Home / Romansa / Dinikahi Guru Tampan Putraku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Dinikahi Guru Tampan Putraku: Chapter 51 - Chapter 60

124 Chapters

Gagal Bertunangan

Malam bertabur bintang saat itu terlihat begitu indah namun tidak seindah hati Halwa, di mana dia harus menerima sebuah kenyataan pahit, "Bisakah kau jelaskan kepadaku, kenapa kau menolak untuk bertunangan denganku, Zan,?" Melihat Izzan hanya diam membuat Halwa tak kuasa untuk menahan amarahnya lagi, bagaimana tidak pria yang sangat diharapkannya untuk bisa bersama di sebuah ikatan pernikahan malah mengambil keputusan untuk berpisah."Bukankah kita hanya bertunangan saja, tetapi kenapa kau malah menolakku? Apakah kau sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Halwa dengan matanya yang sudah berurai air mata."Jawab aku, Zan!" teriaknya dengan meninggikann nada suaranya. Pria tampan itu tertunduk sedih, sejujurnya dia lebih sulit untuk mengambil keputusan ini namun dia tidak ingin memberikan sebuah harapan palsu kepada Halwa karena bila dia menyetujui untuk bertunangan dan tidak bisa menikah dengan gadis itu maka hal itu akan membuat Halwa terluka lebih dalam lagi, bukan? "Aku melak
Read more

Sangat Familier

Siapa sangka malam yang terang benderang banyak bintang saat itu berakhir dengan hujan yang turun dan menyisakan embun hingga pagi menjelang. Inayah masih bermalas-malasan di tempat tidur, bagaimana tidak sampai jam 12 malam matanya sulit untuk terpejam. Ditambah lagi rasa sakit yang sangat melilit di perutnya membuat perempuan itu enggan untuk bangun, ia meremas piyama tidurnya karena menahan rasa sakit yang teramat sangat. Mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnnya membuat Inayah dengan sangat teerpaksa harus bangun dari tidurnya. Ketika pintu terbuka, seseornag itu membulatkan matanya dnegan sempurna ketika mendapati Inayah yang biasanya tampil rapi kini masih mengean piyama tidur dengan penampilan berantakan lagi. "Kau kenapa? Apa kau sakit?" tanya seseorang itu yang tak lain adalah Alita."Iya, tapi perutku yang sakit," jawabnya mengangguk seraya berjalan kembali ke tempat ternyamannya."Kau sakit perut karena apa? Atau kau lagi PMS ya?" tebak Alita menelisik tajam."
Read more

Rasa Cinta Yang Begitu Dalam

"Iya, aku Izzan," ucap Izzan mengulurkan tangan ke arah Aldi seraya memperkenalkan siapa dirinya."Oh, kau adik sepupunya Irsyad ya," jawabnya membalas uluran tangan pria tampan itu dan mereka berjabat tangan seraya saling memperkenalkan diri. Aldi lebih mendekat lagi ke arah Izzan, mengingat bahwa Inayah pernah dilabrak oleh kekasihnya Izzan maka pria brewok yang merupakan sahabat sekaligus pria yang mencintai Inayah sontak menatap tajam ke arah Izzan, "Bisakah kita bicara sebentar?""Ada apa ya?" ucap Izzan merasa tatapan si pria brewok itu begitu tajam ke arahnya."Bisakah kau menjauh dari Inayah," imbuhnya dengan kalimat yang mengambang."Menjauhi Inayah kenapa?" ucap Izzann malah balik bertanya."Iya, aku tidak ingin sampai kekasihmu itu terus melabrak Inayah." Izzan mengerutkan dahinya sambil balik bertanya,"Apakah Halwa pernah melakukan itu?""Iya, beruntungnya Alita datang untuk membantunya. Jika tidak maka aku yang akan balik melabrakmu." Aldi paling tidak suka bila
Read more

