Semua Bab Setelah Tiga Tahun Pernikahan: Bab 1 - Bab 10

50 Bab

Dikira Cupu Ternyata Suhu

"Kamu ini gimana sih Lang? Mama bilang butuh 5 juta malah dikirim dua juta?" protes Mama begitu masuk ke rumah dari pintu depan, suaranya menggema di ruang tamu.Aku dan Mas Langit yang tengah duduk di sofa ruang tamu, seketika langsung menoleh. Mama berjalan ke arah kami sambil memegangi barang belanjaan bersama Fariza adiknya Elang."Iya, gara-gara kak Elang aku gak jadi beli sepatunya?" keluh gadis yang biasa di panggil Iza itu sambil memberengut. Lalu, menghempaskan bo kongnya dengan kasar ke atas sofa. Gurat kecewa terpancar di wajahnya.Mama dan Iza baru saja pulang dari salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota ini. Harusnya mereka senang. Tapi, nyatanya begitu pulang wajah mereka malah terlihat kesal."Kan sepatu kamu banyak dan masih pada bagus, Za," balas Mas Elang."Ih ... Tapi, 'kan aku sukanya yang itu Kak," ucap Iza, sambil memajukan bibirnya.Mas Elang terlihat menghela napas, menghadapi kelakuan Iza yang memang terlihat manja. Gadis yang baru duduk di kelas dua S
Baca selengkapnya

Demi Menghemat

"Kesambet apa sih istrimu itu, sampai berani bicara begitu? Seumur hidup baru kali ini Mama hanya makan sambal terasi sama tempe goreng," umpat Mama kesal begitu usai makan, sembari berjalan ke ruang tengah.Aku yang hendak membereskan meja makan hanya tersenyum mendengar ucapan Mama, sambil mengelus dada."Iya tau nih, mana sambelnya pedas banget sampai nempel di lidah. Rasanya aneh," timpal Iza."Sudahlah, Ma tidak perlu di perpanjang. Mungkin stok bahan bakunya di kulkas memang hanya tinggal itu. Lagian bukannya Mama sendiri yang bilang ke Hanin kalau harus hemat?""Iya. Tapi, bukan gini caranya. Ini namanya nge-prank. Keterlaluan orang tua disuruh makan yang kayak begituan.""Eum ... Tapi, menurut Elang lumayan enak.""Idih, Kak Lang apaan sih makanan kayak gitu dibilang enak," timpal Iza.Setelahnya aku tidak lagi mendengar pembicaraan mereka. Entah kemana? Biarlah sesekali dikasih makan yang sederhana itu perlu, biar tahu gimana orang-orang diluaran sana yang mengalami hidup sus
Baca selengkapnya

Aroma Parfum

"Ma, usu!" Bocah yang baru disapih itu, mengangsurkan botol susunya yang kosong ke arahku.Aku tersenyum gemas, melihat pipinya yang semakin hari semakin gembul."Ara mau susu?" Kinara langsung mengangguk. "Tunggu sebentar ya, Mama bikin dulu susunya!" Aku pun langsung bergegas ke dapur untuk membuatkannya susu, setelahnya kembali ke kamar, dan memberikan padanya.Begitu menerima dot yang sudah terisi penuh, Ara langsung berguling ke atas ranjang dan meminum susunya sampai tertidur. Tak ingin menyiakan waktu, aku pun gegas ke dapur, tugasku bertambah karena tidak boleh memasak nasi menggunakan megic com. Saat ini aku tengah sibuk di halaman belakang, memulai rutinitas baru. Ternyata, untuk memasak nasi dengan menggunakan tungku tidak semudah yang dibayangkan.Tidak lama kemudian. Dari dalam, aku mendengar Mama terbatuk-batuk, sambil berteriak memanggilku."Hanin ... Apa yang kamu lakukan?" tanya Mama, langkahnya mendekat ke arah belakang dimana aku berada."Asap apa ini? Apa rumah k
Baca selengkapnya

