"Ingat ya, Mas jangan sampai hanya kamu kasian karena dia janda. Lalu, kamu menjandakan istrimu!" tekanku.Mas Elang menghembuskan napas kasar, wajahnya langsung memerah, rahangnya mengeras, dan matanya membulat begitu mendengar perkataanku."Ngomong apasih kamu ini? Sudahlah kalau kamu memang tidak percaya!" Mas Elang menjawab dengan nada tegas. Detik berikutnya laki-laki itu keluar kamar dengan wajah gusar. Tak lama setelahnya terdengar suara mobil pergi menjauh. Entah mau kemana dia?Selama pernikahan aku tak pernah melihat Mas Elang semarah ini, demi membela perempuan itu. Rasa kecewa seketika merajai hati, juga marah kesal menjadi satu.***Malam kian larut. Aku terbangun, dan menatap jam yang menggantung di dinding. Waktu menunjukan pada angka 11 lebih 30 malam. Tapi, belum ada tanda-tanda Mas Elang akan pulang, sebenarnya sedikit menyesal. Tapi, mau bagaimana lagi? Karena, rumah tangga kami tengah terancam, dengan kehadiran seseorang, dan aku tentunya tidak bisa diam begitu saj
Read more