Home / Romansa / Dinikahi Guru Tampan Putraku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dinikahi Guru Tampan Putraku: Chapter 11 - Chapter 20

124 Chapters

Athar Pingsan

Ketika pintu berderit, sontak saja Izzan langsung menunjukkan diari tersebut. "Apakah ini milikmu?" tanya Izzan dengan tatapan dalam. Melihat cover diari itu berwarna biru tentu saja Inayah langsung menganggukkan kepalanya. Entah angin dari mana dan keberanian mana tiba-tiba saja Izzan langsung memeluk Inayah dengan erat."Akhirnya aku menemukanmu," ucapnya berulang kali. Spontan saja Inayah merasa risih dan tak nyaman dengan tindakan Izzan yang asal saja memeluknya. Dengan kasar perempuan itu langsung mendorong tubuh Izzan namun tenaga pria tampan itu begitu kuat membuat Inayah sulit melepaskan pelukan Izzan. Amarah perempuan berhijab itu mulai memuncak hingga dia mulai mengepalkan jemarinya kesal dan memukul bahu Izzan dengan keras."Apa yang kau lakukan?" teriak Inayah histeris. Baru sadar apa yang dilakukannya itu salah maka Izzan langsung melepaskan pelukannya, "Maafkan aku, Naya," ucapnya datar. Tatapan begitu dalam pun diarahkan kepada Inayah."Berani sekali kau mem
Read more

Penyakit Serius

Di situ dokter menjelaskan bahwa Athar memiliki gejala penyakit serius namun hal itu harus dipastikan dengan sebuah tes darah dan juga tes seluruh tubuhnya. Gejala awal terlihat sekali bahwa wajah anak begitu pucat, ada memard di sekitar tubuh tertentu."Semoga saja ini hanya gejala awal jadi bisa ditangani," ujarnya sambil melangkah pergi dari hadapan Inayah. Bagaikan kilat yang menyambar di siang bolong, perempuan itu terduduk lemah di kursi tunggu, "Ini tidak mungkin! Mana mungkin Athar mengalami penyakit serius," gumamnya meneteskan air mata. Sementara Izzan yang melihat itu langsung mendekati Inayah, "Semoga saja hal itu tak terjadi pada Athar," gumamnya sambilmenyentuh pundak Inayah lembut."Semoga saja," jawabnya pelan sambil menyeka air matanya. Ketika melihat Athar sudah siuman dari pingsannya, perawat memanggil Inayah karena anak itu terus saja menangis, "Athar kenapa menangis?" tanya Inayah menghampirinya dan duduk di sampingnya."Kepala Athar pusing sekali, Bu,
Read more

Semua Terjadi Karena Kau

Ada keheningan yang cukup lama tercipta setelah Inayah mengajukan pertanyaannya kepada Halwa. Halwa bingung harus menjelaskan segalanya dari mana sebab dia khawatir kalau Inayah akan terkejut saat mendengar sesuatu yang ingin dia katakan. Halwa tersenyum sopan. “Bisakah Anda ikut denganku ke ruanganku?” tanya Halwa.“Bisa, Dok,” jawab Inayah sambil menganggukkan kepalanya. Jantung Inayah berdegup dengan kencang seiring dengan kakinya yang melangkah menuju ke ruangan Halwa. Firasat seorang ibu tidak pernah ingkar. Dan saat ini, entah kenapa Inayah memiliki firasat jika hal buruk akan didengar olehnya. Berulang kali dia berusaha untuk mengenyahkan pikiran tersebut. Namun, semakin dia mencoba, dia justru semakin tidak bisa berpikir positif.“Silakan duduk, Inayah,” ucap Halwa, mempersilakan Inayah duduk di salah satu kursi di ruangannya. “Suster, bisakah kau ambilkan hasil CT Scan pasien yang bernama Athar?” Seorang perawat yang memang berada di ruangan dokter untuk membantu
Read more

