Share

Iri Bilang Bos!

Penulis: Ina R
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku pun segera bersiap untuk menyusul Mas Elang, Mama juga Iza. Kenapa mereka tak ada keinginan mengajakku, bukannya aku ini juga bagian dari keluarga mereka, kerena telah menikah dengan Mas Elang.

Ah, aku lupa kalau seorang istri, atau menantu itu setelah dibuang bisa jadi mantan. Jadi, aku ini orang lain yang kebetulan diikat oleh pernikahan.

Ya ampun, aku tidak punya baju yang pantas untuk menghadiri sebuah pesta, apalagi pesta pertunangan anaknya bos Mas Elang, tentunya akan banyak orang kelas atas yang hadir.

Tanganku terus memilih dan memilah, dan akhirnya berhenti pada satu brokat putih gading yang warnanya mulai memudar. Lalu, kupadukan dengan rok plisket berwarna putih. Untuk menyempurnakan penampilan aku memilih kerudung persegi warna coklat.

Usai memilih baju, aku segera memoles bedak tipis ke wajah, dan lipstik merah yang warnanya mudah luntur. Tak ada bulu mata anti badai, tak ada istilah pasang alis. dari dulu, sebelum menikah aku lebih suka perawatan alami, kalau mau p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Menyulut Api

    "Iri bilang, bos!" ucapku. Lalu, berjalan santai di depannya. Kemudian aku berbalik."Hei, kamu!" ucapku penuh penekanan, dan melangkah mendekat. "Aku peringatkan ya! Jangan coba-coba lagi tangan kasarmu itu menyentuh ketenangan saya, atau kamu akan menyesalinya!" Aku berbisik pelan di telinganya. Kemudian melempar senyum termanis yang kupunya."Kamu!" Wajahnya langsung memerah, tangannya terkepal kuat. Tapi, hanya kubalas dengan senyum cemooh. Kemudian aku kembali melangkah dengan anggun.Bukan hanya dia yang terkejut dengan apa yang baru saja kulakukan. Tapi, Mas Elang, Mama dan juga Iza menatap tak percaya ke arahku. Lalu, mereka yang tengah berdiri di samping perempuan tersebut kulewati begitu saja.Aku berjalan ke arah meja prasmanan. Lalu, mengambil segelas minuman. "Eum ... Hanin?" sapa Mas Elang, tau-tau sudah ada dibekangku. Aku yang tak menyangka dia datang, hampir saja menjatuhkan gelasnya saking kagetnya."Apa kita saling mengenal?" tanyaku pura-pura sambil mengangkat gel

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Kecemasan Mama

    "Za, tolong kamu bukakan pintu pagarnya!" ucap Mas Elang begitu kami sampai rumah."Ih, kok aku sih, Kak. Suruh Mbak Hanin-lah!" jawabnya, sambil cemberut dan melipatkan tangan di dada."Kamu gak lihat, Mbak-mu lagi gendong Ara yang lagi tidur?" tanya Mas Elang."Kan, bisa di taruh dulu, gitu aja kok repot," jawab Iza sewot."Sudah jangan ribut, nanti Ara bangun." ucap Mama menengahi.Dengan kesal akhirnya gadis itu pun menurut. "Ih, ini semua gara-gara, Mbak Hanin. Jadi, aku, 'kan yang di suruh," gerutunya kesal. Lalu, turun dari mobil.Aku diam, malas berdebat, sudah malam. Apa lagi kalau sampai tetangga dengar, selain malu tentunya bisa mengganggu mereka yang lagi tidur.Setelah mobil terparkir di garasi aku segera turun, melangkah masuk ke rumah."Hanin, ingat kamu jangan dulu tidur!" ucap Mama kembali mengingatkan. Karena, lagi menggendong Ara aku memilih mengangguk. Aku pun langsung meletakkan tubuh Ara ke tempat tidur, sebenarnya kalau tak ada perintah Mama ingin sekali aku me

