Share

72a. Pembunuh

Penulis: Luisana Zaffya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-21 08:32:22

Anne sudah mengambil satu suapan dan mendekatkan ke mulutnya ketika tiba-tiba tersadar. Menjatuhkan sendok tersebut ke meja dan melompat berdiri. Kembali ke tempat tidur. Ia merasa sesuatu yang buruk sedang menunggunya. Kedua tangannya memeluk perutnya. Terduduk dengan lemas di pinggiran tempat tidur dan lagi-lagi satu-satunya nama yang tak berhenti disebutkan dalam hatinya hanyalah Luciano. Setidaknya jika tidak menginginkan dirinya, Luciano masih memiliki nurani sebagai ayah dari anak kandungannya.

Anne tak berani memikirkan, bagaimana Luciano akan menemukan tempat ini. Eshan merencanakan semua ini dengan begitu matang dan terencana dengan rapi. Berapa lama ia harus bertahan dalam kelaparan ini? Cepat atau lambat, rasa lapar atau makanan Eshanlah yang akan membuat anaknya terbunuh.

Bahkan ia tak berani menyentuh setetes pun air putih yang tersedia di gelas. Tenggorokannya benar-benar kering dan ia tahu inilah yang diinginkan oleh pria itu agar dirinya menyerah.

Pandangan Anne be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   72b. Pembunuh

    Eshan yang menyadari keheranan tersebut segera teringat. “Ah, ingatanmu belum kembali, ya.” Kernyitan Anne semakin dalam. Eshan mengungkit ingatan itu lagi. “Jangan pikirkan lagi.” Eshan mengibaskan telapak tangannya di depan wajah dan menyandarkan punggung di sandaran kursi. “Berhenti tentangku. Aku ingin tahu, apa yang dilakukan Luciano sehingga kau tiba-tiba lebih menginginkannya daripada aku? Apakah … dia masih suka memaksa dan berpikir bahwa apa pun yang diinginkan pasti akan di dapatkan?” Lagi-lagi Eshan melontarkan pertanyaan tersebut seolah pria itu memahami dengan baik siapa Luciano. “Apa yang membuat berubah? Apa kau sungguh menyukainya?” Kepala Anne bergerak ke bawah dengan sendirinya. Kedua matanya menatap lurus mata Eshan dan menjawab, “Aku baru menyadarinya. Bahwa apa yang kurasakan padanya selama ini karena aku menyukainya.” Pengakuan tersebut seketika membekukan ekspresi di wajah Eshan. Cemburu? Tentu saja. Anne benar-benar mengatakan dengan mulut wanita itu send

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   73a. Pencarian Baru Saja Dimulai

    Jemari Luciano tak berhenti mengetuk meja di depannya. Kepalanya bersandar di punggung kursi, menatap langit-langit ruangan. Kepalanya berpikir keras, ke mana dan apa yang akan dilakukan Lionel pada Anne. Pada anak dalam kandungan wanita itu. Pria gila itu benar-benar nekat. Hampir membuatnya ikutan gila. Ingatan Luciano mencoba kembali memutar ketika ia mengirim pria itu ke rumah sakit jiwa. Hanya itu satu-satunya cara yang tersisa agar sang adik tidak dijebloskan di penjara. 'Aku akan kembali, Luciano. Aku akan mengambil kembali apa yang sudah menjadi milikku. Dia hanya akan menjadi milikku.' Luciano masih saja dibuat terkejut dengan kedua mata Lionel yang menatapnya dengan penuh kegilaan. Dengan senyum yang menyimpan sejuta rencana yang pasti sama gilanya. Luciano memasang raut datar dan dinginnya demi menutupi keterkejutan tersebut. Lionel akan semakin besar kepala. Bibirnya membentuk garis keras dan tipis, menatap kedua mata sang adik dengan tajam dan penuh peringatan. 'Tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   73b. Pencarian Baru Saja Dimulai

    Faraz sempat terdiam, tetapi kemudian segera memberikan semua lokasinya. Menyebar hampir di seluruh kota, pinggiran kota. Ia bahkan sudah mengerahkan seluruh dan menambah orang bayaran yang bisa didapatkan. Luciano memberi tanda silang di semua tempat tersebut dan kemudian membentuk lingkaran dengan skala diameter 40km. Begitu selesai, seluruh kota dan pinggirannya sudah dipenuhi tanda tersebut. Bahkan di kota-kota sekitarnya. "Di sini?" Ibra menunjuk area kosong yang berada tepat di samping posisi mereka. "Itu hanya hutan, Ibra. Hutan lebat jika boleh kutambahkan." Faraz memberitahu sekaligus menjelaskan kenapa area itu kosong. "Aku bertanya bukan karena tidak tahu itu hutan. Kenapa kau tidak menyuruh mereka mencari ke sana juga?" "Kau pikir apa yang ada di sana?" "Kita tidak boleh melewatkan semua kemungkinan, Faraz. Kenapa kau tidak teliti?" Mulut Faraz membuka nutup seperti ikan tanpa satu patah kata pun akan komentar pedas Ibra. Apakah pria itu sudah lupa posisinya sekara

