Home / Romansa / Dinikahi Guru Tampan Putraku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dinikahi Guru Tampan Putraku: Chapter 21 - Chapter 30

124 Chapters

Arti Kepenatan

“Apa, Inayah? Aku tidak dengar,” ujar Izzan sebab suara Inayah betul-betul pelan. Inayah menoleh ke arahnya. “Terima kasih.”Izzan tersenyum, lalu mengangguk. “Sama-sama, Inayah. Aku senang kalau Athar senang.”‘Aku tidak mungkin membuat Kak Irsyad kecewa di atas sana kalau aku membuat putramu kecewa, Inayah,’ sambung Izzan dam hati. Sesekali Izzan melirik Inayah yang nampak bahagia keyiak melihat sang putra terus saja tersenyum bahagia, seakan bahagia terus saja mengiringinya padahal sebenarnya sisa hidup Athar tidak lama lagi. Setiba di Bandara Ngurah Rai Bali, tepat pukul 16.00 WITA, di Bali perputaran waktu brbeda satu jam dengan Indonesia. Ketiga orang itu langsung saja menuju ke hotel mereka. Izzan lebih dulu berjalan ke bagian resepsionis untuk check ini. Setelah mendapatkan kunci kamar, ketiga orang itu bergegas menuju ke lift.Tingg! Pintu lift terbuka dan mereka memasukinya, Athar menarik tangan Inayah sambil bertanya, "Bu, Ayo kita ke pantai sekarang!
Read more

Menyejukkan Mata

Izzan mengangguk dan berusaha menetralisirkan jantungnya yang mulai berdetak tak beraturan. Melihat langit yang begitu indah membuat Inayah pun ikut duduk di samping Athar sambil menikmati matahari tenggelam. "Memandangi langit sore seperti ini sungguh sangat menyejukkan mata, menghilangkan kepenatan tersendiri..." Inayah mengatupkan bibirnya ketika menghentikan kalimat yang terlontar dari bibirnya. Entah kenapa saat itu Inayah teringat dengan seseorang, matanya berlinang, seseorang yang masih ada di hatinya kini masih tetap bersemayam di relung hati terdalam. "Sakit itu ketika kamu masih ada di hatiku namun kita tidak ditakdirkan bersama." Siapa sangka Izzan sejak tadi memandangi Inayah yang sedang termenung, lamunannnya bersemayam di dalam jiwanya. Tak terasa buliran bening tiba-tiba saja berjatuhan di pipinya membuat sang anak langsung menyentuh jemari Inayah sambil bersandar di bahu Inayah. "Apakah Ibu merindukan ayah?" tanya Athar spontan. Mendengar itu Inayah terte
Read more

Meminta Sebuah Keajaiban

"Maafin Atahr ya, Bu," ucapnya untuk kedua kali. Izzan yang melihat itu pun langsung mengajak Inayah dan Athar untuk makan malam bersama, menyelusuri sebuah restoran outdor yang ada di dekat pantai membuat Athar berlarian kecil dan berdiri di tepi pantai sambil berteriak, "Bu, Pemandangan mlam begitu indah ya," pujinya tersenyum bahagia."Iya, sayang," jawab Inayah sambil berdiri tepat di samping putranya. Izzan memanggil Inayah dan Athar untuk menikmati makam malam bersama dan seteah itu pria tampann itu berniat untuk mengajaknya menghidupkan api unggun di ruang bawah dekat gazebo di tepi pantai, "Ayo Athar, duduklahdi sini," ajaknya sambil menarik kursi dan mempersilahkan anak kecil itu duduk."Kau bisa duduk di sini, Naya," sambung Izzan melakukan hal yang sama kepada perempuan berhijab itu. Seperti pada umunya ketiga orang itu menjaga adab makan dengan bungkam dan setelah makan barulah Izzan menoleh ke arah Athar, "Apakah Athar sudah siap buat api unggun?" tanyanya ter
Read more