Rasanya Begitu Sulit

“Athar sudah lama mengidap kanker. Tapi, karena tidak pernah melakukan medical check up sebelumnya jadi baru terdeteksi sekarang,” jelas Halwa menerangkan. Inayah spontan terdiam, tidak menyangka jika penyakit itu sudah lama diderita oleh Athar. Inayah menyandarkan tubuhnya dengan lemah di sandaran ranjang rumah sakit. Wanita itu memegangi pelipisnya yang terasa semakin pusing. Dadanya terasa begitu sesak sekali ketika dia mendengar penjelasan dari Halwa. Hatinya hancur berkeping-keping tatkala membayangkan penderitaan yang dirasakan oleh putranya. Tapi, kenapa dia baru tahu tentang hal ini sekarang? Itulah yang ada di pikirannya saat ini.“Jadi, Athar memang sudah lama mengidap leukimia?” tanya Izzan, untuk memastikan lagi. Ada perasaan lega yang menyelimuti hatinya sebab dia bukanlah penyebab penyakit Athar. Namun, ada juga kepedihan yang menguasai kepalanya tatkala membayangkan rasa sakit yang dialami oleh Athar. Anak sekecil itu tidak seharusnya mengidap penyakit parah sep
Read more

Perihal Kemoterapi

“Inayah, aku ingin sekali membantu. Tapi, aku tahu kalau aku tidak akan bisa membantu karena aku bukanlah seorang dokter.” Izzan menghela napasnya. Dia ingin sekali membantu namun karena penyakit Athar sudah parah dia tidak tahu apakah dia bisa membantu atau tidak.“Tapi, Inayah ... Kalau kau butuh sesuatu, katakan saja padaku. Aku akan mengusahakannya.”"Aku tak butuh apa pun," jawabnya dengan tatapan sendu. Izzan menghela napas kasarnya melihat Inayah bersedih seperti itu, hal itu mulai mengingatkannya pada kejadian satu tahun lalu. "Seberat itukah ujian yang harus dihadapi," ucapnya dalam hati. Dia berniat ingin mengungkapkan dirinya di depan Inayah namun mendengar Halwa memanggil Inayah dan akan dilakukan kemoterapi maka menyuruh perempuan itu untuk bersiap, "Apakah Athar akan baik-baik saja, Dok?" tanya Inayah sangat khawatir. Halwa menghela napas beratnya, seolah dia bingung untuk menyampaikan hal tersebut namun harapan untuk bebas dari kanker semakin kecil. Walaupun
Read more

Kemoterapi Pertama

Spontan saja Halwa bergegas cepat untuk memeriksa kondisi Athar, melihat anak kecil itu terbaring lemah demgan kondisi memprihatinkan membuat gadis cantik itu langsung memeriksa Athar, "Sepertinya kondisinya baik-baik saja karena semua tampak normal.""Coba periksa tekanan darahnya apakah normal atau tidak?" titah Halwa kepada dua perawat yang berdidi di sampingnya."Hore!! Bu Dokter berhasil Athar kerjain, Athar sehat kok, Dok." "Athar, kamu hampir saja membuat jantung Ibu dokter berhenti berdetak." Halwa ikutan terkejut dan nampak khawatir ketika mendengar kabar ada pasien pingsan. Halwa tersenyum geli sambil terus mengeus puncak kepala Athar, dia juga memberitahu anak kecil itu agar bersiap melakukan kemoterapi. "Sebelum melakukan kemoterapi pastikan kondisi Athar baik-baik saja ya," ucapna memberi perintah keapda dua perawat itu."Baik, Dok." Tak lupa Halwa menjelaskan keapda Athar bahwa kemoterapi akan sedikit terasa sakit, "Apakah Athar bisa tahan itu?" "Tentu saja, Dokter c
Read more

Berpikir Negatif

Para dokter dan perawat yang bertugas dengan sigap membantu Athar untuk memuntahkan isi perutnya dan menenangkan Athar. Di luar ruangan, Inayah menangis saat melihat putranya tampak sangat kesakitan. Inayah benar-benar tidak tega saat melihat Athar menangis dan merintih kesakitan. Anak itu tampak sangat menderita dan terus merengek dan menggerak-gerakkan tubuhnya dengan gusar.“Athar ....” Inayah menutup mulutnya, menahan isak tangis yang ingin keluar dari bibirnya. Ibu mana yang tega melihat anaknya menangis karena kesakitan seperti itu? Tidak akan ada yang tega, termasuk Inayah.“Inayah, tenangkan dirimu. Kau harus kuat,” ucap Izzan sambil mengusap punggung Inayah. Perempuan berhijab itu menolehkan kepalanya ke arah Izzan. “Aku tidak tega kalau harus melihat Athar menderita seperti itu. Kalau bisa, aku tidak masalah kalau harus menggantikan posisi Athar. Asalkan Athar tidak perlu merasakan rasa sakit lagi,” jelas Inayah menitikkan air mata. Izzan menganggukkan kepala
Read more

