Home / Romansa / Dinikahi Guru Tampan Putraku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dinikahi Guru Tampan Putraku: Chapter 41 - Chapter 50

124 Chapters

Tentang Masa Lalu

Namun, perempuan itu lekas menjawab,"Bagaimana kau bisa tahu?""Tentu saja aku tahu karena kau begitu mencintainya." Izzan menghempaskan pantatnya di kursi kesayangan Inayah. Dia duduk santai sambil memutar-mutar kursi tersebut, mengedarkan sepasang bola matanya melihat ke layar komputer. Sebuah novel terpampang jelas dengan judul Different Castes, sangat menarik baginya hingga dia langsung bertanya. "Apakah isi novel ini berisikan cerita cintamu?" Inayah tersenyum sambil melirik Izzan, "Kau cari tahu sendiri saja ya?""Aku paling males yang namanya baca novel, Nay." Pria tampan itu terus saj mengscroll mouse di samping keyboard sambil membaca cerita yang ada di depannya itu."Wah, cinta itu adalah sesuatu rasa yang bisa buat kita bahagia bila ada di dekatnya," ucap Izzan sambil membaca isi novel di bab pertama novel milik Inayah. Izzan sontak terdiam seketika itu sambil mengulangi kalimat tersebut untuk kedua kalinya, "Jika aku boleh tahu menurutmu cinta itu apa, Nay?" t
Read more

Persepsi Mencintai Ala Inayah

"Mana mungkin aku bisa menolak keinginan orang tuaku, meski aku tahu betapa sakitnya menjalani hubungan tanpa cinta namun sikap suamiku yang begitu tulus mampu membuatku bahagia meksi tanpa cinta dan dia tahu bahwa aku mencintai pria lain.""Apa? Bagaimana mungkin dia mau menerimamu?" Izzan begitu terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Inayah, kebanyakan pria tak akan mau menjalani hubungan tanpa dicintai namun sangat berbanding terbalik dengan suaminya Inayah. Inayah tersenyum tipis, "Aku selalu berusaha untuk mencintainya namun dia juga berusaha untuk menjadi teman terbaikku, kehadiran Athar pun mulai menyadarkanku bahwa aku harus berusaha keras mencintainya ayahnya.""Begitu rumit hubunganmu ini, Nay." Izzan menarik napas kasarnya, dia tak tahu lagi harus berkata apa karena dia tidak terlalu ahli dengan cinta. Menurutnya cinta itu adalah sebuah hubungan di mana dua orang yang paling mencintai kekurangan dan kelebihannya masing-masing namun tidak bisa dalam sebuah hubung
Read more

Kembalinya Sahabat Lama

Sementara Inayah yang sedang duduk santai di kursi panasnya menikmati teh hangat yang baru saja dibuat oleh sang asistennya sontak tersenyum tipis ketika mendengar apa yang dikatakan Alita, teman sekaligus asisten pribadinya. "Siapa pria yang datang kemarin? Dan sepertinya sangat akrab sekali denganmu?""Tidak terlalu sih, tetapi dia adalah sepupunya Irsyad." Inayah menarik napas dalam, mendengar nama Irsyad sungguh sangat menyesakkan dadanya, bagaimana tidak pria yang amat dicintainya dan berharap bisa bertemu lagi di kemudian waktu telah tiada."Irsyad bukannya dia mantan kekasihmu, Naya?" tanya gadis itu melirik Inayah dengan sangat dalam."Iya, Ta. Dia sudah tiada dan aku baru tahu hal itu." "Bagaimana mungkin kau baru tahu hal ini, Naya?" tanya Alita bingung."Izzan baru memberitahuku dan dia sudah meninggal setahun yang lalu . Mungkin tidak berjauhan dengan mendiang suamiku.""Kau harus sabar dan aku yakin kau adalah perempuan kuat.""Harus kuat seperti ap lagi, Ta. Ujiaank
Read more