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Rindu Hanin yang Dulu

    "Nin, kamu kenapa?" Tanya Mas Elang begitu, masuk ke rumah. "Memangnya aku kenapa, Mas?" tanyaku tak mengerti."Itu, Iza bilang kamu ngacak-ngacak baju kotor dia," jelas Mas Elang yang sebenarnya aku tak paham dengan apa yang diucapkannya."Enggak. Aku gak ada gitu, Mas. Lagian ngapain juga aku ngacak-ngacak baju kotor dia kurang kerjaan banget.""Alah ngaku aja, Mbak Hanin kalau gak mau nyuciin baju Iza gak apa-apa. Tapi, jangan gitu dong!" ucap Iza, tiba-tiba masuk dari pintu depan, tangannya terlipat di dada.Aku meringis mendengarnya, oh jadi anak ini sudah mengadu sama Mas Elang. Bahkan, Mas Elang belum sempat masuk ke rumah, dan sekarang malah memfitnah. Padahal, aku hanya meninggalkan cuciannya di dalam baskom, dan tidak mengacaknya sama sekali."Iza, kamu kenapa? Ada masalah sama, Mbak? Kenapa kamu bilang Mbak mengacak-ngacak baju kotormu ke Mas Elang. Ayo Iza bicara yang sebenarnya, jangan berbohong!" tegasku."Tuh, kan Kak Mbak Hanin gitu," Gadis itu mencebik, seolah apa ya

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Menantu Idaman

    "Terus siangnya, Mama makan apa kalau kamu pergi?" tanya Mama terdengar putus asa.Aku berbalik, apa iya untuk urusan makan saja, Mama kebingungan kalau tak ada aku? Padahal tubuh Mama masih terlihat sehat dan kuat."Mama bisa beli saja dulu di depan ada rumah makan, atau Mama beli sayur di warung, Bi Jum dan masak," ucapku memberi saran."Jangan keterlaluan dong, Mbak! Mbak mau enak-enakan di luar. Sementara orang tua di rumah di telantarankan. Ingat, Mbak bagaimanapun, Mama orang tua dari suami Mbak itu artinya Mama Mbak juga. Bisa kualat nanti," ucap Iza panjang lebar begitu mendengar saran yang kutawarkan.Anak ini belajar dari mana dia, bisa berkata begitu?"Ingat ya adek ipar Mbak yang paling manis, memaksa orang tua untuk berbohong itu jauh lebih tidak baik." jawabku lembut sengaja menyinggung perihal yang terjadi kemarin.Wajah Iza yang tadinya merasa sudah menang seketika berubah merah padam, ia menatapku geram."Ya udalah.Dari pada Mama bingung-bingung, sebelum pergi, aku ak

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Jangan Menyimpan Bangkai

    Terkejut, itulah kesan yang pertama kali ditunjukkan Mas Elang begitu melihatku. Lalu, dengan gerakan cepat ia segera menarik tangannya dari perempuan itu.Aku meringis melihat adegan saling berpegangan tangan tersebut. Seperti sepasang remaja yang tengah jatuh cinta. Tapi, untuk seusia mereka, bukankah terlalu norak? Ah, aku lupa jika sepasang manusia saling jatuh cinta dunia terasa milik berdua, sementara yang lain ngontrak."H--anin? Sedang apa kamu disini?" tanya Mas Elang gugup."Aku baru saja bertemu temanku-Vania. Bukankah semalam sudah kubilang, Mas?""Ah, i--ya. Mas lupa. Kamu mau pulang sekarang? Mas antar ya, atau Mas pesankan taksi?" Mas Elang benar-benar terlihat gugup, seperti maling yang ketangkap basah."Tidak usah, aku sudah pesan taksinya. Mas sendiri ngapain disini?" Aku balik bertanya."Eum ... Tadi, Mas ... Habis ketemu client. Iya Mas habis ketemu client," ucapnya meyakinkan. Sementara perempuan tadi hanya diam."Oh gitu. Tadi, aku pikir sengaja jalan-jalan buat

