Home / Pernikahan / Setelah Tiga Tahun Pernikahan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Setelah Tiga Tahun Pernikahan: Chapter 11 - Chapter 20

50 Chapters

Iri Bilang Bos!

Aku pun segera bersiap untuk menyusul Mas Elang, Mama juga Iza. Kenapa mereka tak ada keinginan mengajakku, bukannya aku ini juga bagian dari keluarga mereka, kerena telah menikah dengan Mas Elang.Ah, aku lupa kalau seorang istri, atau menantu itu setelah dibuang bisa jadi mantan. Jadi, aku ini orang lain yang kebetulan diikat oleh pernikahan.Ya ampun, aku tidak punya baju yang pantas untuk menghadiri sebuah pesta, apalagi pesta pertunangan anaknya bos Mas Elang, tentunya akan banyak orang kelas atas yang hadir.Tanganku terus memilih dan memilah, dan akhirnya berhenti pada satu brokat putih gading yang warnanya mulai memudar. Lalu, kupadukan dengan rok plisket berwarna putih. Untuk menyempurnakan penampilan aku memilih kerudung persegi warna coklat.Usai memilih baju, aku segera memoles bedak tipis ke wajah, dan lipstik merah yang warnanya mudah luntur. Tak ada bulu mata anti badai, tak ada istilah pasang alis. dari dulu, sebelum menikah aku lebih suka perawatan alami, kalau mau p
Read more

Menyulut Api

"Iri bilang, bos!" ucapku. Lalu, berjalan santai di depannya. Kemudian aku berbalik."Hei, kamu!" ucapku penuh penekanan, dan melangkah mendekat. "Aku peringatkan ya! Jangan coba-coba lagi tangan kasarmu itu menyentuh ketenangan saya, atau kamu akan menyesalinya!" Aku berbisik pelan di telinganya. Kemudian melempar senyum termanis yang kupunya."Kamu!" Wajahnya langsung memerah, tangannya terkepal kuat. Tapi, hanya kubalas dengan senyum cemooh. Kemudian aku kembali melangkah dengan anggun.Bukan hanya dia yang terkejut dengan apa yang baru saja kulakukan. Tapi, Mas Elang, Mama dan juga Iza menatap tak percaya ke arahku. Lalu, mereka yang tengah berdiri di samping perempuan tersebut kulewati begitu saja.Aku berjalan ke arah meja prasmanan. Lalu, mengambil segelas minuman. "Eum ... Hanin?" sapa Mas Elang, tau-tau sudah ada dibekangku. Aku yang tak menyangka dia datang, hampir saja menjatuhkan gelasnya saking kagetnya."Apa kita saling mengenal?" tanyaku pura-pura sambil mengangkat gel
Read more

Kecemasan Mama

"Za, tolong kamu bukakan pintu pagarnya!" ucap Mas Elang begitu kami sampai rumah."Ih, kok aku sih, Kak. Suruh Mbak Hanin-lah!" jawabnya, sambil cemberut dan melipatkan tangan di dada."Kamu gak lihat, Mbak-mu lagi gendong Ara yang lagi tidur?" tanya Mas Elang."Kan, bisa di taruh dulu, gitu aja kok repot," jawab Iza sewot."Sudah jangan ribut, nanti Ara bangun." ucap Mama menengahi.Dengan kesal akhirnya gadis itu pun menurut. "Ih, ini semua gara-gara, Mbak Hanin. Jadi, aku, 'kan yang di suruh," gerutunya kesal. Lalu, turun dari mobil.Aku diam, malas berdebat, sudah malam. Apa lagi kalau sampai tetangga dengar, selain malu tentunya bisa mengganggu mereka yang lagi tidur.Setelah mobil terparkir di garasi aku segera turun, melangkah masuk ke rumah."Hanin, ingat kamu jangan dulu tidur!" ucap Mama kembali mengingatkan. Karena, lagi menggendong Ara aku memilih mengangguk. Aku pun langsung meletakkan tubuh Ara ke tempat tidur, sebenarnya kalau tak ada perintah Mama ingin sekali aku me
Read more