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   74a. Menemukanmu

    Kepala Anne terasa berat, membuatnya mengerang pelan dan perlahan kesadarannya kembali. Pusing yang begitu familiar, dan ketika kedua matanya terbuka, benaknya menelaah ingatan terakhirnya sebelum jatuh pingsan. Eshan adalah pembunuh kedua orang tuanya. Seketika air mata kembali merembes di kedua matanya dan dadanya kembali sesak. Teringat tuduhan yang ia lemparkan pada Luciano, dan bahkan pria itu hampir terbunuh oleh tuduhan tersebut. Entah berapa lama Anne terisak di tempat tidur dan menenangkan kembali emosi di dadanya. Mendadak ia merasa kesunyian yang begitu dalam menyelimutinya. Anen bangun terduduk dan tak mendengarkan suara apa pun di sekelilingnya. Entah ke mana perginya Eshan, Anne butuh memastikan. Ia tak bisa berdiam diri di tempat ini dan meratapi nasib tanpa melakukan apa pun. Ia berdiri dan mengintip dari balik pintu balkon. Matanya berusaha memindai apa pun yang bisa ditangkap matanya, mencari keberadaan Eshan. Tetapi tak ada tanda-tanda keberadaan pria itu di luar

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   74b. Menemukanmu

    Tubuh Eshan berputar dan sepenuhnya menghadap wanita itu. Matanya mulai menyorotkan kecemasan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Anne. “Kau tak akan melakukannya, Anne.” Kepalanya menggeleng, mencoba membujuk dengan sia. Seringai Anne sebagai jawabannya. Bau gas mulai menyelimuti seluruh ruangan, Anne melangkah ke samping. Memegang kuat-kuat flame gun di tangannya ke depan. Tak perlu mengatakan apa pun untuk menunjukkan keseriusan dalam ancamannya. “Anne?” Kedua tangan Eshan terangkat, suaranya melunak dengan senyum membujuk meski kedua matanya menyiratkan kepanikan yang semakin jelas. “Itu berbahaya, Anne. Berikan padaku.” “Satu langkah dan kita akan mati bersama, Eshan.” Eshan menggelengkan kepalanya akan ide di kepala mungil Anne. “Itu tindakan yang berbahaya dan gila, Anne. Pikirkan baik-baik. Aku tak ingin menyakitimu." “Kau tak hanya akan menyakitiku! Kau sudah menghancurkanku saat berpikir melenyapkan kedua orang tuaku. Kebahagiaanku? Kau pikir itu sepadan dengan k

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   74c. Menemukanmu

    “Kau membakarnya, Anne.” Suara Eshan begitu lirih dan ada kepedihan yang teramat dalam. “Kau menghancurkan impian kita.” “Impianmu,” koreksi Anne dalam desisan. “Impian kita berdua.” Anne hanya menggeleng. Tak ada gunanya ia menanggapi kata-kata gila Eshan. Eshan benar-benar berubah. Ia tak lagi mengenal Eshan yang pernah dicintainya. Eshan melangkah mendekat, tetapi gerakannya segera terhenti ketika Anne tiba-tiba mengeluarkan sebuah pisau yang ternyata masih dipegang oleh wanita itu. “Jangan mendekat, Eshan!” peringat Anne menggenggam pisau tersebut kuat-kuat dengan ujung yang lancip menghadap Eshan. Langkah Eshan terhenti dan terbatuk. Matanya perih, begitu pun dengan tenggorokannya yang sakit karena terlalu sering batuk. Keduanya berdiri dengan penuh ketegangan. Anne dengan sikap siaga serta kemarahannya dan Eshan dengan raut yang dipenuhi derita. Sampai kemudian suara baling-baling terdengar dari kejauhan, bercampur dengan api yang berderak. Keduanya menoleh bersamaan, ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   75a. Menepati Janji