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Cari Muka

    "Mas, aku mau kita ngontrak aja!" Mas Elang yang tengah sibuk memasangkan dasi langsung menoleh ke arahku."Kenapa? Kamu ada masalah sama Mama dan Iza?"Aku menggeleng. "Terus kenapa tiba-tiba kamu mau kita ngontrak?""Gak apa-apa, aku cuma mau kita lebih mandiri saja.""Terus kalau kita ngontrak, yang ngurus Mama dan Iza siapa? Aku ini anak laki-laki satu-satunya. Jadi, sudah sewajarnya aku mengurus Mama," terang Mas Elang dengan wajah keberatan."Meski tinggal terpisah, kalau Mama ada apa-apa, aku gak keberatan kok ngerawat Mama. Mau ya, Mas! Kita ngontraknya gak usah jauh-jauh biar dekat ke Mama. Lagian, ada Iza anak itu sudah besar dia pasti bisa diandalkan."Mas Elang nampak menghela napas. Meski terlihat keberatan akhirnya ia mengiyakan permintaanku.***"Apa mau ngontrak?" ucap Mama kaget saat aku mengutarakan keingian untuk pindah rumah. "Iya, Ma. Mas Elang juga udah setuju." jawabku sambil tersenyum dan melihat ke Mas Elang."Benar begitu, Lang?" tanya Mama tak percaya."Ka

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Mengerjai Sava

    Aku : Cari tahu tentang Alsava, seketaris dari Elang Dirgantara jangan sampai ada info yang terlewatkan satupun.Pesan terkirim. Aku sengaja minta tolong ke Vania untuk mencari tahu tentang Alsava. Perempuan itu tidak biasa dibiarkan begitu saja.Vania: Ah, siap.Aku tersenyum begitu mendapatkan balasan dari Vania. Lalu kembali memasukkan ponsel ke saku."Mbak Hanin ngapain di situ?" Tiba-tiba, Iza keluar menganggetkanku."Eh, eum ... Mbak cuma nganter ini," ucapku. Lalu, memperlihat semangkuk bubur ayam yang tadi kupegang."Telat," jawab Iza singkat. Lalu, pergi begitu saja."Eh, Za itu teman kantornya Mas Elang ada perlu apa kesini?" tanyaku pura-pura belum tahu.Iza hanya mengendikkan bahu. "Caper kali," jawabnya kemudian. Lalu, kembali melangkah pergi.Setelah semuanya pergi, aku menghela napas. Kemudian melangkah masuk. Menemui Mama yang masih betah duduk di atas sofa."Siapa yang bikinin Mama bubur, Mama beli?" tanyaku pura-pura, begitu melihat mangkuk bekas pakai yang terletak

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Terkejut

    "Siapa, Mas?" tanyaku penasaran begitu melihat perubahan air mukanya."Eum ... I--bu-nya Sava," ucap Mas Elang.Dahiku langsung berkerut. "Ibunya Sava?" tanyaku heran."Iya.""Ada apa?""Mas gak tahu.""Coba angkat!"Mas Elang pun mengangguk, dan mengangkat telponnya. Tidak lama kemudian, Mas Elang pun menyudahi pembicaraan."Ibunya Sava bilang apa?" tanyaku begitu melihat Mas Elang mematikan ponselnya. Lalu, dengan santai menyendokkan makan ke mulut. Sementara Ara sibuk dengan ayam goreng yang tadi kukasih."Katanya, Sava belum pulang sampai sekarang.""Terus apa hubungan sama, Mas. Memangnya Sava gak punya keluarga?" tanyaku mengintimidasi."Eum ... M--as juga gak tahu," jawab Mas Elang gugup."Terus sekarang, Mas mau pergi mencarinya?" "Eum ....""Aku gak ngizinin," potongku cepat.Mas Elang hanya diam, meski bisa kulihat aura wajahnya menggambarkan ke khawatiran. Entah khawatir sebagai atasan dan bawahan atau ada sesuatu yang lain.Setelahnya kami melanjutkan makan dengan diam, ha