Masih Tersimpan Indah

Inayah tersenyum kecil, "Andai saja aku bisa melupakannya mungkin aku sudah merasa lega namun bagaimana bila sampai saat ini namanya masih terukir indah di dalam hatiku," ungkapnya menatap Alita."Maksudmu? Bagaimana Naya?" tanya Alita ingin tahu. Pernikahan yang telah dibina selama hampir 8 tahun dan masih menyimpan sebuah rasa cinta untuk pria lain, "Bukankah itu sangat aneh?" tanyanya menatap lekat ke arah Inayah."Iya, memang sangat aneh. Ribuan kali bahkan ratusan juta kali aku mencoba untuk melupakannya namun tetap saja, nama Irsyad masih terukir indah di dalam hatiku.""Bagaimana bisa aku melupakannya bila Allah saja belum mengijinkanku untuk melupakannya. Aku sangat ingin agar bisa mencintai Mas Rafi namun bagaimana bila nama Irsyad masih tertaut di relung hati terdalam." Inayah juga mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan yang terbaik namun semua hasilnya nihil. "Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa hingga suatu ketika aku menoba untuk beramai pada hatiku.""Aku t
Read more

Semakin Dalam Kurasakan

"Yakinlah, Izzan pasti mau bertemu denganmu." Inayah berusaha menyakinkan Halwa. Gadis cantik itu tertunduk pelan, ia rasa apa yang diucapkan Inayah itu tak akan terjadi pa dirinya karena Izzan sedang tidak ingin diganggu. "Kenapa Izzan ingin berpisah dariku," desahnya berurai air mata. Inayah tak tega melihat gadis itu terus saja bersedih hingga membuat ia menyentuh jemari Halwa pelan sambil berkata, "Baiklah, aku akan mencoba untuk membantu, Dokter. Namun, bila aku masih tidak bisa membujuk Izzan, aku harap Anda harus terima dengan lapang dada." Inayah sengaja mengatakan hal itu agar Halwa siap sedia bila hal buruk akan terjadi karena Inayah tidak ingin memberikan harapan yang asa."Terima kasih, Inayah. Aku pamit pulang.""Iya, hati-hati di jalan." Mendapati kondisi Halwa yang seperti itu membuat Inayah harus menghela napas kasarnya, bagaimana bisa seorang dokter Halwa bisa sefrustasi itu. "Apa yang terjadi padanya?" tanya Alita sedikit kepo."Dia putus dengan Izzan,"
Read more

Menjauh Bukan Cara Terbaik

"Ketika dipertemukan dengan seseorang itu menandakan bahwa Allah sedang diberi sebuah hikmah, apakah kedatangan orang itu sebagai pelajaran untukmu atau sebagai pengecoh untukmu." Di situ Inayah menjelaskan bahwa dirinya tidak ingin dijadikan sebuah alasan, "Aku harap kehadiranku ini tidak menganggu hubungan kalian," tandas Inayah dengan tatapan teduh."Tidak, Nay. Bukan kehadiranmu yang mengangguku, tetapi perasaanku saja yang berlebihan padamu.""Itu dia yang aku takutkan, Zan. Aku pikir pesan singkat yang kau kirimkan malam itu semuanya bohong namun mengingat bagaimana Halwa menceitakan kisah kalian membuatku mulai yakin bahwa itu benar." Izzan menatap wajah Inayah begitu lekat, dia menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskan napasnya perlahan, "Bertemu denganmu adalah takdir, tetapi aku tak pernha tahu bila Allah akan menitipikan sebuah rasa cinta ini untukmu. Aku bisa apa, Nay?" Inayah tertegun dan hanya bisa bungkam karena dia bingung untuk menjawab apa? Namu
Read more

Inayah Diculik

Beberapa hari kemudian, Halwa benar-benar menjalankan aksinya. Ia membayar seorang pria bernama Lion, pria itu berbadan kekar untuk mengintai dan menculik Halwa. Mengingat bahwa kabar kedekatan Izzan dan Inayah sungguh membuat Halwa mulai emosi. Selama dua hari, orang-orang suruhan Halwa mengintai kediaman Inayah. Setelah dua hari mengintai, mereka pun akhirnya mengetahui jika Inayah ingin pergi di luar kota untuk urusan pekerjaannya sehingga mereka memanfaatkan kesempatan emas itu untuk melancarkan aksinya."Kita ikuti saja ke mana dia pergi. Nanti kita cegat di tempat sepi," ucap seorang pria suruhan yang duduk di samping . Teman Lion yang bernama Roy menganggukkan kepalanya. Mereka berdua saat ini tengah berada di dalam mobil yang terparkir tidak terlalu jauh dari rumah Inayah. Biasanya, Inayah akan keluar rumah pukul delapan pagi untuk pergi ke butik. Benar saja, Inayah keluar dari rumah tepat pukul delapan dengan sebuah mobil yang dikendarai oleh seorang supir. Lion
Read more

Siapa Pria Aneh Itu?