    Luciano belum pernah terkejut melihat darah, tetapi melihat tubuh Anne yang dilumuri darah, napasnya terasa tercekik bersama kelegaan yang menerjang dadanya akhirnya ia menemukan wanita itu. Dalam pelukannya, tiba-tiba kepala Anne jatuh terlunglai dan kedua matanya terpejam. Dengan kepanikan yang berusaha dikendalikannya, ia memeriksa tubuh Anne dengan teliti. Darah yang melumuri pakaian Anne bukan darah wanita itu, melainkan darah Lionel yang sudah terbaring pucat di tanah berumput. Faraz mengulurkan tangan dan memeriksa nadi di leher pria itu. Kemudian pandangannya bertemu dengan Luciano yang kemudian mengangguk singkat. Dengan bantuan salah satu anak buahnya, ia mengangkat tubuh Lionel ke helikopter dan pergi lebih dulu. Ibra datang dan dengan seorang perawat medis yang segera mengurus Anne. Selain terlalu banyak menghirup asap, tak ada yang serius. Detak jantung anak dalam kandungan Anne pun baik-baik saja meski lemah. Begitu pun dengan keadaan Anne. Setelah menyuruh seseorang

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   75b. Menepati Janji

    Setelah dokter pergi, Anne kembali berbaring. Pengaruh obat mulai membuatnya mengantuk dan di antara kantuknya yang mulai semakin memekat, dalam hati ia begitu merindukan Anne. Apakah pria itu tidak menjenguknya? Setidaknya untuk melihat keadaannya? Air mata menetes membasahi bantal, merasakan kerinduan yang teramat dalam pada Luciano, yang belum pernah ia rasakan pada siapa pun. Belum pernah ia menahan kerinduan yang begitu kuat sebelum ini. Matanya terpejam, memutar kenangan indahnya ketika hubungannya dan Luciano masih baik-baik saja. Mengingat bagaimana perhatiannya pria itu kepadanya.Kelembutan, kehangatan, dan kenyamanan pria itu. Apakah sekarang semua itu tidak akan ia dapatkan lagi? Apakah semua itu akan menjadi milik wanita lain? Anne menahan isak tangisnya, hingga tertidur karena terlalu lelah. Luciano tidak datang malam itu, esoknya juga tiga hari kemudian. Saat dokter mengatakan Anne sudah boleh melakukan rawat jalan. Anne terduduk di pinggiran tempat tidur, pandangan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23

Bab terbaru

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   27. Gadis Kecil Kesayangan

    "Jadi memang ya?" Anne mendorong dada Luciano menjauh. Kedongkolan tampak jelas memekati rautnya yang muram. Menyentakkan tangan Luciano yang masih melingkari pinggangnya."Aku tidak mengatakan tidak. Itu terdengar seperti sebuah kebohongan, Anne. Kau tak akan menyukainya.""Tidak. Kau salah besar, Luciano.""Lalu apa yang kau inginkan?" Suaranya mulai diselimuti kefrustrasian. "Aku lebih baik mendengar kebohongan. Aku akan mempercayaimu. Selama kau yang mengatakannya."Luciano membelalak. Mulutnya membuka nutup tak percaya. Belum pernah ia setercengang ini menghadapi kelabilan Anne. "Jadi kau lebih suka kebohonganku?""Sekarang, tidak keduanya. Kau memang tak pernah memahami wanita, Luciano. Tak pernah memahamiku sebagai seorang istri. Sebagai pasangan. Sebagai satu-satunya wanitamu. Kau yakin kau menganggapku sebagai istrimu? Bukan hanya sebagai wanita pemuas nafsumu seperti mereka?""Kau tahu itu tidak benar, Anne. Jangan mengada-ada sesuatu yang tak pernah benar."Anne mengibaska

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   26. Pesta Pernikahan Ibra

    Suasana pesta sudah ramai dan ballroom sudah dipenuhi kemeriahan serta canda tawa. Suara musik yang mengalun lembut sebagai latar belakang kemewahan pesta tersebut menyambut Anne dan Luciano yang bergandengan mesra memasuki ruangan yang luas dengan hiasan bunga dan kerlap-kerlip lampu di mana-mana.“Apakah Faraz dan Estelle akan datang?”“Mereka sudah putus, Anne. Kenapa mereka datang bersama?”“Siapa bilang mereka sudah putus. Tadi pagi aku menelpon Estelle dan yang menjawab Faraz. Mereka jelas masih sering tidur bersama. Faraz benar-benar memanfaatkan Estelle. Kenapa meniduri wanita jika tidak berniat menikahinya.”“Hmm, itu urusan mereka.”Anne mendadak terdiam dengan reaksi penuh ketenangan Luciano. Kedua alis wanita itu saling bertaut ketika menoleh ke samping dengan. “Apakah gaya berkencan kalian memang seperti itu?”“Siapa kalian?”“Kau dan Faraz.”“Hanya Faraz, Anne. Kenapa kau membawa-bawa namaku?”“Meski sekarang aku satu-satunya wanita yang tidur denganmu, kau pikir aku per