Rindu Hanin yang Dulu

"Nin, kamu kenapa?" Tanya Mas Elang begitu, masuk ke rumah. "Memangnya aku kenapa, Mas?" tanyaku tak mengerti."Itu, Iza bilang kamu ngacak-ngacak baju kotor dia," jelas Mas Elang yang sebenarnya aku tak paham dengan apa yang diucapkannya."Enggak. Aku gak ada gitu, Mas. Lagian ngapain juga aku ngacak-ngacak baju kotor dia kurang kerjaan banget.""Alah ngaku aja, Mbak Hanin kalau gak mau nyuciin baju Iza gak apa-apa. Tapi, jangan gitu dong!" ucap Iza, tiba-tiba masuk dari pintu depan, tangannya terlipat di dada.Aku meringis mendengarnya, oh jadi anak ini sudah mengadu sama Mas Elang. Bahkan, Mas Elang belum sempat masuk ke rumah, dan sekarang malah memfitnah. Padahal, aku hanya meninggalkan cuciannya di dalam baskom, dan tidak mengacaknya sama sekali."Iza, kamu kenapa? Ada masalah sama, Mbak? Kenapa kamu bilang Mbak mengacak-ngacak baju kotormu ke Mas Elang. Ayo Iza bicara yang sebenarnya, jangan berbohong!" tegasku."Tuh, kan Kak Mbak Hanin gitu," Gadis itu mencebik, seolah apa ya
Read more

Menantu Idaman

"Terus siangnya, Mama makan apa kalau kamu pergi?" tanya Mama terdengar putus asa.Aku berbalik, apa iya untuk urusan makan saja, Mama kebingungan kalau tak ada aku? Padahal tubuh Mama masih terlihat sehat dan kuat."Mama bisa beli saja dulu di depan ada rumah makan, atau Mama beli sayur di warung, Bi Jum dan masak," ucapku memberi saran."Jangan keterlaluan dong, Mbak! Mbak mau enak-enakan di luar. Sementara orang tua di rumah di telantarankan. Ingat, Mbak bagaimanapun, Mama orang tua dari suami Mbak itu artinya Mama Mbak juga. Bisa kualat nanti," ucap Iza panjang lebar begitu mendengar saran yang kutawarkan.Anak ini belajar dari mana dia, bisa berkata begitu?"Ingat ya adek ipar Mbak yang paling manis, memaksa orang tua untuk berbohong itu jauh lebih tidak baik." jawabku lembut sengaja menyinggung perihal yang terjadi kemarin.Wajah Iza yang tadinya merasa sudah menang seketika berubah merah padam, ia menatapku geram."Ya udalah.Dari pada Mama bingung-bingung, sebelum pergi, aku ak
Read more

Jangan Menyimpan Bangkai

Terkejut, itulah kesan yang pertama kali ditunjukkan Mas Elang begitu melihatku. Lalu, dengan gerakan cepat ia segera menarik tangannya dari perempuan itu.Aku meringis melihat adegan saling berpegangan tangan tersebut. Seperti sepasang remaja yang tengah jatuh cinta. Tapi, untuk seusia mereka, bukankah terlalu norak? Ah, aku lupa jika sepasang manusia saling jatuh cinta dunia terasa milik berdua, sementara yang lain ngontrak."H--anin? Sedang apa kamu disini?" tanya Mas Elang gugup."Aku baru saja bertemu temanku-Vania. Bukankah semalam sudah kubilang, Mas?""Ah, i--ya. Mas lupa. Kamu mau pulang sekarang? Mas antar ya, atau Mas pesankan taksi?" Mas Elang benar-benar terlihat gugup, seperti maling yang ketangkap basah."Tidak usah, aku sudah pesan taksinya. Mas sendiri ngapain disini?" Aku balik bertanya."Eum ... Tadi, Mas ... Habis ketemu client. Iya Mas habis ketemu client," ucapnya meyakinkan. Sementara perempuan tadi hanya diam."Oh gitu. Tadi, aku pikir sengaja jalan-jalan buat
Read more

Cari Muka

"Mas, aku mau kita ngontrak aja!" Mas Elang yang tengah sibuk memasangkan dasi langsung menoleh ke arahku."Kenapa? Kamu ada masalah sama Mama dan Iza?"Aku menggeleng. "Terus kenapa tiba-tiba kamu mau kita ngontrak?""Gak apa-apa, aku cuma mau kita lebih mandiri saja.""Terus kalau kita ngontrak, yang ngurus Mama dan Iza siapa? Aku ini anak laki-laki satu-satunya. Jadi, sudah sewajarnya aku mengurus Mama," terang Mas Elang dengan wajah keberatan."Meski tinggal terpisah, kalau Mama ada apa-apa, aku gak keberatan kok ngerawat Mama. Mau ya, Mas! Kita ngontraknya gak usah jauh-jauh biar dekat ke Mama. Lagian, ada Iza anak itu sudah besar dia pasti bisa diandalkan."Mas Elang nampak menghela napas. Meski terlihat keberatan akhirnya ia mengiyakan permintaanku.***"Apa mau ngontrak?" ucap Mama kaget saat aku mengutarakan keingian untuk pindah rumah. "Iya, Ma. Mas Elang juga udah setuju." jawabku sambil tersenyum dan melihat ke Mas Elang."Benar begitu, Lang?" tanya Mama tak percaya."Ka
Read more