Cerita Tentang Athar

Aldi menoleh ke arah Inayah begitu dalam. "Hanya saja maafkan aku yang tidak ada di saat kau kehilangan suami dan putramu. Namun, satu hal yang harus kau tahu bahwa aku pulang ke sini karena kabar burung itu.""Kabar burung yang mana yang kau maksud, Al?" ucap Inayah seraya mengerutkan alisnya. Aldi berjalan sedikit maju ke arah Inayah sambil berkata, "Yang aku dengar putramu sempat kecelakaan dan apakah benar pria itu tidak mau bertanggung jawab?""Sepertinya kau salah mendapatkan informasi, Al. Dia bertanggung jawab kok.""Lalu kenapa putramu bisa meninggal? Apa karena kecelakaan itu? Yang aku dengar guru Athar adalah penyebab kecelakaan itu." Inayah tersenyum tipis dan berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada putranya, "Penyakit yang diderita Athar itu bukan disebabkan oleh kecelakaan namun karena penyakit itu sudah lama namun baru saja diketahui.""Apa?! Bagaimana kau bisa tidak tahu hal ini dan terlambat menanganinya?" Perempuan cantik itu menghela napas
Read more

Kehilangan Cincin Pernikahan

"Di mana aku menaruh cincin pernikahanku ya?" ucapnya sambil mengedarkan sepasang bola matanya untuk mencari sesuatu."Untung saja kau bertanya tadi," timpal Inayah sontak mencari benda tersebut. Merasa tidak menemukan cincin tersebut di atas sofa, ia berjalan menuju ke meja kerjanya sambil memeriksa semua laci namun tak juga menemukan cincinnya hingga dia meminta bantuan Alita supaya ikut mencari."Apa kau ingat menaruhnya di mana?" tanya Alita ingin tahu. Inayah menggendikkan bahunya pelan sambil menggelengkan kepalanya karena dia lupa telah menaruhnya di mana karena seingatnya semalam dia masih memakai cincin tersebut di jari manis sebelah kanan."Jangan-jangan..." Inayah mengatupkan bibirnya dan langsung bergegas menaiki anak tangga menuju ke lantai atas. Perempuan itu menyentuh kenop pintu kamarnya sambil memeriksa isi kamarnya itu, mengobrak-abrik ranjangnya bila saja cincin tersebut terjatuh di seprei miliknya. Beberapa menit membongkar seisi kamarnya namun Inayah t
Read more

Izzan Terluka

Inayah tersenyum geli, ia langsung mengatakan bahwa dirinya bersikap biasa saja, "Bukankah kita sangat beruntung bila memiliki seorang kekasih yang begotu posesif?""Kenapa kau menganggapnya beruntung? Bukannya sikap seperti itu lama-kelamaan akan menjadi bumerang dalam sebuah hubungan?""Selama kita bisa menyikapinya tidak terlalu serius maka semua akan baik-baik saja kok," sambung Inayah melirik Izzan. Di situ Inayah memberi nasehat kepada Izzan agar tetap memilih Halwa karena menurutnya gadis itu adalah orang baik dan sangat pantas untuk Izzan. "Apa lagi yang kau ragukan, Zan?" Pria tampan itu membenarkan posisi duduknya sembari menggedikkan bahunya pelan, "Entahlah, Nay." Dia menarik napas panjang, seolah ada sesuatu hal yang disembunyikannya. Namun, Inayah yang tidak ingin terlalu ikut campur dalam masalah Izzan sontak memberikan nasehat terbaik dan mengingatkan Izzan bahwa jangan sampai ada sebuah penyesalan."Penyesalan apa yang kau maksud, Nay?" tanya Izzan tak men
Read more

Penyesalan Terbesar

lan lenggak-lenggok ke arah Inayah tanpa senyum sedikitpun, biasanya gadis itu selalu tersenyum meskipun hanya senyuma tipis namun kini berubah menjadi tatapan begitu tajam kepadanya."Bagaimana bisa Izzan terluka?" tanyanya dengan ketus. Ya, gadis itu tak lain adalah Halwa. Sorot matanya yang begitu tajam sungguh membuat Inayah sedikit gugup untuk menjawab, "Izzan terluka karena menyelamatkan aku." Halwa mendengus kesal, "Kenapa Izzan selalu saja di posisi sulit sejak bertemu denganmu? Baiklah, aku terima perihal Aathar dulu namun untuk sekarang aku tidak terima dan kau harus bertanggung jawab.""Dokter tenang saja, aku pasti akan bertanggung jawab kok," jawabnya menyakinkan."Dan lebih baik kau menjauh dari Izzan dan tidak usah dekat-dekat dengan kekasihku lagi," imbuhnya memperingatkan. Alita yang mendengar itu nampak kesal, "Hello.. Nona cantik, yang ada itu Izzan yang deketin Inayah bukan Inayah yang deketin Izzan. Kalau ngomong dipikir dipikir dulu.""Selama Inayah t
Read more

