakit yang tidak dirasakannya. “Aku akan mengambil mobil.”Dalam sekejap Faraz menghilang dari pandangan keduanya. “Apa kau benar-benar serius
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status