Bab terbaru

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Ending

    Reflek aku pun melangkah ke arah keributan. Begitu sudah dekat, dan melihat yang terjadi seketika mataku terbelalak tak percaya."Makanya kalau gak punya duit, mainnya jangan disini. Udah salah gak mau ngaku lagi," teriak perempuan paru baya itu memaki ke arah Iza.Iza menggeleng. "Tapi, saya gak mencuri, Bu!""Halah, maling mana ada yang mau ngaku?" ucap Ibu itu terlihat begitu emosi."Ada apa ini?" tanyaku kemudian. Tadinya aku tak ingin peduli. Karena, aku tak ada lagi urusan dengan keluarganya Mas Elang. Tapi, entah mengapa tiba-tiba saja hatiku tergerak.Iza yang melihat kedatanganku langsung berlari. "Eh mau kemana kamu?" teriak perempuan itu."Tenang, Bu. Semuanya bisa dibicarakan baik-baik," ucapku berusaha menenangkan."Kamu siapa? Jangan ikut campur ya!" sergahnya."Saya Kakaknya!" Tiba-tiba kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirku."Oh jadi kamu kakaknya? Tolong ya diajarin adiknya jangan jadi pencuri!" ucap perempuan itu masih terlihat emosi."Bukan saya ingin membel

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Terluka

    "Apa maumu?" Aku kembali bertanya dengan perasaan yang sudah tak karu-karuan. Takut, marah, emosi seketika bercampur jadi satu.Bukannya menjawab ia malah tertawa, entah apa yang lucu."Jangan main-main! Kalau tidak aku akan berteriak!" ancamku."Teriak saja sekeras yang kau mau, tidak akan ada yang mendengarmu."Ia melangkah semakin dekat, sementara aku semakin melangkah mundur, hingga tubuhku tersandar ke mobil."Kenapa kau tidak jadi berteriak?" tanyanya.Badanku mulai gemetar kala jarak kami semakin dekat, bahkan untuk berlari rasanya tidak mungkin."Apa maumu?" tanyaku dengan suara bergetar, dengan keringat dingin.Dengan segenap keberanian, aku langsung menarik kain yang menutupi sebagian wajahnya. Tapi, aku tak mengenalinya. Setelah kain yang menutupi wajahnya terbuka, dengan cepat ia langsung mengayunkan pisau itu ke wajahku. Aku yang menyadari bahaya langsung menangkisnya dengan tangan, dan hingga akhirnya tanganku yang terluka hingga mengeluarkan cairan segar. Melihatku ter

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Dicegat Seseorang

    Aku tengah berdiri di depan gedung pengadilan agama kota Bandung. Hari ini sidang perceraianku, dan Mas Elang.Lelaki itu tidak lagi berniat membujukku setelah kemarin betengkar hebat dengan Fahri di rumah makan depan kantor."Kenapa, Kak Elang mau balikan sama Mbak Hanin karena tahu Mbak Hanin kerja sebagai model, 'kan?" tanya Fahri kala itu.Mama dan Mas Elang yang mendengar pertanyaan Fahri langsung ke intinya terlihat kikuk."B--ukan begitu, kami melakukan semua ini demi Ara," terang Mama melakukan pembelaan.Tapi, Fahri tidak percaya begitu saja, dan akhirnya membuat Mama dan Mas Elang menyerah."Ibu yakin kamu kuat, Nduk!" Ibu yang saat ini tengah berdiri disamping kananku tiba-tiba membuyarkan lamunanku."Iya, Bu," jawabku.Kami pun akhirnya masuk ke dalam gedung. Aku tak pernah membayangkan jika pernikahanku akan berakhir disini, impian pernikahan sekali seumur hidup berakhir di pengadilan.Kulihat Mas Elang tertunduk lesu. Sementara Sava menatapku penuh kemenangan.Sidang pun