Tidak Biasa

"Kalau kau mau ulang, tidak apa-apa kok!" seru Izzan sambil membenarkan posisi duduknya."Tidak, aku akan di sini sampai matahari terbenam," jawab Halwa dengan menaikkan sebelah alisnya."Apa kau tidak ada jadwal shift?" tanya Izzan sedikit tak ingin merepotkan Halwa. Gadis itu itu menghempaskan pantatnya duduk di samping Izzan seraya menyentuh kaki Izzan yang terluka dan memastikan bahwa jahitan tersebut kering karena bila basah akan menyebabkan infeksi dan luka jahitan akan membusuk."Aku harap kau jangan bergerak lagi, aku takut jahitannya akan terbuka nanti.""Iya, Bu Dokter. Bisakah kau mengambilkanku obat dan segelas air putih?""Apa kau sudah makan?""Belum.""Aku akan ambilkan makan dulu ya, kau tunggu di sini sebentar.""Tapi aku tidak lapar kok!" tolak Izzan seraya menarik tangan Halwa yang hendak pergi."Kau harus wajib mengisi perutmu dulu baru minum obat," ketus Halwa sedikit memaksa. "Atau kau mau aku bawa ke rumah sakit? Pilih mana?""Iya, iya. Aku makan dulu." Deng
Read more

Perempuan Unik

Inayah meneguk salivanya dengan kasar, lalu mulai memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan sahabatnya itu. "Sebenarnya Izzan adalah sepupunya Irsyad," ucapnya pelan dan tidak ingin Aldi sampai terkejut mendengar apa yang dikatakannya."Sepupu Irsyad, pantas saja kau begitu dengannya," jawab Aldi melirik Inayah dalam."Kau tak perlu khawatir hubunganku dan Izzan hanya sabatas guru dan wali murid dahulu dan sekarang aku dan dia hanya bertemn saja, tidak lebih.""Kau yakin?!" tanya Aldi ingin memastikan. Inayah mengangguk pelan, dia tidak menyangka bila Aldi akan sedetail itu bertanya padanya. Bukan itu saja, Aldi juga menasehati Inayah agar menjauhi Izzan."Kenapa kau begitu khawatir?" Inayah melayangkan tatapan serius karena sangat mustahil baginya bila hubungan mereka akan sedekat itu."Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Naya. Bukankah kau pernah aku peringatkan sewaktu dekat dengan Irsyad dulu namun akhirnya kau malah jatuh cinta padanya dan kau terluka karena dia.
Read more

Pria Paling Bodoh

Perempuan berhijab itu menautkan kedua alisnya, Inayah tertegun ketika mendapati Halwa menyapanya begitu histeris sambil melambaikan tangan ke arahnya dan juga gadis itu tersenyum hangat padanya, "Dokter Halwa," sebutnya pelan."Inayah, kebetulan kau ada di sini! Aku ingin meminjam ponselmu karena ponselku mati habis baterai, aku ingin menelpon Izzan sebentar, boleh pinjam ponselmu ya." Halwa begitu menyakinkan sekali bahwa dirinya akan dipinjamkan ponsel oleh Inayah. Sementara Inayah yang ada di depan Halwa dengan sangat terpaksa memberikan benda pipih berwarna hitam itu kepada Halwa, mau bagaimana lagi mana mungkin dia tidak membantu Halwa, mau bagaimanapun sikap gadis itu padanya. Dokter Halwa sudah berperan penting unk kesembuhan putranya."Ini, Dok." Inayah menyodprkan ponselnya ke arah Halwa."Kau menyimpan nomor Izzan 'kan?""Iya, cari saja di kontak dengan nama Pak Izzan guru Athar.""Aku pinjam dulu ya," ucapnya sambil berjalan mundur dan menjauh dari Inayah."Iya." I
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status