Mengerjai Sava

Aku : Cari tahu tentang Alsava, seketaris dari Elang Dirgantara jangan sampai ada info yang terlewatkan satupun.Pesan terkirim. Aku sengaja minta tolong ke Vania untuk mencari tahu tentang Alsava. Perempuan itu tidak biasa dibiarkan begitu saja.Vania: Ah, siap.Aku tersenyum begitu mendapatkan balasan dari Vania. Lalu kembali memasukkan ponsel ke saku."Mbak Hanin ngapain di situ?" Tiba-tiba, Iza keluar menganggetkanku."Eh, eum ... Mbak cuma nganter ini," ucapku. Lalu, memperlihat semangkuk bubur ayam yang tadi kupegang."Telat," jawab Iza singkat. Lalu, pergi begitu saja."Eh, Za itu teman kantornya Mas Elang ada perlu apa kesini?" tanyaku pura-pura belum tahu.Iza hanya mengendikkan bahu. "Caper kali," jawabnya kemudian. Lalu, kembali melangkah pergi.Setelah semuanya pergi, aku menghela napas. Kemudian melangkah masuk. Menemui Mama yang masih betah duduk di atas sofa."Siapa yang bikinin Mama bubur, Mama beli?" tanyaku pura-pura, begitu melihat mangkuk bekas pakai yang terletak
Read more

Terkejut

"Siapa, Mas?" tanyaku penasaran begitu melihat perubahan air mukanya."Eum ... I--bu-nya Sava," ucap Mas Elang.Dahiku langsung berkerut. "Ibunya Sava?" tanyaku heran."Iya.""Ada apa?""Mas gak tahu.""Coba angkat!"Mas Elang pun mengangguk, dan mengangkat telponnya. Tidak lama kemudian, Mas Elang pun menyudahi pembicaraan."Ibunya Sava bilang apa?" tanyaku begitu melihat Mas Elang mematikan ponselnya. Lalu, dengan santai menyendokkan makan ke mulut. Sementara Ara sibuk dengan ayam goreng yang tadi kukasih."Katanya, Sava belum pulang sampai sekarang.""Terus apa hubungan sama, Mas. Memangnya Sava gak punya keluarga?" tanyaku mengintimidasi."Eum ... M--as juga gak tahu," jawab Mas Elang gugup."Terus sekarang, Mas mau pergi mencarinya?" "Eum ....""Aku gak ngizinin," potongku cepat.Mas Elang hanya diam, meski bisa kulihat aura wajahnya menggambarkan ke khawatiran. Entah khawatir sebagai atasan dan bawahan atau ada sesuatu yang lain.Setelahnya kami melanjutkan makan dengan diam, ha
Read more

Lepaskan Elang

[Aku tahu saat ini kalian pasti tengah bertengkar hebat. Sudahlah, buat apa mempertahan orang yang jelas-jelas di hatinya menyimpan perasaan pada orang lain. Lebih baik sudahi saja, bukankah jika dilanjutkan hanya akan menjadi toxic?Dan, bukankah, Mbak lihat sendiri bagaimana laki-laki yang kamu sebut suami itu begitu mengkhawatirkanku?]Sebuah pesan dengan nomor tak dikenal masuk ke ponselku. Tak ada foto profil atau nama lainnya. Tapi, dari caranya mengirim pesan aku tahu itu adalah Sava.Aku tak berniat membalasnya, dan kembali meletakkan ponsel di atas meja begitu saja. Sebagai perempuan tadinya aku berniat bicara baik-baik. Terlebih kami sama-sama memiliki seorang puteri. Tapi, keadaan tak sesuai rencana.Sejak kejadian kemarin aku dan Mas Elang bahkan belum bicara sama sekali. Lebih tepatnya aku yang memilih tak ingin bicara."Hanin, sampai kapan kamu akan mendiamkan, Mas! Tolong bicaralah, jangan seperti ini. Bukankah Mas sudah bilang kalau Mas dan Sava tidak ada hubungan apa-
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status