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Bertemu

    "Iya, Ibu mau," jawab Ibu yang akhirnya membuatku lega."Kalau begitu aku akan bicara sama Bude Maryam."Ibu mengangguk, akupun langsung memeluk tubuh Ibu dengan perasaan senang, dan berjanji pada diri sendiri disisa umurnya yang semakin tua aku akan berusaha untuk membuatnya bahagia."Yang bener kamu, Nin?" tanya Bude Maryam tak percaya saat kusuruh menempati rumah Ibu saja."Iya, Bude. Tadinya Ibu gak mau ikut denganku. Karena, khawatir rumah dan hewan ternaknya gak ada yang rawat," terangku."Ya begitulah, Ibumu," ucap Bude Maryam. "Keukeh dengan pendirian. Tapi, baik, dan mudah berempati. Sebenarnya, Ibumu juga ingin terus bersama sama kalian. Waktu pamit ke Bandung aja Ibumu bilang karena, khawatir sama kamu," lanjut Bude menjelaskan.Aku terdiam mendengar penjelasan Bude, merasa haru dengan apa yang Ibu lakukan untuk kami. Meski anaknya jauh, Ibu selalu tahu kalau anaknya tak baik-baik saja. Ah, Ibu sungguh pengorbananmu tidak akan bisa kubalas dengan apapun walaupun dunia dan s

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Pembelaan

    "Mas Elang? Kamu ngapain disini?" Aku bertanya dengan ekpresi gugup. Karena terkejut melihatnya yang tiba-tiba ada di depanku."Eum ... Mas sengaja nungguin kamu.""Mau apa lagi, diantara kita sudah tak ada urusan. Aku sudah mengurus surat perceraian kita di pengadilan. Jadi, Mas tunggu saja!"Mas Elang menggeleng. "Tapi, Mas tidak ingin pisah dari kamu!"Entah apa maksudnya, setelah membuangku begitu saja sekarang ia ingin kembali. Setelah kemarin mengetahui kalau ternyata aku bekerja sebagai seorang model."Kenapa, Mas?" tanyaku. Ingin tahu alasannya."Kasian Ara kalau sampai kita pisah," ucapnya memberi alasan. Lalu, kemarin-kemarin saat aku sudah memberi waktu sekian lama kemana dia?"Kenapa baru sekarang kamu memikirkan Ara, Mas? Kemarin kemana saja?""Eum ... Maaf! Mas tahu salah makanya Mas kesini mau minta maaf, kamu mau, 'kan maafin Mas?""Mas apa-apaan kamu?" teriak seseorang yang sontak membuat aku dan Mas Elang menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Sava."Aku pikir dianta

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Elang Ingin Hanin Kembali

    Kulihat Mas Elang hendak berangkat dari tempat duduknya. Tapi, dengan cepat Sava segera menahannya."Mau kemana kamu, Mas?" tanya Sava yang jaraknya hanya tersekat meja denganku. Meski pelan aku masih bisa mendengarnya. Bahkan, di kantor pun ia sudah memanggil Mas Elang dengan sebutan, Mas."Ingat sebentar lagi meeting dimulai!" ucap Sava memperingati. Sementara aku yang mendengar hanya berpura-pura sibuk dengan berkas di tanganku. Setelahnya tak lama kemudian meeting pun dilaksanakan, clien yang datang dari negara tetangga hanya berjumlah dua orang, dan sudah berada di ruangan.Seperti yang diperintahkan Ezra, aku mulai menjelaskan isi meeting kali ini, untungnya aku bisa berbahasa Inggris.Mas Elang, dan Sava hanya bisa tercengang setelah mengetahui posisiku di kantornya Ezra.Pihak clien terlihat puas mendengar penjelasanku, dan mereka setuju untuk bekerja sama. Selain, menampilkan produk busana muslimah pihak kantor juga memproduksi kain secara langsung, dan itu menjadi salah sat