Ingin Pulang

Inayah yang melihat itu spontan saja memanggil nama putranya begitu histeris, "Athar," panggil Inayah beberapa kali. Mata Athar mengerjap perlahan dan kemudian anak kecil itu membuka matanya, "Ibu," panggilnya menatap Inayah. Segera saja perempuan itu langsung mengenggam erat tangan Athar sambil bertanya, "Ada apa sayang?" tanyanya dengan tatapan begitu tajam."Athar igin pulang, Bu.""Iya, sayang. Kamu hars sembuh dulu baru bisa pulang," balas Inayah mencoba menenangkan Athar. Entah kenapa sang buah hatinya tiba-tiba saja mau pulang secara mendadak seperti itu, tetapi melihat Athar yang sudah sangat gelisah membuat Inayah mulai khawatir, "Apakah Athar merasakan sakit?" Athar menggelengkan kepalanya seraya melirik pak guru, "Athar ingin pulang ke Jakarta saja, Pak Guru.""Iya, Athar tenang ya? Kalau Dokter sudah mengijinkan kamu boleh pulang maka kita akan pulang hari ini juga." Izzan dan Inayah saling beradu pandang satu sama lain, mereka merasa bingung dengan sika
Read more

Begitu Istimewa

Setiba di bandara, kedatangan Izzan disambut hangat oleh seorang gadis berambut panjang yang sejak tadi melambaikan tangannya, Izzan bergerak cepat berjalan ke arah Halwa, ya gadis itu tak lain adalah Halwa."Apakah kakek baik-baik saja?" tanya Izzan menatap Halwa dengan serius."Beliau hanya kelelahan saja," jawab Halwa sedikit sinis melirik Inayah yang kini berada di samping Izzan sementara Athar terus saja bergelayut manja dengan sang kekasih."Ayo, Zan kita ke rumah sakit langsung," ajak Halwa berniat ingin menyindir Inayah agar menjauh dari kekasihnya. Perempuan cantik itu langsung menyambar tangan Athar sambil berkata, "Sayang ayo kita pulang duluan, sepertinya taksi online kita sudah datang tuh," bujuk Inayah kepada anaknya yang tak mau melepaskan genggaman tangan Izzan."Kenapa pulang? Athar harus periksa dulu ke rumah sakit, benar 'kan Wa?" ucap Izzan melirik kekasihnya."Oh iya," jawab Halwa sedikit mendengus kesal karena dia tahu betul sudah pasti Izzan akan mengaja
Read more

Selalu Ada Menemaniku

"Maaf, Zan. Aku hanya sedang memikirkanmu." Pria tampan itu mengerutka dahinya sambil bertanya, "Apa yang kau pikirkan tentang kita?""Aku hanya sedang berpikir betapa beruntungnya aku memilikimu." Izzan mengakhiri pergerakannya dan menatap Halwa, "Kau terlalu berlebihan, Wa." Pria tampan itu langsung bangun dari duduknya dan langsung meninggalkan Hlwa yang masih bengong hingga Izzan sampai berkata, "Aku mau ke ruangan kakek dulu ya.""Zan, tapi kau belum memijat kakiku?" tanyanya sedikit berteriak."Kau berdiri saja dulu," titahnya sambil menutup pintu. Halwa mengepalkan jemarinya sebal karena melihat Izzan yang asal meninggalkannya namun siapa sangka ternyata Halwa bisa berdiri tanpa merasakan nyeri sedikitpun, "Izzan," sebutnya malu sendiri karena telah berpikir negatif pada sang kekasih. Sementara di ruangan lain, Izzan mengetuk pintu ketika mendapati sang kakek terbaring di atas tempat tidur dengan tangan kirinya diinfus, "Assalamu'alaikum, Kek.""Wa'alaikumsalam,
Read more

Perempuan Kuat

Membuka kaca mobil agar diketahui oleh Inayah, si empunya mobil tersenyum ketika menatap Athar yang nampak murung, raut wajahnya bak pakaian kusut."Ayo masuk ke dalam mobil," ucapnya hendak keluar dan membukakan pintu mobil."Pak Guru, hore Pak Guru datang," teriak Athar yang baru menyadari bahwa empunya mobil adalah gurunya. Inayah tak bisa berkata apa pun, melihat raut wajah Athar yang awalnya dan saat ini merasa sungguh membuatnya tersenyum tipis, dia tidak menyangka bila Izzan mampu mengubah mood putranya itu. Menyambar tangan Athar dan membawa anak itu segera masuk ke dalam mobilnya. Sementara Izzan terus melirik Inayah, tak lupa mempersilahkan perempuan itu untuk masuk ke dalam mobil. Suasana begitu canggung karena Izzan dan Inayah tak berbicara sama sekali hingga membuat Athar yang berada di dalam mobil terus menguap sambil berbicara, "Ibu, apakah dengan keomterapi lanjutan, Athar akan bisa sembuh?" Inayah tertegun dan sedikit menghela napas beratnya, Inayah b
Read more