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   25. Tak Ada Kecemasan

    “Laki-laki lagi?” Luciano mengangkat salah satu alisnya. Suara rengekan baby Zha mulai tenang dalam gendongan Anne.“Ya. Kau tak suka?”Luciano menggeleng. “Laki-laki atau perempuan, aku tak pernah mempermasalahkannya, Anne. dia anakku.”“Mamaku bilang, saat kau melahirkan anak perempuan. Itu artinya kau menciptakan musuh bebuyutanmu.”Mata Luciano membulat tak percaya, lalu terbahak dengan keras hingga gigi geraham pria itu terlihat.“Kenapa kau tertawa? Kau pikir itu lucu?”Luciano menggeleng. Mencoba menghentikan tawanya karena baby Zha yang mulai bergerak tak nyaman. “Apa maksudmu dengan menciptakan musuh bebuyutan?” tanyanya, berusaha menahan tawanya kembali terlepas.“Dia bahkan bisa menjadi lebih licik dari wanita-wanita yang mencoba memisahkan kita, Luciano.”“Dia putrimu.”“Itulah sebabnya aku ingin seorang putra. Aku tak mau memusuhi putriku sendiri.”“Apakah kau memusuhi ibumu?”Anne terdiam, tampak mengingat-ingat lalu mengangguk. “Setiap kali mama dan papa saling berdekat

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   24. Satu Kesempatan

    Anne terbangun karena dorongan dari dalam perut yang membuatnya gegas turun dari ranjang. Memuntahkan semua makan malamnya yang bahkan tak seberapa. Semakin hari gejala kehamilan datang semakin intens. Bahkan pusing yang semakin sering datang jika ia kurang tidur atau terlalu banyak tidur.Setelah beberapa saat, akhirnya napasnya kembali normal dan tenaganya memulih. Ia bangkit berdiri, menyeka wajahnya di wastafel. Menatap wajah pucatnya yang rasanya sedikit gemuk.Rasanya selera makannya menurun akhir-akhir ini. Meski tak pernah melewatkan jadwal makannya dan memaksa makanan masuk ke mulutnya. Setidaknya untuk memenuhi gizinya dan janin dalam kandungannya. Yang sepertinya lebih banyak dibantu oleh susu ibu hamil dan vitamin.Tubuhnya berputar, hendak keluar ketika tersentak dengan keras dan nyaris berteriak saking kagetnya dengan sosok yang bersandar di pinggiran pintu.“L-luciano?” Suara Anne tercekat. Berusaha meredakan jantungnya yang berdegup kencang. Matanya berkedip beberapa k

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   23. Ditinggalkan

    Anne tak tahu ke mana Luciano membawa baby Zha pergi. Ia hanya menunggu di rumah selama berhari-hari. Berharap pria itu akan datang untuk pulang. Tetapi hingga satu minggu berlalu, Anne masih sendirian. Tak berhenti merasa sendirian dan kesepian meski beberapa kali Ibra menghubunginya dan menanyakan keadaannya.Anne berusaha menghubungi Farz untuk mencari tahu di mana pria itu dan putranya. Tapi lagi-lagi jawaban Faraz tak pernah memuaskannya.“Aku tahu kau tahu di mana mereka berada, Faraz. Siapa pun tak ada yang tahu, kecuali kau.”Faraz mendesah pelan. Menurunkan kedua tangannya di meja. “Kalau begitu kuralat jawabanku. Aku tak bisa memberitahumu.”“Setidaknya minta Luciano bicara denganku. Apakah dengan pergi akan menyelesaikan masalah?”“Lalu apakah dengan meminta cerai juga akan menyelesaikan permasalahanmu?”Anne menutup mulutnya. Jatuh terduduk di kursinya. “Aku tak bermaksud mengatakannya,” sesalnya dalam gerutuan yang lirih. Wajahnya tertunduk lunglai.Faraz menatap Anne se