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Satu Ruangan

    "Elang!" Tiba-tiba suara seorang perempuan yang kuhapal suaranya memanggil nama Mas Elang. Kami pun sontak menoleh ke arah sumber suara. Mataku membulat saat melihat perempuan itu bergerak maju ke arah kami."Ibu?" ucapku dan Mas Elang hampir berbarengan."I--bu kok bisa ada di sini?" tanyaku tergagap. Lalu, menyambut tangannya begitupun Mas Elang."Ibu baru saja dari rumah mertuamu. Ibu juga sudah tahu semuanya.""Eum ... Sebenarnya ini hanya salah paham, Bu. Aku bisa jelasin," ucap Mas Elang."Apa lagi yang ingin kamu jelaskan, Mas?" tanyaku."Bu!" Tiba-tiba Fahri datang, menghampiri kami. Aku yang tak tahu kalau Ibu datang bersama Fahri begitu kaget."Heh! Laki-laki bre ng sek kamu apakan kakakku?" tanya Fahri tiba-tiba wajahnya terlihat emosi. Aku tidak tahu apa yang dikatakan Mama pada Ibu dan Fahri hingga mereka tahu semuanya."Sudahlah, Bu, Fahri sebaiknya kita pergi! Ini kantor tidak enak kalau ada yang lihat!" tegurku. Malu, tentu saja. Kami pun memilih pergi masuk ke dalam k

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Perempuan yang Datang

    "Jadi kamu sudah dapat tempat tinggal?" tanya Tante Sandra, saat aku datang ke rumah untuk berpamitan, dan mengambil beberapa barangku."Alhamdulillah iya, Tan." Tante Sandra tersenyum. "Tante hanya bisa mendoakan yang terbaik. Kapanpun kamu mau pintu rumah ini selalu terbuka untukmu.""Terima kasih banyak, Tan. Aku gak tau harus bilang apa? Sekali lagi terima kasih sudah merepotkan.""Tante sama Om tidak merasa direpotkan sama sekali," ucap Om Farhan yang tiba-tiba muncul dari arah dapur, dan membuat kami seketika menoleh."Om Farhan gak kerja?" tanyaku. Lalu, menyambut tangannya."Kerja, Om pulang makan siang. Soalnya gak ada masakan seenak masakan Tantemu," godanya sembari melirik Tante Sandra, membuat keduanya tersenyum.Aku senang melihat keromantisan yang tercipta diantara mereka. Usia bukan jadi penghalang untuk selalu menciptakan kehangatan. Ah, rasanya aku iri melihat keharmonisan diantara mereka, sementara aku? Pernikahan yang kuimpikan sekali seumur hidup nyata tengah bera

  • Setelah Tiga Tahun Pernikahan   Seperti Mimpi Disiang Bolong

    "Ini!" Ezra menyerahkan dua buah kunci ke arahku. "Apa ini?" tanyaku tak mengerti."Itu kunci mobil, dan apartemen untukmu. Fasilitas dari kantor," ucap Ezra. Aku yang baru datang, dan duduk tentu saja dibuat bingung dengan sikapnya itu."Untuk apa, bukankah masa kontrak kerja kita sudah berakhir?""Diperpanjang 5 tahun?" balasnya santai. "Jika kamu setuju, kamu bisa pakai mobil, dan apartemenya!" Mataku membulat, dengan mulut sedikit menganga mendengar penjelasan Ezra. Kaget, tentu saja. Ini seperti mimpi disiang bolong."Itu mulut tutup, nanti kemasukan lalat lagi," ucapnya Ezra sembari melipatkan tangan di dada.Dengan ekpresi kikuk aku langsung menutup mulutku. Ah, sial kenpa dari dulu sikapnya tidak berubah. Menyebalkan. Akukan jadi malu."Gimana apa kamu setuju?" Tuhan seperti menjawab doaku yang saat ini tengah bingung mencari tempat tinggal. Tapi, mobil aku tidak bisa menyetir.Aku mengangguk cepat. Kesempatan ini tidak boleh kusia-siakan. "Dan ini bayaran untuk bulan kema

DMCA.com Protection Status