All Chapters of Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir: Chapter 111 - Chapter 120

161 Chapters

69b. Rumah Impian

Anne tak tahu berapa lama keduanya berada dalam perjalanan. Saat terbangun dari pingsannya, ia sudah berada di dalam mobil. Duduk di jok depan dengan sabuk pengaman dan kursi yang dimiringkan demi posisi baringnya yang nyaman. Tangannya menyentuh pelipis dan mengerang pelan oleh rasa pusing yang datang, juga lapar. Tubuhnya benar-benar lemah dan menerima makanan dari Eshan jelas memiliki resiko yang lebih membahayakan. Di sampingnya, Eshan duduk di balik kemudi dan sibuk fokus ke arah jalanan. “Kau sudah bangun?” Anne tak menjawab, pandangannya sibuk mengamati daerah sekitar. Tetapi ia hanya bisa melihat pohon-pohon dan jalanan berumput di depan juga belakang. “Di mana ini, Eshan?” tanyanya meski yakin jawaban pria itu hanya akan membuat firasat buruk di dadanya semakin tak terkendali. Anne belum pernah melihat pohon selebat ini dan sebanyak ini. Sejauh mata memandang, hanya kedua hal itu yang bisa ia lihat. “Aku membeli beberapa makanan untukmu di minimarket satu jam yang lalu. Mi
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

70a. Titik Cerah

“Kau ingin ke mana?” Anne menggeleng. “Entahlah. Ke luar negeri? Ke ujung dunia? Ke tempat yang tak akan ditemukan siapa pun. Tempat di mana tak ada siapa pun yang akan mengenali kita berdua.” “Ke tempat di mana tidak ada yang akan menghalangi cinta kita,” tambah Eshan dengan seulas senyum. Jemari tangannya yang terselip di jari-jari Anne semakin mengetat. Ia menoleh dan Anne mengangguk setuju dengan kalimat tambahannya. “Kehidupan macam apa yang kau inginkan?” Anne tampak berpikir sejenak. Senyum tersemat di bibirnya ketika benaknya mulai membayangkan mimpi dan harapan untuk cinta mereka. “Rumah yang sederhana, taman bunga dan halaman belakang yang luas. Tak ada yang kubutuhkan selain bersamamu.” Eshan tersenyum, tampak membayangkan sesaat lalu mengangguk lagi. “Kau akan menjadi ibu rumah tangga yang baik dan aku akan bekerja. Setiap sore aku akan pulang dan melihat senyummu sebagai penghilang kepenatan. Kita akan selalu bersama.” Wajah Anne memucat ketika mengingat percakapanny
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

70b. Titik Cerah

Wajah Luciano mengeras dengan kedua tangan yang terkepal hingga buku-buku jarinya memucat menemukan pemandangan di hadapannya. Tempat tidur yang berantakan, juga nampan berisi menu sarapan yang tak tersentuh. Bahkan dilengkapi segelas susu. “Cari apapun yang bisa ditemukan,” perintah Luciano, berusaha keras mempertahankan kewarasan dan kejernihan pikirannya. Dua pengawal yang berdiri di belakangnya bergegas menggeledah, begitu pun denganI Ibra yang mendekati tempat tidur. Matanya yang jeli mulai mengamati tempat tidur. Spreinya tampak berantakan tetapi selimutnya masih rapi terlipat di ujung tempat tidur meski ujungnya kusut. Ada satu bantal yang jatuh di samping kaki ranjang, kemudian … Ibra membungkuk, mengambil sapu tangan berwarna putih dan mengambilnya dengan hati-hati. “Obat bius,” ucapnya setelah mengendusnya pelan lalu menjauhkan benda itu dari hidung. Meski tak terlalu tahu, ia mengenali satu hal ini. Luciano mendekat dan mengamati sejenak. Membenarakan dugaan Ibra. Dan s
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

