Home / Rumah Tangga / Pesona Suami yang Diremehkan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pesona Suami yang Diremehkan: Chapter 71 - Chapter 80

118 Chapters

71. Di Balik Sikap Elea

Ramdan menggeram kesal sambil menggebrak meja memikirkan nama yang disebutkan pemilik mobil tadi. Dia menyandarkan punggung sebelum memijat pangkal hidungnya. Dia mendesah lirih sambil memejamkan mata sebelum menoleh ketika mendengar pintu diketuk."Masuk!" titahnya kepada orang di balik pintu. Ramdan berbalik dan melihat sekretarisnya mendekat sambil membawa sebuah berkas."Ada karyawan baru yang harus Bapak wawancara," ucap sang sekretaris sambil menyerahkan berkas di tangannya kepada Ramdan. "Dia sudah menunggu di depan, Pak.""Suruh masuk!"Sekretaris Ramdan segera berlalu dan kembali sambil membawa seorang wanita yang memakai kemeja putih dan celana panjang hitam. Ramdan yang membuka berkas dan membacanya sedikit mengernyit saat membaca nama yang tertera."Gwen Karisma?""Iya, itu nama saya, Pak."Ramdan langsung emndongak dan melihat Gwen yang dulu pernah membantu sudah berdiri di hadapannya. Mereka berserobok sesaat sebelum Ramdan mempersilakan Gwen untuk duduk. Setelahnya henin
last updateLast Updated : 2023-06-08
Read more

72. Perhatian Wanita Lain

Ramdan menatap lekat wajah Elea yang terpejam dalam dekapannya. Dia menyibak anak rambut yang menutupi dahi sang istri sebelum mengecup keningnya. Setelahnya, dia makin mengeratkan pelukan dan bergumam."Terima kasih atas maaf yang kamu berikan, Elea. Aku janji akan memberikan hatiku hanya untukmu."Ramdan tersenyum tipis sebelum memejamkan mata. Sementara itu, Elea perlahan membuka mata. Dia mendongak dan tersenyum melihat wajah damai suaminya. Tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi sang suami sebelum berkata lirih."Terima kasih karena mencintaiku dengan caramu, Ramdan. Aku janji akan selalu ada di dekatmu, mendukungmu, dan menopangmu di saat jatuh."Elea kembali tersenyum sebelum menelusup ke dada suaminya. Dia menghela napas panjang dan menghidu aroma tubuh Ramdan sebelum memejamkan mata.Keesokan harinya, Ramdan terjaga lebih dulu. Dia menatap lekat wajah sang istri yang masih terpejam dalam dekapannya sebelum mengecup keningnya."Morning, my beautiful wife?"Elea perlahan
last updateLast Updated : 2023-06-09
Read more

73. Rahasia yang Dibawa Elea

Ramdan melajukan mobilnya dengan kecepatan kuda agar cepat sampai di rumah. Ucapan Edrik sukses memecah konsentrasinya. Beberapa kali, dia hampir saja menabrak pengguna jalan lainnya. Tak ingin terjadi sesuatu yang membahayakan, dia menepikan mobil dan bergeming sejenak.Ramdan menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sambil mencengkeram erat kemudi. Setelahnya, dia mengambil ponsel dan kembali menghubungi Elea. Kali ini panggilannya diangkat."Elea, apa kamu baik-baik saja? Kata Edrik kamu ....""Aku tidak apa-apa, Ramdan. Perutku sedikit keram tadi, tapi sekarang sudah tidak lagi. Kata dokter aku disuruh rileks dan atur napas saja kalau keramnya datang lagi."Satu helaan napas panjang lolos dari mulut Ramdan. Dia meraup wajah dan terkekeh sebelum mengantuk-antukkan kepala ke sandaran kursi mobil."Ramdan, kamu masih di situ? Memangnya ada apa?"Ramdan kembali terkekeh sebelum menyeka keringat yang membanjiri dahinya karena pikiran buruk tentang sang istri. Dia menggeleng l
last updateLast Updated : 2023-06-10
Read more