Bersikap Sesuai Keinginannya

Di situ ustadzah menceritakan bahwa Inayah seorang penulis yang baru saja akan merintis karirnya. Memiliki sebuah forum kepenulisan, "Entah apakah bu Inayah masih menggeluti bidang itu atau tidak, mengingat putranya mengidap penyakit seperti ini.""Iya Ustadzah. Terima kasih informasinya." Tak lama melihat Athar sudah nampak lelah, pria tampan itu mendekatinya sambil bertanya, "Apakah kamu sudah lelah?""Iya, Pak. Athar mau istirahat dulu ya.""Anak-anak yang sholeh dan sholehah. Mainnya di stop dulu ya karena Athar mau pulang dan istirahat.""Ok, Pak Guru. Athar cepet sehat ya," ucap teman akrabnya sambil melambaikan tangan."Terima kasih teman-teman," jawab Athar membalas lambaian tangan temannya. Inayah juga berpamitan kepada ustadzah sambil membungkukkan tubuhnya, rencananya perempuan itu ingin pulang dengan taksi online namun Izzan melarangnya. "Tadi kalian pergi bersamaku dan pulang pun harus bersamaku.""Bu, perut Athar tidak enak, rasanya mau..." Athar belum melanjutk
Read more

Tidak Ingin Menyesal

"Tidak masalah kok, aku juga yang ingin lebih dekat denganmu karena kau adalah masa lalu kakakku," ungkapnya menatap serius ke arah Inayah."Masa lalu kakakmu? Apa maksudnya?" tanya Inayah mengerutkan dahinya heran. Izzan hendak menceritakan perihal sepupunya namun perawat memanggil Inayah begitu histeris, "Ibu Inayah, Athar sudah siuman." Setelah mendengar itu Inayah lekas berlari mengikuti perawat dan menatap putranya dengan seuntai senyuman yang mengembang di sudut bibirnya. "Athar," panggil Inayah pelan."Ibu," jawabnya tersenyum. Anak itu bangun dari duduknya dan langsung merentangkan kedua tangannya, lekas saja Inayah menghampiri Athar dan memeluknya begitu erat, "Apa kamu baik-baik saja?""Tentu saja, Bu. Aku baik-baik saja kok." Athar tak lupa menyapa Izzan dengan begitu sopan, "Seperti apa yang Bapak guru katakan aku seorang Iron man, harus kuat dong.""Bagus, Athar memang anak yang kuat kok!" serunya tersenyum sambil menyentuh puncak kepala Athar. Namun, pria
Read more

Kemoterapi Kedua

"Itu tidak seperti apa yang kau pikirkan, Wa? Aku hanya..." Entah kenapa Izzan merasa bingung untuk menmjawab apa, selah lidahnya terasa keluh."Kenapa kau diam, Zan? Jawab pertanyaanku?" tanya Halwa dengan menelisik tajam. Izzan meneguk salivanya dengan kasar, mencoba menetralisirkan rongga dadanya, barulah pria tampan itu menjawab, "Aku hanya menganggap Inayah sebagai kakakku sendiri dan aku peduli padanya.""Tetapi rasa pedulimu itu sangat kelewat batas, Zan. Kau malah mementingkan Inayah daripada kekasihmu sendiri.""Aku ingin kita seperti dulu, Zan. Di mana selalu bersama, makan malam bersama, jalan-jalan bersama." Halwa menatap Izzan begitu dalam, bohong bila dia tidak merindukan Izzan karena semenjak kehadiran Inayah di tengah-tengah hubungan mereka hubungannya dengan Izzan seolah merenggang. Bukan itu saja terkadang Izzan tak memiliki waktu untuk dirinya ditambah kondisi Athar yang terkadang menurun. "Maafkan aku, Wa. Prioritasku saat ini adalah Athar dan Inayah.""Lalu aku a
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status