Tak Percaya

"Nin, sedang apa kamu?" Tau-tau Mas Elang sudah keluar dari kamar mandi. Sementara aku masih sibuk dengan pikiran sendiri, mengamati lelaki yang saat ini tengah berjalan ke arahku, sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Dalam hati ada keinginan bertanya kenapa kemeja yang baru saja dipakainya bau minyak wangi perempuan."Jujur saja, Mas itu wangi parfum di bajumu milik siapa?" Akan tetapi, kalimat itu hanya tertahan di tenggorokan."Nin?" Mas Elang mengibaskan tangannya di depan wajah, membuatku langsung mengerjap, dan tersadar dari lamunan."Ah iya. Ada apa, Mas?""Kamu lagi ngapain? Dari tadi, Mas tanya malah bengong.""Eh, masa sih. Enggak kok aku gak lagi ngapa-ngapain," jawabku. Lalu, langsung berjalan ke arah pojok kamar, menaruh pakaian kotor milik Mas Elang. "Apa, Mas mau makan?""Mas masih kenyang, tadi di kantor di bawain teman makan."Aku mengangguk. "Oh gitu? Temanmu pasti baik banget ya, sampai bawain makanan segala.""Eum ... E-enggak juga sih. Katanya
Baca selengkapnya

Mama dan Iza Kenapa

"Apa-apaan tagihan listrik bisa sampai segitu?" Mama berseru penuh emosi begitu pulang ke rumah, wajahnya langsung terlihat kesal.Aku yang tengah menyapu di teras depan langsung menghentikan aktifitas."Ada apa, Ma?""Masa iya tagihan listrik hampir satu juta? WIFi lima ratus ribu, belum lagi tagihan sofa yang kemarin kamu beli 750 ribu," keluh Mama."Harusnya berapa, Ma? Biasanya aku juga bayarnya segitu kok," jawabku."Kalau kayak gini bisa tekor, Mama. Elang kasih uang buat kamu?" Aku menggeleng. "Kan, uangnya sudah Mas Elang kasih sama Mama semua.""Ya sudahlah." Wajah Mama semakin terlihat kesal. Pasalnya selama ini mereka hanya taunya ada, dan kebutuhan terpenuhi. Tidak peduli dengan cicilan yang harus segera di bayar.Mama pun berlalu masuk ke rumah. Sementara aku melanjutkan menyapu teras. Biar saja, Mama yang katanya mau mengurus keuangan, aku tak peduli toh yang penting, Mas Elang masih memberi jatah untuk jajan Kinara.Usai menyapu di depan, aku kembali masuk. Mengerjakan
Baca selengkapnya

Notif Pesan

"Mama sama Iza kenapa kok kayak lesu gitu, udah makan?" Mas Elang yang baru saja masuk ke rumah langsung bertanya.Mama menggeleng lemah, begitu pun Iza wajah mereka bahkan terlihat pucat."Nin mereka kenapa?" "Aku juga gak tahu, Mas.""Masa kamu juga gak tahu? Bukannya kamu sejak tadi di rumah?""Iya. Tapi, tadi sebelum makan siang baik-baik aja." Aku pun bingung, entah apa yang sebenarnya terjadi."Ya udah Mama sama Iza makan dulu! Ini Elang bawain makanan kesukaan kalian." Tak seperti biasanya Mama nampak tak bersemangat, begitu pun Iza.Aku melangkah mendekat meraih tubuh Mama, yang terasa dingin."Mama sakit, kita pergi ke rumah sakit aja ya!" bujukku.Mama menggeleng. "Mama cuma sakit perut. Sepertinya salah makan." Mama akhirnya bicara."Memangnya Mama sama Iza habis makan apa?" tanya Mas Elang."Cuma makan nasi sama ayam bakar aja," jawab Mama."Bukannya Mama udah biasa makan itu?" tanyaku heran. Pasalnya, kalau lagi malas makan Mama suka beli makanan di rumah makan langganan
Baca selengkapnya

Perempuan Cantik

"Nin ada makanan apa?" Tau-tau Mama sudah berdiri di belakangku membuatku terlonjak kaget."Mama? Mama udah sehat?" Aku bertanya balik."Udah mendingan, sekarang Mama laper." Mama langsung duduk di meja makan."Aku belum masak, Ma. Bahan di kulkas hanya tinggal daging ayam sepaha," jawabku."Ya sudah, kamu beli saja dulu bahannya. Ini uangnya!" Mama mengangsurkan dua lembar uang berwarna merah. "Kamu atur saja, kalau bisa bisa buat dua Minggu ke depan." ucap Mama.Kalau mau makannya sederhana mungkin bisa saja. Tapi, setiap hari harus ganti menu dan ada daging."Ya sudah aku ke warung dulu!""Emmm," jawab Mama singkat.Sambil berjalan aku membalas pesan yang tadi dikirim Vania. Tadi, Mama keburu datang jadi aku belum sempat membalasnya. Rencananya hari ini Vania ngajak ketemuan, selain membahas soal info pekerjaan yang kemarin kutanyakan, kami juga sudah lama tidak bertemu. Anggap saja sebagai reuni.Setelah ngobrol sama Vania lewat chat aku menyudahi topik pembicaraan, dan akan ketem
Baca selengkapnya