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   22. Menetapkan Perasaan

    “Ibra?” Anne terkejut dengan kemunculan Ibra yang berjalan memasuki ruangan.“Hai.” Ibra melangkah masuk, lekas mendekati ranjang dan menyentuhkan telapak tangannya di kening baby Zha. “Panasnya sudah turun.”“Kau di sini?” Anne menatap jam di dinding yang baru saja melewati tengah malam.“Esther mengirimiku pesan. Luciano tiba-tiba membatalkan pertemuan untuk besok karena baby Zha masuk rumah sakit. Butuh beberapa jam untuk sampai, jadi aku datang.”“Kau tak perlu datang.”“Aku sudah datang, jadi jangan menyuruhku pulang.” Ibra kembali menatap baby Zha. “Apa kata dokter?”“Hanya demam. Tapi masih menunggu hasil tes untuk kepastiannya. Mungkin besok pagi. Kuharap semuanya baik-baik saja.”“Ya, mungkin hanya kelelahan karena seharian main bersama mama dan papaku.”“Ya, kuharap. Terima kasih sudah datang.”Ibra menarik kursi mendekat ke ranjang pasien. “Sepertinya kau belum tidur sama sekali.”“Tadi sempat tertidur, tetapi terbangun karena rengekannya dan langsung ke rumah sakit.”“Tidu

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   21 Kesalahan Yang Fatal

    Melihat kedua orang tua Ibra, rasanya seperti meluapkan kerinduannya terhadap kedua orang tuanya. Anne memeluk dalam-dalam mama Ibra, berharap pelukan itu adalah pelukan mamanya sendiri. Begitu pun dengan papa Ibra yang mengusap ujung kepalanya dengan penuh kasih.“Sudah lama tak melihatmu, Anne. Dan putramu sudah semakin besar sejak terakhir kali om lihat.”Anne tertawa. Melihat papa Ibra yang menggendong baby Zha, dalam benaknya seolah adalah papanya sendiri yang menggendong putranya. Keinginan dan harapan terbesar papanya yang belum sempat ia tunjukkan pada sang papa.Ibra menyodorkan sapu tangannya ke arah Anne.“Terima kasih.” Anne mengusap ujung matanya yang basah. Kembali menatap kedua orang tua Ibra yang kini tertawa gemas dengan celotehan baby Zha.Ibra merangkul Anne, menjatuhkan kepala wanita itu ke pundaknya. Sedikit meredakan kerinduan Anne pada kedua orang tua wanita itu di tengah keluarganya. “Kau tahu kau tak pernah sendirian di dunia ini, Anne. Kami keluargamu.”Anne

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   20. Perang Dingin

    Anne sengaja memejamkan matanya begitu mendengar suara langkah kaki dari arah belakang punggungnya. Berusaha memancing rasa kantuk yang sejak tadi sulit datang meski jam sudah melewati tengah malam karena Luciano belum pulang. Tak biasanya pria itu pulang larut dan tanpa kabar seperti ini.Marah, sedih, dan kecewa. Pada dirinya sendiri dan pada pria itu. Ialah yang memulai perang dingin ini lebih dulu. Tetapi kenapa balasan dari Luciano juga terasa begitu menusuk dadanya. Mengiris hatinya dengan cara yang paling buruk. Apakah keraguannya layak dibalas dengan pengkhianatan pria itu?Suara pintu kamar mandi yang ditutup membuat mata Anne kembali terbuka. Menatap pintu tersebut dengan genangan yang mulai membentuk di kedua mata.Selama seminggu lebih, Anne dan Luciano masih tak saling bicara. Anne selalu bangun kesiangan dan Luciano sudah berangkat ke kantor, malamnya Anne selalu tidur lebih dulu karena Luciano pulang larut malam. Keduanya nyaris tak saling berkomunikasi. Satu-satunya ya

  • Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir   19. Kecurigaan Anne

    “Mungkin ini terlambat dan sedikit sengaja. Tapi … bagaimana pun selamat untuk kalian berdua.” Luciano memecah keheningan yang cukup lama membentang di tengah meja. Terutama dengan sang istri yang lebih banyak menatap isi piring yang sejak tadi hanya berkurang dua potong.“Ya, kuharap kalian bisa datang di acara pernikahan kami.”“Ya. Kami akan datang. Benar, kan sayang?” Luciano menoleh pada Anne, yang duduk di sampingnya.Anne mengangkat wajah lalu mengangguk singkat. Pelayan datang untuk membawakan pesanan Ibra dan Esther. Pesanan yang sama. Pandangan wanita itu tak lepas dari Ibra yang memotong kecil-kecil daging panggang di depannya sebelum menukarkan dengan piring milik Esther.“Terima kasih, Ibra,” senyum Esther dengan tatapan yang mesra, yang ditanggapi Ibra dengan senyum yang tak kalah lebarnya.Anne mencoba mengalihkan pandangan, sibuk pada isi piringnya sendiri yang entah kenapa rasanya menjadi hambar. Mulutnya terasa pahit. Ya, ia akui ada kecemburuan yang tersemat di cela

DMCA.com Protection Status