74. Makan Malam yang Gagal

"Kamu kenapa, Elea?" tanya Ramdan sambil mengempaskan tubuh di tepi ranjang.Elea langsung memeluk erat Ramdan. Raut ketakutan tampak jelas di wajahnya. Melihat itu, Ramdan mengusap pelan punggung istrinya. Usai tenang, Elea melerai pelukan dan menatap suaminya."Maaf, aku ... aku mimpi buruk tadi. Aku benar-benar ketakutan, soalnya ... soalnya ....""Sudah, Elea. Itu hanya mimpi buruk, tak akan pernah jadi kenyataan. Sebaiknya kamu bangun dan cuci muka. Kita mau makan malam."Elea mengangguk sekilas sebelum turun dari ranjang dan keluar kamar Alina. Ketika hendak berjalan menuju tangga, Ramdan menyusul dan memegangi pinggangnya."Sepertinya kita harus pindah ke lantai bawah agar kamu tidak naik turun tangga begini. Aku takut kalau meninggalkanmu sendiri.""Sepertinya ide yang bagus.""Oke, aku akan bilang Edrik untuk menyiapkan kamar di dekat kolam renang."Elea tersenyum tipis sebelum meneruskan langkah menuju kamar. Setelahnya, dia beranjak ke kamar mandi untuk membasuh muka, kemud
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more

75. Salah Sangka

Ramdan hendak mendekati Gwen, tetapi suara klakson segera menyadarkannya bahwa ada seseorang yang menunggu di dalam mobil. Dia segera membuka pintu dan menatap Elea sebelum berkata."Tunggu sebentar. Aku harus menolong seseorang."Ramdan kembali menutup pintu sebelum mendekat dan menyeruak kerumunan. Melihat Gwen tergeletak dengan kaki dan kepala berdarah, Ramdan segera berjongkok."Tolong bantu saya bawa dia ke mobil."Seorang pria berbaju hijau mengangguk sebelum membantu Ramdan membopong Gwen menuju mobil. Setelah mengucapkan terima kasih, Ramdan bergegas melajukan mobil menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, kabin mobil hanya diisi dengan hening. Elea sesekali melirik Ramdan yang fokus menatap jalanan dengan wajah mengeras. Ada banyak pertanyaan yang bercokol di tempurung kepalanya, tetapi tak berani mengatakannya karena takut Ramdan akan marah.Sesampainya di rumah sakit, Ramdan memanggil petugas medis agar membawa Gwen ke ruang UGD. Usai mendengar penjelasan dari dokter, dia
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more

76. Pesan Aneh

Keesokan harinya, Ramdan terjaga lebih dulu. Dia tersenyum tipis sebelum mengecup kening istrinya. Lalu, beringsut turun dari ranjang dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, dia keluar dan terkejut melihat istrinya sudah tidak ada di ranjang. Usai memakai baju, dia keluar kamar dan melihat Elea menangis sambil memeluk Alina. Ramdan bergegas mendekat dan mengambil pelukan Elea sambil menatap ibunya."Mau berangkat sekarang, Ma?""Ya, penerbangannya masih dua jam lagi. Tapi, kamu tahu sendiri jalanan seperti apa di jam sibuk seperti ini.""Jangan pergi, Ma. Elea masih mau tidur sambil dengar cerita Mama."Alina mengusap lembut pipi Elea sambil tersenyum tipis. "Mama pasti akan pulang setelah semua urusan di sana selesai, Sayang. Semua tugas Mama biar diambil alih Akhtar, ya?""Tapi Ramdan terlalu sibuk dengan kerjaannya.""Itu tidak akan terjadi sekarang. Mama janji Akhtar pasti akan berubah memprioritaskan kamu, Sayang. Bukan begitu, Akhtar?"Alina menatap taja
last updateLast Updated : 2023-06-13
Read more

77. Teror Kembali Datang

Ramdan berlari menyusuri lorong rumah sakit sampai di depan ruang perawatan Gwen. Dia mengatur napas sejenak sebelum membuka pintu. Namun, ruangan itu kosong dan rapi seperti tidak pernah ditinggali sebelumnya. Ramdan masuk dan menuju kamar mandi, tetapi wanita itu tak ada di sana. Dia mendesah frustasi dan menyugar rambut sebelum mengempaskan tubuh ke sofa."Ke mana dia?"Ramdan kembali bangkit dari sofa dan keluar ruangan. Dia mencari seseorang yang bisa dimintai keterangan. Di ujung lorong, dia bertemu dengan seorang tenaga medis dan segera menanyakan keberadaan Gwen."Pasien memaksa pulang, Pak. Dia sudah dijemput sama keluarganya tadi."Ramdan membeliak mendengar ucapan perawat di depannya. Usai mengucapkan terima kasih, dia kembali ke mobil dan melajukannya tanpa tujuan. Usai berputar selama setengah jam, dia berhenti sejenak dan mulai menghubungi Gwen. Namun, panggilannya diabaikan. Dia menggeram kesal sebelum kembali mencoba menghubungi. Kali ini panggilannya terjawab."Gwen,
last updateLast Updated : 2023-06-13
Read more