Tak Secantik Wajahnya

Saat menyadari keberadaanku, perempuan dengan kemeja putih yang dipadukan rok span itu langsung memindaiku dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu berganti menatap ke Ara."Maaf Ibu siapa, dan ada perlu apa? Kalau mau minta sumbangan, bukan di sini tempatnya." Perempuan dengan warna rambut pirang, dan memiliki wajah cantik itu bertanya dengan nada merendahkan.Entah, apa maksudnya? Apa aku terlihat seperti pengemis? Kuakui wajahnya memang cantik, tapi tak secantik kalimat yang baru saja keluar dari bibir merahnya."Maaf saya bukan pengemis!" Aku menekan pada kalimat terakhir. "Saya kesini mencari Mas Elang," lanjutku."Ada perlu apa ibu mencari Pak Elang? Kalau memang ada yang penting katakan saja, nanti akan saya sampaikan! Pak Elang sibuk tidak bisa diganggu," ucapnya ketus. Tangannya terlipat di dada.Aku langsung menarik napas dalam. Lalu, membuangnya dengan masygul. Marah? Ingin sekali rasanya. Tapi, kutahan. Entah menjabat dibagian apa perempuan ini hingga bisa berkata begitu.
Baca selengkapnya

Elang

"Pak ini berkas untuk meeting pagi ini, dan perlu Bapak tanda tangani," ucap seketarisku."Oh iya, taruh saja di situ!"Namaku Elang Dirgantara seorang manager di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran.Aku memiliki seorang istri bernama Hanindia, biasa di sapa Hanin, dan juga Puteri cantik yang kuberi nama Kinara. Selain itu aku juga masih punya tanggungan, Mama dan adikku-Fariza. Sementara Papa sudah lama meninggal.Sebelum menikah, Hanin adalah seorang perempuan yang cantik, dan bekerja di sebuah media cetak sebagai editor. Hanin adalah tipe penyanyang keluarga dan sangat menghormati orang tua.Kami pertama kali bertemu di sebuah acara pernikahan teman, saat itu dia tak sengaja menabrakku dan tak sengaja menumpahkan air digelasnya kebajuku. Seperti sinetron memang. Tapi, ya begitulah pertemuan kami. Sejak itu kami sering bertemu, dan akhirnya memilih untuk melanjutkan ke hubungan serius.Dalam bayanganku tak salah jika aku memilihnya sebagai istri, dia pastinya akan me
Baca selengkapnya

Memberi kejutan

"Iya juga sih." Akhirnya setelah sejenak terdiam Vania kembali bersuara. "Aku salut sama prinsip kamu, Nin ... Nanti kalau sudah nikah dan punya anak, sebisa mungkin aku juga gak mau menyuruh mertua atau orang tua buat ngasuh lagi. Sebagai anak, saat mereka di usia senja sudah sepatutnya kita membahagiakan. Kalau tak bisa memberi setidaknya jangan merepotkan," balas Vania."Nah itu dia, walau sebenarnya aku masih numpang tinggal di mertua," jawabku. Lalu, tertawa sumbang. "Ya mau bagaimana lagi, keadaan tidak memungkinkan," lanjutku."Ya setiap orang jalan pernikahnnya beda-beda. Sebenarnya setelah menikah, tidak ada anak yang mau menyusahkan orang tuanya lagi. kecuali, anak yang tak tau diri," balas Vania. Lalu, tertawa. "Eh ...BTW kalau gitu, kenapa kenapa kamu gak bayar baby sitter aja?" "Aku mana ada duit buat bayar baby sitter," jawabku jujur. Lalu, kembali mengambil sepotong kentang goreng. Setelahnya di dada terasa sesak, sementara di mata terasa ada yang memaksa untuk ke lua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status