Angin Penyejuk

Entah keberanian darimana Izzan berani mengusap air mata Inayah hingg bersikap sok kuat di depan perempuan berhijab itu. Air mata Inayah kembali turun. Setiap membicarakan tentang Athar, ia akan menangis karena tak tega dengan putra kecilnya tersebut. Inayah pun menangis tersedu-sedu di hadapan Izzan.“Bagaimana bisa aku kuat kalau putra semata wayangku tengah terbaring lemah di sana, Zan? Apakah aku bisa kalau harus terus-menerus melihat dia menderita seperti ini?” tanya Inayah sesengukkan.“Kau bisa, Inayah. Aku yakin sekali. Kau selama ini sudah menjadi ibu yang hebat untuk Athar. Aku yakin kalau kau pasti akan bisa melewati ini semua. Yang terpenting untuk kita lakukan sekarang adalah berdoa untuk kesembuhan Athar,” jelas Izzan.“Rasanya sangat sulit sekali untuk kuat di dalam kondisi yang seperti ini, Zan,” ucap Inayah di sela isak tangisnya.“Ayo, dari pada kamu terus menangis lebih baik kita shalat berjamaah dan berdoa kepada Tuhan supaya Athar bisa segera diberi kesembuhan,”
Read more

Kisah Masa Lalu

Kembali pulang ke rumahnya, hari itu pikiran Izzan terus saja dihantui dengan wajah Inayah. Entah kenapa dia mulai memikirkan perempuan berhijab itu, "Apakah sikapku ini berlebihan kepada Inayah? Tapi aku melakukan ini karena amanah dari kak Irsyad." Hendak menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, Izzan terkejut ketika mendengar sang kakek memanggilnya begitu histeris, "Ada apa, Kek?" tanya Izzan berjalan pelan menuju ke ambang pintu."Halwa ada di bawah," jawabnya sambil melirik Izzan sejenak."Halwa," sebutnya terpelonjak kaget. Sontak saja pria tampan itu langsung bangun dan menuju ke bawah, melihat Halwa yang tengah berbincang begitu serius kepada sang kakek, Izzan pun ikut menegahi dua orang itu, tetapi sebuah eprtanya spintan saja membuat Izzan meneguk salivanya dengan kasar."Kapan kalian akan segera menikah? Apakah akan pacaran seperti ini terus?" sindir sang kakek dengan pertanyaan yang begitu lugas."Sepertinya Izzan yang tidak ingin menikah, Kek," jawab Halwa menoleh
Read more

Liburan Ke Bali

"Kak Irsyad itu adalah mantan pecandu narkoba karena itulah dia ditolak untuk menikah dengan Inayah." Halwa tersentak begitu ia mendengar pernyataan yang keluar dari bibir Izzan. Gadis tersebut tak tahu sama sekali mengenai Irsyad, hanya bertemu sesekali saja dan apa yang terjadi di masa lalu Irsyad dan Inayah. Halwa bahkan tak menyangka jika di keluarga yang tersohor dengan agama yang melekat kuat pada identitas mereka ternyata memiliki satu anggota keluarga yang pernah memakai obat-obatan terlarang.“Jadi, karena itu mereka tidak bisa menikah?” tanya Halwa yang langsung dijawab oleh Izzan dengan anggukan kepala.“Kau pasti paham, ‘kan, bagaimana sulitnya situasi Kak Irsyad waktu itu? Dia sangat mencintai Inayah dan ingin menikah dengan Inayah. Tapi, karena hal itu Kak Irsyad harus kehilangan Inayah dan melihat orang yang dia cintai dijodohkan dengan pria lain,” jelas Izzan dengan matanya yang berlinang. Halwa mengangguk-anggukkan kepala. Dia sedikit memahami tentang apa yang
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status