78. Masuk Jebakan

"Apa maksud ka--"Telepon langsung terputus. Ramdan mencoba menghubungi nomor tadi, tetapi sudah tidak aktif lagi. Dia mendesah frustasi sebelum kembali merebah di samping Elea. Dia berusaha abai dengan ucapan sang penelepon sebelum memejamkan mata.Keesokan harinya, Elea terjaga lebih dulu. Saat melihat suaminya masih terpejam, dia mencium pipinya. "Bangun, Ramdan. Cepetan siap-siap sebelum terlambat ke bandaranya."Ramdan perlahan membuka mata sebelum balik mencium pipi sang istri dan beringsut turun dari ranjang menuju kamar mandi. Usai mandi, dia bergegas berpakaian dan keluar kamar sambil menggandeng Elea. Lalu, menerima koper yang disodorkan Edrik sebelum memeluk erat istrinya."Aku akan secepatnya pulang, Elea. Aku akan kasih kabar kalau sudah sampai sana.""Ya, aku tahu. Aku juga akan kasih kabar kalau ada apa-apa."Ramdan melerai pelukan sebelum mengecup sekilas bibir istrinya. Setelahnya, dia berlalu ke mobil dan melajukannya meninggalkan rumah. Setibanya di tempat parkir ba
last updateLast Updated : 2023-06-13
Read more

79. Harapan untuk Bahagia

Ramdan terjaga setelah merasakan sinar matahari menyentuh kulitnya. Dia beringsut duduk, tetapi nyeri yang membebat kepala membuatnya kembali merebah. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum memejamkan mata sejenak, menggali ingatan tentang kejadian semalam. Namun, hanya sakit yang membebat kepalanya. Dia kembali membuka mata, menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata. Dia mengedarkan pandangan dan mengernyit heran, karena ruangan itu bukanlah kamarnya.Mendadak ranjang di sebelahnya bergoyang. Ramdan menoleh dan terkejut melihat Gwen terlelap. Perlahan, perasaan Ramdan berkecamuk hebat. Instingnya berkata ada yang tidak beres dengan dirinya. Dia mencoba duduk, tetapi tangan wanita itu dengan kurang ajarnya meraba dadanya. Dia menoleh dan melihat Gwen membuka mata sambil tersenyum."Pagi, Pak.""Lepaskan tanganmu, Gwen! Apa yang sudah kamu lakukan!"Gwen beringsut duduk sambil mendekap erat selimut untuk menutupi dadanya. Dia tersenyum dan masih berusaha untuk meny
last updateLast Updated : 2023-06-14
Read more

80. Perkenalan Awal dengan Sang Anak

Ramdan mengulas senyum saat mendengar penjelasan dokter mengenai kondisi calon buah hatinya. Elea juga melakukan hal yang sama sambil menggenggam erat jemari suaminya. Mereka bersitatap sejenak sebelum kembali mengulas senyum dan menatap sang dokter kandungan."Trimester kedua ini bisa dibilang level antara aman dan tidak. Jadi, tetap harus berhati-hati, ya, Bu.""Iya, Dok." Elea bergeming sejenak sambil melirik suaminya. Setelahnya, dia mencondongkan tubuh ke depan dan berbicara lirih kepada sang dokter. "Dok, kalau misalkan begituan sudah pasti aman, kan, ya?"Dokter di depan Elea mengernyit heran sebelum terkekeh dan mengangguk lemah. "Aman, Bu. Tapi tetap harus kontrol diri. Jangan terlalu kencang juga, bisa berbahaya nantinya."Melihat lirikan sang dokter yang diarahkan kepadanya, Ramdan mendesah lirih sebelum membuang pandangan ke sembarang arah. Setelahnya, dia mengucapkan terima kasih dan bergegas menggandeng Elea meninggalkan ruangan. Sepanjang lorong rumah sakit, Ramdan bung
last updateLast Updated : 2023-06-14
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status