Sementara di sebuah kafe terlihat Izzan dan Halwa sedang duduk santai namun berbicara begitu serius, "Akhirnya aku sadar bahwa aku tidak akan bisa memaksakan cinta kepadamu, Zan. Namun, satu hal yang pasti aku ingin hubungan kita tetap terjalin sebagai teman masa kecil.""Apa kau yakin?" tanya Izzan dengan melayangkan tatapan tajam."Iya, aku yakin sekali!" Pria tampan dengan lesung pipi itu mencoba memperjelas sesuatu hal, "Bukankah dengan teeus bersama itu akan menyakitmu?""Tidak, Zan. Malah menjauh darimu perasaanku semakin dalam dan bisa melihatmu bahagia saja sudah cukup untukku, mungkin saat ini kita tidak ditakdirkan bersama namun biarlah rasa ini hilang dengan sendirinya." Izzan ingin menyakinkan Halwa bahwa apa yang dilakukan gadis itu benar-benar tidak akan menyakiti hatinya. "Jika itu yang kau mau, maka aku setuju.""Terima kasih, Zan." Halwa tersenyum tipis dan terus bergumam dalam hati, "Dan setelah ini kau akan menjadi milikku." Lagi asyiknya menyantap ma
Read more

Perusahaan Peninggalan Sang Kakak

"Saat ini hanya satu rencana itu saja yang terlintas di pikiranku.""Tidak, itu bukanlah rencana yang baik karena Izzan bisa menjebloskanmu ke penjara lagi bila itu sampai itu terjadi." Mendengar itu Daniel berjalan mendekati Halwa dan berdiri di sampingnya, "Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanyanya menatap gadis di sampingnya itu. Halwa menggelengkan kepalanya dan masih bingung untuk melakukan apa karena terlihat jelas bahwa saat ini gadis itu juga bingung untuk merencanakan apa karena Izzan adalah seorang pria yang pintar dan sudah pasti tahu sesuatu."Menghadapai seorang pria yang pintar seperti Izzan juga harus memerlukan otak bukan hanya rencana yang matang saja," ucap Halwa seraya menghempaskan pantatnya duduk sebuah sofa. Kemudian, disusul oleh Izzan. Dia rasa apa yang telah dikatakan oleh Halwa memang benar. "Apa yang harus kita rencanakan selanjutnya?" ujar Daniel nampak sudah lelah sedari tadi terus memandangi wajah Inayah hingga dia sudah tidak fokus lagi denga
Read more

Mencari Sopir Yang Membawa Inayah

"Aku sudah bertemu dengannya," jawab Izzan singkat."Lantas apa tanggapannya setelah mengetahui Irsyad sudah tiada?" tanya Dery serius. Di situ Izzan menceritakan bila Inayah masih mencintai Irsyad hingga membuat Dery sontak terkejut. "Yang benar saja mana mungkin, Inayah masih mencintai Irsyad?""Tapi itulah kenyataannya." Izzan menyeruput teh hangatnya. Baru saja ingin melanjutkan ceritanya, tiba-tiba saja ponselnya berdering, mendapati deretan angka yang berjejer membuat Izzan hanya mengabaikan panggilan tersebut.*** Sementara di rumah Inayah, Alita begitu sibuk menelepon ponsel sahabatnya itu karena sampai saat ini Inayah belum pulang juga. Menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam, Alita tak bisa menunggu lagi dan mencoba menghubungi Aldi."Hallo, Al. Apa kau bisa membantuku?" tanya Alita dari balik telepon.["Bantu apa, Ta?"]"Sampai malam begini, Inayah belum pulang dari membeli bahan-bahan butik, tak seperti biasanya?" imbuh Alita mulai panik.
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status