"Kamu sudah sadar, Ra?" Dion mendekat, menempelkan telapak tangannya di kening Savira. Panas saat kedua kulit itu menempel, namun tak sepanas saat Dion meninggalkannya. Demam istrinya sudah turun."Udah turun, tapi masih panas. Udah makan belum, Ra?"Dion meletakkan obat di atas nakas kemudian duduk tepat di samping Savira. Hening, tak ada jawaban dari mulut istrinya. Savira masih memikirkan perkataan Nunung beberapa saat tadi."Ra, udah makan belum?""Eh, iya ... apa?""Kamu gak dengerin aku ngomong, Ra? Kamu dah makan belum?"Savira tersenyum kaku kemudian menggeleng pelan. Menatap Dion membuat pikirannya kembali berkelana ke mana-mana. Bayangan Dion melepaskan pakaiannya satu-satu menari-nari di pelupuk mata. Savira bergidik ngeri."Tunggu sebentar, aku ambilkan makan."Dion pun pergi menuju lantai bawah. Dengan cepat ia mengambil bubur yang tadi dimasakan Siti."Mau saya bawakan, Tuan?" Siti berjalan mendekat ke arah Dion. Perempuan itu menunduk, takut melihat sorot mata tajam
Last Updated : 2023-07-12 Read more