71a. Semakin Dekat

“Ada apa?” Suara Luciano menajam dengan tatapan Ibra yang sejak tadi mengamatinya dengan jelas. Seolah memang sengaja mengusiknya. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Bukannya keberaniannya mengkerut, Ibra malah menyipitkan mata. “Perasaanku saja atau kau merasa tenang kita tak menemukan apa pun di ruangan itu?” Luciano mengerjap. Belum pernah seseorang menebak, apalagi membaca rautnya setangkas Ibra. Dan itu benar-benar melukai harga dirinya.Ya, tak bisa ia pungkiri setiap bertanya pada anak buahnya , ia menahan napas dan berharap agar tak menemukan benda itu. Hanya itu harapannya untuk melepaskan Anne dari kegilaan Lionel. Ia sudah menyamarkan benda itu, berharap Lionel tak mengendusnya. “Apakah sekarang itu penting?” Luciano menutupi kebenaran tuduhan Ibra atau kepala pria itu akan semakin membesar setelah semua hasil penyelidikan pria itu yang memuaskan. Bahkan lebih memuaskan. Apakah karena Ibra termotivasi oleh Anne? Siapa yang tahu pria ini memiliki perasaan lebih pada Anne
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

71b. Semakin Dekat

Anne menggenggam bandul kalung yang berisi mutiara berwarna dusty rose di pangkal lehernya. Tersembunyi di balik baju pasiennya yang tak pernah digantinya sejak kemarin. Matanya terpejam dan satu-satunya orang yang memenuhi pikirannya hanyalah Luciano. ‘Apa pun yang terjadi, jangan sampai kalung ini jauh darimu.’ Anne tiba-tiba teringat kata-kata Luciano ketika menghadiahkan kalung ini kepadanya. Sekarang ia menyadari, seolah Luciano bisa menduga hal semacam ini akan terjadi dan … ia tak tahu apakah ini hanyalah harapan dalam keputus asaannya ataukah Luciano memang menyimpan sesuatu di kalung ini. Anne sangat berharap pada pilihan kedua. Hanya Lucianolah satu-satunya orang yang bisa diharapkan akan menolongnya. Ya, Luciano pasti menyelipkan sesuatu di balik kalung ini. Genggaman tangannya membuka, matanya menyipit mencoba mengamati bandul kalung tersebut lebih dalam. Cukup lama, tapi ia tak bisa menemukan apa pun. Lagipula ia tak terlalu paham dengan hal semacam ini. Satu kali,
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

72a. Pembunuh

Anne sudah mengambil satu suapan dan mendekatkan ke mulutnya ketika tiba-tiba tersadar. Menjatuhkan sendok tersebut ke meja dan melompat berdiri. Kembali ke tempat tidur. Ia merasa sesuatu yang buruk sedang menunggunya. Kedua tangannya memeluk perutnya. Terduduk dengan lemas di pinggiran tempat tidur dan lagi-lagi satu-satunya nama yang tak berhenti disebutkan dalam hatinya hanyalah Luciano. Setidaknya jika tidak menginginkan dirinya, Luciano masih memiliki nurani sebagai ayah dari anak kandungannya. Anne tak berani memikirkan, bagaimana Luciano akan menemukan tempat ini. Eshan merencanakan semua ini dengan begitu matang dan terencana dengan rapi. Berapa lama ia harus bertahan dalam kelaparan ini? Cepat atau lambat, rasa lapar atau makanan Eshanlah yang akan membuat anaknya terbunuh. Bahkan ia tak berani menyentuh setetes pun air putih yang tersedia di gelas. Tenggorokannya benar-benar kering dan ia tahu inilah yang diinginkan oleh pria itu agar dirinya menyerah. Pandangan Anne be
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more

72b. Pembunuh

Eshan yang menyadari keheranan tersebut segera teringat. “Ah, ingatanmu belum kembali, ya.” Kernyitan Anne semakin dalam. Eshan mengungkit ingatan itu lagi. “Jangan pikirkan lagi.” Eshan mengibaskan telapak tangannya di depan wajah dan menyandarkan punggung di sandaran kursi. “Berhenti tentangku. Aku ingin tahu, apa yang dilakukan Luciano sehingga kau tiba-tiba lebih menginginkannya daripada aku? Apakah … dia masih suka memaksa dan berpikir bahwa apa pun yang diinginkan pasti akan di dapatkan?” Lagi-lagi Eshan melontarkan pertanyaan tersebut seolah pria itu memahami dengan baik siapa Luciano. “Apa yang membuat berubah? Apa kau sungguh menyukainya?” Kepala Anne bergerak ke bawah dengan sendirinya. Kedua matanya menatap lurus mata Eshan dan menjawab, “Aku baru menyadarinya. Bahwa apa yang kurasakan padanya selama ini karena aku menyukainya.” Pengakuan tersebut seketika membekukan ekspresi di wajah Eshan. Cemburu? Tentu saja. Anne benar-benar mengatakan dengan mulut wanita itu send
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more

73a. Pencarian Baru Saja Dimulai

Jemari Luciano tak berhenti mengetuk meja di depannya. Kepalanya bersandar di punggung kursi, menatap langit-langit ruangan. Kepalanya berpikir keras, ke mana dan apa yang akan dilakukan Lionel pada Anne. Pada anak dalam kandungan wanita itu. Pria gila itu benar-benar nekat. Hampir membuatnya ikutan gila. Ingatan Luciano mencoba kembali memutar ketika ia mengirim pria itu ke rumah sakit jiwa. Hanya itu satu-satunya cara yang tersisa agar sang adik tidak dijebloskan di penjara. 'Aku akan kembali, Luciano. Aku akan mengambil kembali apa yang sudah menjadi milikku. Dia hanya akan menjadi milikku.' Luciano masih saja dibuat terkejut dengan kedua mata Lionel yang menatapnya dengan penuh kegilaan. Dengan senyum yang menyimpan sejuta rencana yang pasti sama gilanya. Luciano memasang raut datar dan dinginnya demi menutupi keterkejutan tersebut. Lionel akan semakin besar kepala. Bibirnya membentuk garis keras dan tipis, menatap kedua mata sang adik dengan tajam dan penuh peringatan. 'Tidak
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more

73b. Pencarian Baru Saja Dimulai

Faraz sempat terdiam, tetapi kemudian segera memberikan semua lokasinya. Menyebar hampir di seluruh kota, pinggiran kota. Ia bahkan sudah mengerahkan seluruh dan menambah orang bayaran yang bisa didapatkan. Luciano memberi tanda silang di semua tempat tersebut dan kemudian membentuk lingkaran dengan skala diameter 40km. Begitu selesai, seluruh kota dan pinggirannya sudah dipenuhi tanda tersebut. Bahkan di kota-kota sekitarnya. "Di sini?" Ibra menunjuk area kosong yang berada tepat di samping posisi mereka. "Itu hanya hutan, Ibra. Hutan lebat jika boleh kutambahkan." Faraz memberitahu sekaligus menjelaskan kenapa area itu kosong. "Aku bertanya bukan karena tidak tahu itu hutan. Kenapa kau tidak menyuruh mereka mencari ke sana juga?" "Kau pikir apa yang ada di sana?" "Kita tidak boleh melewatkan semua kemungkinan, Faraz. Kenapa kau tidak teliti?" Mulut Faraz membuka nutup seperti ikan tanpa satu patah kata pun akan komentar pedas Ibra. Apakah pria itu sudah lupa posisinya sekara
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more

74a. Menemukanmu

Kepala Anne terasa berat, membuatnya mengerang pelan dan perlahan kesadarannya kembali. Pusing yang begitu familiar, dan ketika kedua matanya terbuka, benaknya menelaah ingatan terakhirnya sebelum jatuh pingsan. Eshan adalah pembunuh kedua orang tuanya. Seketika air mata kembali merembes di kedua matanya dan dadanya kembali sesak. Teringat tuduhan yang ia lemparkan pada Luciano, dan bahkan pria itu hampir terbunuh oleh tuduhan tersebut. Entah berapa lama Anne terisak di tempat tidur dan menenangkan kembali emosi di dadanya. Mendadak ia merasa kesunyian yang begitu dalam menyelimutinya. Anen bangun terduduk dan tak mendengarkan suara apa pun di sekelilingnya. Entah ke mana perginya Eshan, Anne butuh memastikan. Ia tak bisa berdiam diri di tempat ini dan meratapi nasib tanpa melakukan apa pun. Ia berdiri dan mengintip dari balik pintu balkon. Matanya berusaha memindai apa pun yang bisa ditangkap matanya, mencari keberadaan Eshan. Tetapi tak ada tanda-tanda keberadaan pria itu di luar
last updateLast Updated : 2023-05-22
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status